"Kurasa cinta tidak mengalahkan segalanya."
~Anne with an E
~•~•~
"Kau akan kembali, kan?"
Fazza mengangguk singkat kemudian mengalihkan pandangan kepada sungai yang ada di depan mereka.
"Kapan?"
"Saat waktunya." Jawab Fazza tanpa mengalihkan perhatiannya sehingga Amaiya juga ikut melihat sungai yang memantulkan sinar matahari tersebut.
Waktu mulai sore dan mereka masih betah di pinggir sungai tersebut. Selain hari ini adalah perpisahan sekolah hari ini adalah perpisahan sementara antara mereka.
"Kalau begitu aku akan setiap hari menanti waktu itu, bersama hatimu yang kau titipkan padaku, bersama lukisan dan puisi-puisimu," ujar Amaiya. "Aku akan selalu menunggu." Entah mengapa saat Amaiya berharap waktu berhenti, dia mendapati waktu serasa cepat sekali terlewati.
"Aku akan mengirim surat untukmu."
"Surat?" Ulang Amaiya.
"Setiap kata sangat berarti di dalam surat, dia akan melintasi berbagai negara untuk datang menghampirimu. Itu seru."
"Tidak ada nomer ponsel?"
Fazza menggeleng ringan, "kau hanya akan fokus pada ponsel daripada sekitarmu nanti."
Fazza melihat Amaiya mengerutkan alis dengan kesal, wajahnya bersinar terkena senja. Lalu dia mengacak-acak rambutnya gemas.
"Kita akan melewati ini. Seperti kata Fariddudin Attar bahwa semua ini akan cepat berlalu," katanya.
"Sudah sore, kita kembali," lanjutnya lalu beranjak berdiri membersihkan celananya dari rerumputan. Fazza lalu mengulurkan tangan kepada Amaiya.
Dengan berat Amaiya menyambut uluran tangan itu, tak lama mobil orang tua Amaiya datang untuk menjemputnya, waktu yang tepat sekali.
Ayah dan Mama tersenyum membuka jendela mobil sementara Amaiya menoleh ke arah Fazza.
Sebenarnya mata Amaiya sudah sangat panas tetapi melihat senyum setenang sungai itu pada wajah Fazza membuat Amaiya sedikit lupa akan kesedihannya.
"Aku tahu kau bisa melewati ini."
Amaiya mengangguk dan melepas genggaman tersebut, masuk ke dalam mobil dan tidak menoleh sama sekali karena pasti wajahnya sudah memerah dan matanya sudah benar berkaca-kaca.
~•~•~
"Dear Amaiya,
Ini surat pertamaku. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan surat ini terbang melintasi benua untuk datang padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A: Sekata (End)
Novela JuvenilSeri kedua dari cerita pertama: F A Z Z A "Kau bilang akan kembali saat waktunya tiba, Fazza." Kata Amaiya bernada pasrah, namun masih terdapat harapan walaupun kini terasa kecil sekali. "Ini bukan waktunya." Singkatnya. "Lalu kapan?" Amaiya tahu s...