10

96 16 0
                                    


Kejadian beberapa jam lalu seolah olah tidak terjadi apa-apa, kini kelas Tamara sedang mengobrol apa yang mereka rasakan saat joging, ada yang bilang capek, badan terasa lebih ringan, dan ada juga yang mau berat badan nya menurun.

"Gue tadi liat Ayana makan bareng pak Andra." Ina mulai bercerita apa yang ia lihat.

"Yang benar? Paling cuma temen," sahut Hana.

"Berawal dari temen jadi demen." Jawab teman kelas lainnya.

Muka Tamara berubah, awal nya ia sudah berbunga bunga dengan perilaku Andra terhadap dirinya, namun sekarang ia harus mendengar cerita yang tidak menyenangkan hati.

"Tuh kan, baru gue omongin udah datang aja mereka, gimana sih rasanya dekat dengan pak Andra." Kata Ina.

Tamara melihat sekilas Andra dan Ayana saat melawati nya, ia akui Ayana pintar di bidang matematika, makanya Andra suka, pikir Tamara.

"Nanti setelah abis pelajaran bahasa Indonesia, kamu ke ruangan saya sebentar."

"Baik pak," sahut Ayana.

Andra berjalan meninggalkan kelas Tamara, ia tidak menoleh ke arah Tamara sedikit pun, mungkin tidak melihat atau pura pura tidak melihat.

"Lo ngapain aja sama pak Andra?" Tanya Hana dengan nada tak suka melihat kedekatan Ayana dengan Andra.

"Memangnya kenapa? Terserah gue mau ada hubungan atau tidaknya dengan pak Andra," ketus Ayana.

"Awas, jangan sampai gue denger kalau lo ada hubungan dengan pak Andra, gue patahin tangan lo!" Ancam Hana.

Ayana tersenyum paksa, "selalu aja lo dukung Tamara dengan pak Andra, harusnya lo ngerti Han, semua orang berhak mencintai orang yang sama...dan gue rasa gue cocok sama pak Andra, karena gue bisa mengerti saat pelajaran nya, tidak seperti teman lo," ejek Ayana di akhir kalimat nya.

Tamara yang sadar bila dirinya di ejek Ayana langsung mengebrak meja dengan kuat, "jangan lo pikir lo bisa semuanya, kita duel main basket kalau lo merasa tau semuanya, atau lo nggak bisa? Gimana dengan voly? Nggak bisa juga kan! Kita itu di bidang tersendiri, jangan samakan gue sama lo karena kita jauh beda. Apa lo nggak ingat waktu lomba pidato bahasa Inggris dan lomba debat lo kalah lawan gue, apa perlu gue ungkit semua ketololan lo? Jangan merasa paling sempurna!" Jelas Tamara emosi.

"Maksud lo apa? Mau cari muka dengan membanggakan apa yang lo punya? Nggak malu waktu pak Andra nyuruh lo buat olimpiade matematika, bukan nya menang malah kalah, buat malu sekolah aja." Ketus Ayana tanpa merasa bersalah.

Tamara maju ke depan ia menampar wajah dan menjambak rambut Ayana dan berakhir kepala Ayana terbentur di meja.

"Darah," lirih Ayana.

Tamara sempat terkejut dengan perbuatannya, namun segera ia mengubah ekspresi wajah nya biasa biasa saja seolah tak merasa bersalah.

Satu kelas kebanyakan tidak peduli walaupun sempat terkejut.



Tinggalkan jejak!

Teacher's Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang