20

97 12 0
                                    

"pak Andra kemana sih?" Gerutuk Tamara di dalam kamar.

Sepulang sekolah Tamara tidak melihat Andra, dan hari mulai malam, belum ada kabar dari Andra. Apa baterai hendphone pak Andra habis pikir Tamara.

"Nggak bisa di biarin nih, harus di telpon duluan, bomat lah nggak ada gengsi gengsian untuk saat ini."

"Tut Tut nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah untuk beber...tut" Tamara mematikan hendphone nya, Andra hari ini membuat dirinya kelimpungan.

Ide cemerlang muncul dalam benaknya, ia akan mengajak Hana ke rumah Andra, pasti Hana tau lokasi rumah Andra.

Tidak membutuhkan waktu yang lama Tamara sudah sampai di depan simpangan rumah Hana, ia males masuk gang, di sana Hana menatap nya datar, Tamara selalu membuat nya susah.

Hana masuk ke dalam mobil Tamara, menutup nya dengan kencang.

"Nyusahin orang terus, udah pamit sama Tante Selly belum? Gue males ya kalau sampai Tante Selly nyariin kita kayak anak kecil." Hana sudah trauma, mengingat kejadian memalukan, dimana Tamara tidak izin sebelum keluar rumah, sampai mama Tamara menjewer telinga mereka berdua di depan cogan cogan.

"Tenang, gue udah izin sama mama mau makan di kafe bareng lo."

Hana fokus di jalanan, tak sengaja mata nya melihat segerombolan anak motor sedang bersiap siap buat balapan. Hana terbelalak melihat Andra yang seperti nya bersiap siap untuk balapan.

"Ra, ra, coba loh berhenti, liat pak Andra noh," Hana menunjuk ke arah Andra.

Tamara menyipitkan matanya, benar itu orang yang ia cari, tak ingin membuang waktu, Tamara melajukan mobilnya ke sana.

Tamara menjadi lesu karena motor Andra sudah melaju kencang melewati musuh musuhnya.

Akhirnya Tamara menunggu Andra di dalam mobil bersama Hana.

Sepuluh menit ia menunggu, akhirnya Andra sudah selesai, Tamara melihat seseorang memberikan Andra segepok uang, seperti nya Andra menang.

Bersamaan dengan itu, suara sirine polisi terdengar, membuat orang orang di sana berhamburan, Andra agak kebingungan mengapa motor Ryan tiba-tiba macet.

Tamara keluar dari mobil, berlari sekitar sepuluh langkah, ia menarik tangan Andra dan teman Andra, agar masuk ke dalam mobil nya.

"Cepat masuk!" Marah Tamara.

Mereka berdua masuk, Tamara mengemudi mobil nya dengan lihai, sampai sampai mobil polisi tidak terlihat lagi.

"Ra," tegur Hana, ia sangat takut, melihat Tamara ugal ugalan menyetir mobil, ia belum mau mati.

Tamara mengentikan mobil nya, ia keluar dari mobil, Andra melihat Tamara keluar ingin ikut keluar juga, tapi Tamara mendorong nya masuk ke dalam, Tamara duduk di samping Andra, ia menyuruh teman Andra menyetir dan Hana di suruh pindah ke depan.

"Hendphone bapak mana? Susah banget di hubungi, mau cari cewek lain selain saya? Iya!"

Andra tertawa geli, kekasihnya ini sangat menggemaskan ketika marah.

"Lebay, baru di tinggalin beberapa jam aja, belum selamanya." Sahut Hana jengah.

"Iri? Saingi"

"Nggak nyambung goblok," Ryan ikut ikutan menyahut.

Andra melepaskan sendalnya, ia melempar sendal nya pada Ryan.

Puk
Pas sasaran, kepala Ryan menjadi korban, jika tidak ada Andra, sudah Ryan pastikan akan membuat Tamara menangis karena ia usili.

Kenapa harus Tamara yang ingin Ryan usili? Karena Tamara lah yang membuat Andra menjadi seperti ini pikir Ryan.

Hana sekali kali melihat kesamping, dilihat lihat muka teman Andra tidak terlalu buruk.

"Apa lo liat liat," sewot Ryan.

Plak
Hana refleks mengeplak lengan Ryan, "kaget njing,"

"Mulutnya," tegur Tamara, temannya satu ini tidak bisa di filter ucapan nya.

Andra menarik Tamara ke dalam dekapannya, ia mengelus rambut Tamara lembut, di kecup kecup nya ubun ubun Tamara, sweet sekali bukan?

"Astaghfirullah, kalian belum sah woy," pekik Hana.

Tamara refleks mendorong tubuh Andra agak menjauh, "kebiasaan."

"Wangi kamu buat saya ingin dekat kamu terus," ucap Andra dengan suara serak.

Tamara bergidik ngeri, perlahan sifat Andra mulai bermunculan. Tamara fikir Andra itu guru yang galak.

Tamara merasa menyenggol sesuatu di dekat kakinya, ia menunduk ke bawah, mengambil botol beling yang berukuran sedang. "Ini apa?"

Andra melihat Tamara memegang botol bir lalu merebut nya dari tangan Tamara, ini pasti ulah Ryan yang ceroboh. "Cuma minuman biasa,"

Tamara memincingkan matanya, "bohong, itu buat mabuk mabukan, pasti bapak minum juga,"

"Sembarang," Andra menonyor kening Tamara.

"Itu punya gue," Ryan membuka suara.

"Boleh nyoba nggak sih? Penasaran," kata Tamara.

Hana menatap Tamara tajam, bisa bisanya nih anak pengen nyoba, "gue gorok leher lo!"

Tamara tak menghiraukan Hana, ia mengambil botol itu saat Andra lalai, ternyata tinggal setengah lagi, lihat lah tutup botol nya mudah di buka. Tanpa berfikir,Tamara meminumnya.

Satu detik dua detik tiga detik, satu menit, Hana menunggu reaksi Tamara, tampak nya Tamara mulai ling lung, Andra memukul tengkukan Tamara.

"Lo gila? Mau buat Tamara mati ha!" Murka Hana.

"Lo nggak tau apa-apa, mending diem, teman lo cuman pingsan, dengan begini teman lo nggak berbuat aneh aneh," Ryan menyakinkan Hana.

"Maaf," batin Andra, ia tidak ingin Tamara menjadi liar setelah minum, bisa bisa ia terpancing.

Hana tidak percaya dengan ucapan Ryan, "Cuma minuman itu doang, kalau minum air yang di tabur perangsang baru Tamara liar."

"Nih cewek di bilangin ngeyel banget, coba lo minum, tapi ingat! Jangan salahkan gue kalau lo udah di bawah gue."

Hana menjadi ngeri membayangkan nya, berlama-lama di dekat Ryan akan menjadi sesat, lebih baik dirinya diam saja.

"Thenks atas tumpangan nya."

Tidak sadar mereka sudah sampai saja di rumah Ryan, Hana mengangguk, lalu menoleh ke belakang, Andra sedang menidurkan Tamara, ia menyelimuti Tamara dengan jaketnya.

"Perasaan, nih dua orang cocok banget, jadi iri gue," batin Hana mengeluh.

"Bawa mobilnya pelan pelan, jangan sampai Tamara jatuh." Peringat Andra tegas, lalu turun dari mobil.

"Hmm" dehem Hana.

Ia menancap gas mobil Tamara, sampai di rumah Tamara, Hana di interogasi mama Tamara, banyak sekali pertanyaan nya, Tamara kenapa? Kalian nggak berbuat hal yang aneh aneh kan? Dan yang terakhir Hana sempat terpejat.

"Kok Tante mencium bau minuman,"

Hana sempat gugup, buru buru ia menetralkan mimik wajahnya. "Kami tadi di jalan liat cewek mabuk bawa botol minuman nyebrang jalan, Tamara yang kasian melihat nya nolongin tuh cewek, udah Hana bilang jangan di tolongin, Tamara nya ngeyel." Alibi Hana, semoga mama Tamara percaya.

"Kirain kalian minum minum, sana masuk kamar, biar tante suruh om kamu angkat Tamara ke kamar," ucap mama Tamara bernafas lega.

Hana sempat menolak, karena besok sekolah, sedangkan buku nya di rumah. Mama Tamara tetap menahan Hana pulang, karena hari sudah mulai larut, takut nya terjadi hal yang tidak diinginkan. Hana pun kalah, ia menurut.








Tinggalkan jejak!

Teacher's Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang