15

137 19 1
                                    

"kalian nggak ngapa-ngapain kan?"  tanya mama Tamara untuk sekian kalinya.

Tamara sudah sangat kesal, ini semua hanya salah paham, mengapa semua orang masih tidak percaya, apalagi mama nya ini.

"Kami tidak melakukan apa-apa tante, kalian hanya salah paham saja, saya tadi hanya menolong Tamara yang ingin jatuh," sela Andra.

🤎🤎🤎

"Muka kamu kenapa Ayana?"

"Bang Andra cuek banget tan, selalu aja cewek bodoh itu yang di bela."

Mama Andra jengah dengan sifat keponakan nya yang selalu mengusik ketenangan anaknya, "itu urusan anak tante, mau dia suka sama siapa itu hak nya."

"Kita tidak bisa membiarkan Andra memilih pendamping hidup nya sembarang ma, papa sudah ada calon untuk anak kita," sahut papa Andra.

"Aku tidak setuju mas, jangan terlalu mengekang Andra, kamu nggak mau kan kalau sampai Andra pergi dari rumah lagi?"

"Menantu seorang jenderal dan Meyysca tidak boleh derajat nya di bawah kita," ucap jenderal papa Andra.

"Harta tidak membuat rumah tangga anak kita bahagia pa, yang bisa membuat keluarga nya bahagia adalah bagaimana dia bisa menata rumah tangga mereka agar selalu harmonis."

"Apa yang di katakan Om  benar Tante, kita hanya ingin yang terbaik untuk keluarga kita."

Mama Andra menatap Ayana sinis, "urusin hidup kamu, jangan ikut campur urusan anak tante, liat tuh kepala masih di perban masih aja mau cari gara gara."

Jika Meyysca tidak memikirkan kondisi Ayana, sudah dipastikan ia akan menampar muka munafik Ayana.

Meyysca meninggalkan mereka berdua, terlalu lama di dekat mereka berdua membuat emosi nya naik terus.

🤎🤎🤎

"Saya pamit om tan, takut nya mama nyariin saya,"

"Owh iya nak Andra, salam buat besan,"

"Sipp"

Tamara jengah, mama nya ini terobsesi sekali menginginkan Andra menjadi menantunya.

"Buat kamu, cepat sehat, karena saya tidak suka liat kamu sakit," Andra mengelus rambut Tamara.

Sialan! Andra bisa saja membuat jantung nya berdisko disko. Kontrol sedikit tindakan nya, tidak lihat apa ada orang tuanya.

"Hati hati pak," peringat Tamara yang di angguk patuh oleh Andra.

"Biasannya, orang yang selalu perhatian, fiksss dia serius," heboh Hana.

Tamara memutar bola matanya malas, "ingat Han, cuma sebatas guru dan murid,"

"Lo sih, labil banget jadi orang, nggak bisa liat mana yang serius mana yang nggak."

"Kalian ini, tidak bisa akur," mama Tamara menaruh hendphone nya di dalam tas branded nya.

"Menurut Tante, pak Andra cocok nggak sama Tamara?"

"Cocok banget, tinggal Tamara lagi mau apa nggak nya."

Tamara menatap Hana dongkol, "lo aja sana nikah sama pak Andra," ketus Tamara.

"Nanti nangis, ucapan adalah doa,"

Tamara terdiam, ia menggeleng, jangan sampai ucapan nya menjadi kenyataan.

Ting Ting Ting
Hendphone mama Tamara berdering, ia mengambil hendphone nya di dalam tas, matanya terbelalak tangannya gemetar melihat foto dan video berdurasi 5 detik yang di kirim oleh nomor yang tak di kenal.

Mata nya berkaca kaca, ia memeluk Tamara dengan erat, "kamu putri mama yang mama cintai,"

Tamara bingung begitu juga dengan Hana, ada apa dengan mama nya, tidak seperti biasanya, "mama kenapa? Bicara sama Tamara, biar Tamara pukul orang yang sudah membuat mama menangis."

"Pa-pa ka-mu se-li-lingkuh," tangis mama Tamara pecah.

Tamara lemas seketika, kini mata nya yang berkaca kaca, "mama bohong kan? Papa selalu perhatian sama mama, selalu turuti kemauan mama,pap...."

"Mama tidak mau papa kamu curiga kalau kita sudah tau kelakuannya, diamkan saja sampai dia bicara sendiri di depan kita!" Tegas Selly mama Tamara.

Tamara dan Hana mengerti, mereka harus ikut dalam permainan yang papa nya buat.

Tamara menangis dalam diam, antara percaya dan tak percaya jika papa nya selingkuh tanpa mengerti perasaan mama nya.

"Kebahagian dan kesedihan datang secara bersamaan," lirih Tamara.

Tamara berfikir apakah ini awal kebahagiaan nya atau awal kesedihan nya, ia menertawakan dirinya sendiri, seolah dirinya di permainkan oleh kebahagiaan dan kesedihan.




Tinggalkan jejak!

Teacher's Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang