14

114 19 0
                                    

"mau ke taman belakang rumah sakit?" Tawar Andra.

"Tidak, saya mau pulang, disini rasanya sangat membosankan," keluh Tamara.

"Tetapi saya tidak pernah bosan melihat kamu."

Sungguh Tamara kesal, "sedari tadi, bapak selalu saja nggak bisa di ajak serius."

"Loh, kok saya disalahin, salah kamu lah, di seriusin nggak mau."

Tuh kan mulai kumat lagi.

"Serius pak, saya bosan, mama dari tadi belum balik balik."

"Ya ya ya, saya keluar sebentar mau beli sesuatu untuk kamu, jangan kemana-mana sebelum saya kembali."

Tamara menggaguk, tak sengaja mata nya melihat jam tangan yang di berikan nya pada Andra, ternyata lelaki itu selalu memakai nya.

Menunggu itu sangat membosankan, lama sekali pak Andra, tidak tau kah dirinya menunggu.

🤎🤎🤎

"Pak," Ayana mencekal lengan Andra.

"Ada apa?" Andra melepaskan cekalan dari Ayana.

"Emmm, bapak nggak jenguk saya?"

Alis Andra berkerut, "penting bagi saya?"

Mata Ayana berkaca kaca, "penting banget ya, sih Tamara di bandingkan sepupunya sendiri."

"Kita cuma sepupu bukan?"

Ayana kicep, ia berlari meninggalkan Andra yang menghela nafas berat.

Tidak ingin membuat Tamara menunggu nya terlalu lama, Andra bergegas pergi ke kamar rawat Tamara.

Ceklek
Astaga, apa yang sedang Tamara lakukan, membuka kancing baju bagian atas hampir memperlihatkan barang berharga, "kaitkan kembali kancing baju mu," ucap Andra dingin.

"Panas pak, lagian nggak terbuka banget."

"Nggak sopan, saya laki-laki normal Tamara!" Desis Andra masih menunduk.

"Iya iya," kesal Tamara mengancing baju nya kembali, lalu Andra berjalan menghampiri nya, menyiapkan buah buahan.

"Duduk, biar saya suapin," titah Andra.

"Gimana caranya pak, badan saya masih lemas," cemberut Tamara.

Andra memeluk Tamara lalu menyandarkan tubuh Tamara.

Intim sekali posisi mereka.

"Sekalian iket rambut saya pak hehehe," cengir Tamara.

Andra kesal, namun tak urung, ia menjalani perintah Tamara, saat tangan Andra menyentuh kulit Tamara, ia gemetar belum lagi wangi leher Tamara yang sangat memancing hasrat.

"Tahan Andra, dia belum halal bagimu," batin Andra.

"Lama banget sih pak,"  kata Tamara menoleh ke arah Andra di samping nya.

"Ra," desis Andra, karena bibir nya tak sengaja bersentuhan dengan kulit Tamara yang terawat bersih.

Sama halnya, Tamara juga merasakan hal aneh di dalam dirinya, ia melihat Andra  seperti menahan sesuatu, "bapak kenapa kayak orang nahan bab?"

"Lupakan," ketus Andra sambil mengupas jeruk.

Lalu Andra menyuapkan jeruk yang di kupas nya pada Tamara, namun Tamara membuat kesalahan lagi, karena jari Andra tergigit oleh Tamara.

"Makan nya pelan pelan," tegur Andra.

Tamara mengambil tangan Andra yang di gigit oleh nya, ia meniup niup nya, "sakit ya pak?"

"Enak, ya sakit," kesal Andra.

"Saya mau ke toilet, boleh bantu saya untuk ke kamar mandi?"

Andra melotot, "kita belum halal,"

"Bukan maksud nya bapak ikut ke kamar mandi, bapak papahin saya sampai di pintu kamar mandi,"

Akhirnya kesalahpahaman itu usai, saat Tamara ingin melepaskan diri dari Andra, badan nya agak linglung, alhasil Andra memeluk pinggang Tamara.

"Bisa nggak sih jangan ceroboh," marah Andra.

"Namanya juga lemes," ketus Tamara mendorong tubuh Andra, Andra yang tidak siap menarik tangan Tamara mereka berdua ambruk dengan posisi Andra di bawah, dan tidak sengaja Tamara mencium hidung Andra.

Lama mereka dalam posisi seperti itu, perlahan Tamara menunduk dan....

"Apa yang kalian lakukan?" Heboh Hana.





Tinggalkan jejak!

Teacher's Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang