Sesampainya di kelas, pak Faisal sudah tidak ada lagi di kelas.
"Lama banget lo di toilet, ngapain aja?" Hana bertanya.
"Biasa, jalan dari kelas ke toilet lurus, jalan dari toilet ke kelas banyak belokkan,"
Pasti kalian tau maksud ucapan dari Tamara.
"Kata Tante Selly, malam nanti ada pertemuan antar perusahaan, gue di suruh buat ngerias lo."
Tamara bergidik ngeri membayangkan dirinya di rias Hana, pasti seperti tante tante kurang belaian.
"Kita ke salon langganan gue aja, gue nggak menjamin riasan lo bagus," usul Tamara di iringi dengan ejekan.
"Si paling banyak duit," malas Hana, tidak ada kesempatan bagi dirinya untuk menyentuh kulit Tamara, di salon saja karyawan harus pakai kaos tangan yang bersih.
"Perusahaan papa lo nggak ikutan?"
"Ikut dong, papa gue orang terpenting," sombong Hana.
"Iyain aja."
🤎🤎🤎
Begitu cepat jam berputar, membuat waktu lebih cepat.
Sesuai ucapan Tamara, mereka berdua sudah berada di salon dari jam tujuh malam.
"Bayarin punya gue ra."
Tamara mengangguk malas, Tamara memilih dress yang cocok untuk dipakai di tubuh nya, Tamara melihat dress berwarna navy yang cocok untuk kulit dan postur tubuhnya.
Tamara memakai nya, dan waw, Hana saja sampai terpana.
"Mulut nya di tutup, udah belum? Kita langsung berangkat," tegur Tamara meninggalkan Hana.
Hana berjalan mengiringi Tamara, "udah di bayar belum?"
"Rewel banget dari tadi, udah gue bayar lah, yakali nggak bayar malu maluin aja."
Hana cengengesan, mereka berdua meninggalkan salon, pasti mama Tamara sudah menunggu.
Setengah jam di perjalanan mereka sudah sampai, bodyguard sudah berbaris menunggu kedatangan Tamara.
"Silahkan masuk non, nyonya dan para tamu sudah menunggu kedatangan nona," ucap bodyguard tersebut menunduk hormat.
Hal yang Tamara benci, ia tidak suka orang yang lebih tua darinya menunduk padanya, bukan berarti tidak ingin di hormati, ini terlalu berlebihan bagi dirinya.
"Terimakasih pak, saya permisi," Tamara menarik tangan Hana masuk.
Banyak pasang mata menatap dirinya dan Hana, sudah biasa bagi Tamara, tidak dengan Hana setiap ada pertemuan antar perusahaan pasti bertingkah katrok.
"Image di jaga, elegan sedikit lah Han di depan orang," Tamara mencubit lengan Hana.
"Sakit bego," cemberut Hana.
"Kalian berdua lama sekali, mama nunggu kamu kayak nunggu orang terpenting sedunia," cerocos Selly pada Tamara dan Hana, ia menarik tangan dua sekawan itu ke kerumunan yang sedang menunggu mereka.
"Maaf lama, perkenalkan ini anak saya, Tamara." Selly memperkenalkan anaknya dengan bangga.
"Hana nggak di kenalin pa?" Cemberut Hana pada papa nya.
"Kamu kan anak pungut," gurau papa nya."
"Ngeselin," rajuk Hana menatap papa nya yang menjahili dirinya.
"Kapan mama pulang pa?" Lirih Hana.
Papa Hana memeluk putrinya, "tunggu saja, pasti Mama pulang," papa Hana menyakinkan.
"Selalu gitu jawaban papa," batin Hana sedih.
Di kursi bagian belakang, Andra menatap Tamara penuh puja, tidak sia sia ikut papa dan mamanya.
"Malam ini kamu terlihat berbeda," guman Andra.
Papa Tamara tersenyum hangat, "putri papa sekarang udah besar ya,"
Senyum Tamara pudar, ingatan ketika mama nya menangis membuat rasa benci pada papa nya timbul.
"Ikuti perannya sayang, jangan sampai papa kamu curiga," bisik mama nya.
"Iya dong, Tamara merasa sangat bahagia punya mama dan papa yang perhatian."
Tap!
Lampu padam seketika, "ma, pa, Tamara takut gelap... Ma, Mama!" teriak Tamara terisak.Perlahan ada tangan yang memegang pundaknya, Tamara merasa ini bukan tangan papa nya ataupun mama nya, "lepas! Ma, Mama!" teriak Tamara, nafas nya sudah tersengal-sengal.
Tap!
Lampu menyala kembali,
Tamara menoleh ke belakang, "kalian," kaget Tamara."Heppy bridthay sayang," ucap Mama papa nya kompak, di iringi tepuk tangan yang meriah dari para tamu.
"Pak Andra," belum menghilang rasa kaget dari mama papa nya, sekarang ia di kaget kan dengan kedatangan Andra di dekatnya.
"Heppy bridthay sayang," ucap Andra memegang buket yang berukuran sedang.
"Han...." Ucapan Tamara tergantung.
"Semuanya prenk, om Ramza nggak selingkuh." Cengir Hana.
Kepala Tamara hampir pecah memikirkan permainan yang di buat orang terdekatnya, kenapa kejadian yang menimpa Ayana bersamaan dengan kejadian papa nya, begitu bodoh dirinya tertipu dengan mama nya sendiri, "kalian jahat," tangis Tamara pecah.
Andra memeluk Tamara penuh sayang, tanpa menghiraukan yang lainnya, "kejadian papa kamu sama Ayana sudah direncanakan, bedanya kejadian Ayana benar benar nyata."
Sudah Tamara duga, papa nya bukan laki laki tukang selingkuh.
Di tempat lain, orang tua Andra menyaksikan Andra dan Tamara.
"Saya biarkan anak kita saat ini, untuk bersama wanita itu, tidak untuk kedepannya."
"Dia anak baik pa, biarkan Andra memilih pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri." Kesal Meyysca, ia tidak suka terlalu mengekang anak.
"Liat saja kedepannya," cuek papa Andra.
"Awas saja kamu nekad, aku bakal pergi bersama Andra." Peringat mama Andra.
Papa Andra menganggap ucapan istrinya hanya lelucon.
Tinggalkan jejak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher's Love Story
Teen Fiction"Tamara, sudah mengerjakan tugas?" "Belum pak, soalnya susah, yang di jelaskan apa yang dikasih soal apa." "Silahkan kamu keluar, berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran saya habis." Perintah Andra. "Serius pak?" "Memang kamu mau saya seriusin...