"Aku akan ke basement. Ada sesuatu yang harus kuselamatkan."
Sementara Sanzio memantau dari pintu rahasia di atas, Debarro segera melompat terjun ke basement tempatnya selama ini bersembunyi. Namun tidak untuk kali ini, sebab basementnya takkan lagi mempan untuk ia jadikan persembunyian.
Sanzio tak ingin ada pertumpahan darah di hari ini, terlebih darah Taylor dan Scott. Tetapi, jika itu memang harus, maka katana di tangan kiri serta Ruger Super Redhawk 454 Casull di tangan kanannya saat ini terpaksa harus ia aktifkan dan pertumpahan darah pun akan segera terjadi di antara ia bersama para SEAL dalam pimpinan Rainer Jace Scott.
Ketika Debarro akan keluar dari basement, lima helikopter telah tiba dan kini berputar-putar di udara, mengelilingi mansion Debarro dari atas secara intens tanpa kelengahan setitik debu pun.
"Tak ada cela. Kita dikepung," celetuk Debarro. Tanpa ekspresi ia dan Sanzio saling melempar pandang.
Machine gun kaliber 2000 miliknya yang telah lama tertidur dan mendingin, tak ayal siang ini Debarro mengaktifkannya, memasukkan baret panjang amunisi dan ia mengintip melalui gorden ke arah luar.
Lalu di pintu helikopter, Rainer Jace Scott berjongkok sembari menyesap rokok. Gagah keren ia mengenakan celana seragam Navy SEAL, bertelanjang dada lalu dilapisi rompi anti peluru. Ia menggendong machine gun yang merupakan kehormatan baginya dan kedua pahanya diisi serta penuh oleh belati-belati terlarang.
Kelima helikopter terus mengudara mengelilingi mansion Debarro. Begitu Perwira mereka, Rainer Jace Scott memberi perintah segera terjun, bergegas mengepung dari seluru penjuru dengan kode memainkan dua jarinya santai, para Navy SEAL kompak menjatuhkan tali gantung dari pintu helikopter dan begitu sigap gesit bergerak sesuai perintah sang Perwira.
Rainer kutik jauh puntung rokoknya. Ia lantas terjun dari ketinggian tanpa tali gantung hingga mendarat di tanah halaman depan mansion Debarro. Para SEAL memasang kuda-kuda dengan senjata tertodong mantap, menunggu perintah Rainer Jace Scott untuk menyerbu masuk.
Tanpa bersuara, Rainer mainkan jari telunjuknya, memberi kode gerakan melingkar kemudian disambung kode dua jari yang dientak satu kali ke bawah kemudian dua kali ke arah depan, tanda penyerangan namun dipimpin lebih dulu olehnya.
Pintu utama mansion Debarro tumbang roboh. Dengan kaki kokoh berlapis sepatu khusus Navy SEAL, Rainer menendang begitu kuat pintu tinggi menjulang tinggi itu dan langsung terlepas dari engsel-engselnya.
Tanpa diduga, Sanzio dan Debarro ternyata telah berada di ruang tamu. Duduk manis di sofa menyambut kedatangan para pasukan best of the best, yang dapat dengan brutal menewaskan keduanya tanpa belas kasih.
"Welcome, Perwira." Suara sambutan terdengar, menyambar pendengaran tajam Rainer.
Bukan Debarro, melainkan Sanzio-lah yang melontarkan sambutan tersebut. Rainer tak terkejut, ia yakin sedari awal Sanzio telah mengetahui segalanya, bahkan keberadaan Debarro Shankar.
15 Navy SEAL bergegas memenuhi seisi ruang tamu. Tatapan tajam bengis mereka tertuju kepada Debarro dan Sanzio secara bergantian. Siap melepaskan hujan amunisi mereka dalam sekali perintah sang Perwira.
Debarro memejam tenang serta tercipta smirk tipis pada sudut bibirnya. Ia tahu jelas penangkapannya adalah misi penting bagi Rainer Jace Scott untuk melantak tinggi prestasi dan meraih posisi Kapten Komandan.
"30 detik untuk melarikan diri," timpal Rainer. Dagunya terangkat angkuh, menilik tajam Sanzio dan pangeran sulung trah Taylor di depannya itu melangkah maju mendekati.
"Aku tak menerima tawaran pertumpahan darah denganmu," balas Sanzio. Begitu dekat ia berdiri di depan Rainer, sejajar tinggi mereka, hampir bersentuhan ujung hidung keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENSATION
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK LOVE ROMANCE