EXTRA CHAPTER

153K 5.6K 637
                                        

Happy reading ❤️
Jangan lupa ramaikan yaa. Komentar dan jangan lupa tekan votenya dulu okay 💋

****

Gemas. Menginjak delapan bulan kehamilan Narra, perutnya telah membulat besar dan nafsu makannya membeludak, layaknya manusia hutan yang tak pernah bertemu dengan makanan.

Makan ini, makan itu, semuanya ingin dia makan. Kursi-kursi dan meja-meja pun andai bisa dimakan, sudah pasti akan Narra makan juga. Kepala suaminya jika bisa dimakan, sudah pasti dia makan.

Pembalasan dendam, karena sedari hamil muda, Narra terus sakit-sakitan dan tak bisa makan. Jangankan makan, mencium aroma masakan saja dia langsung muntah dengan menggila. Tapi sekarang, satu butir saja meses di donatnya jatuh ke lantai, akan dia pungut dan memakannya.

"Pizzaku ke manaaa...."

"Apa apa apa?" Dengan gelagapan Sanzio terbangun dari tidurnya. Melotot, buru-buru turun dari ranjang lalu pergi ke dapur menghampiri Narra. Berlari sempoyongan.

"Kenapa?" tanya Sanzio. Mendapati istrinya berdiri di dekat kulkas, kedua tangan terkepal dan melihatnya dengan tilikan galak. Tidak mengerikan.

"Mana pizzaku? Kenapa tidak ada di kulkas? Semalam aku menyimpannya untuk kupanaskan lagi," bentak Narra lucu. Mencurigai suaminya.

Sanzio mengernyit. "Pizza yang mana? Kau sudah memakannya."

"Tidak... aku tidak memakannya... aku menyimpannya..." Narra mengamuk, menjerit, menunjuk-nunjuk ke dalam kulkas yang terbuka sambil mengentak-entakkan kaki.

Bukan daster, Narra hanya memakai bra dan juga underwear. Harusnya terlihat seksi, tapi sayangnya sekarang dia lebih mirip ikan kembung. Belum lagi pendek, gemuk, pipi chubby dan hidungnya menjadi agak pesek. Pokoknya gemas sekali, membuat Sanzio ingin memiting kepalanya, mengisinya di karung lalu menghanyutkannya di irigasi.

"Aku juga tidak memakannya," balas Sanzio. Jangan sampai pagi-pagi mereka perang perkara pizza.

"Lalu di mana? Kenapa tidak ada?" Narra melotot, menunjuk lagi ke dalam kulkas dan satu tangannya berkacak pinggang.

"Itu karena kau sudah memakannya. Kau pasti bangun tengah malam dan memakannya, aku yakin," kata Sanzio, amat yakin. Dan memang benar, pukul dua semalam Narra bangun lalu memakan pizzanya sampai habis seorang diri di dapur. Jangan beberapa potong, sepotong saja dia tak mau berbagi dengan Sanzio. Sepelit itu.

Sejenak Narra terdiam. Sekarang mata bulatnya berkedip-kedip sambil memandang Sanzio. "Benarkah? Tapi aku tidak mengingatnya." Narra membawa bola matanya ke atas, berlagak berpikir dan mengingat-ingat, padahal isi kepalanya hanyalah makanan.

"Ah, benar. Aku yang memakannya, hehe."

Selamat. Hampir saja kepalaku yang dimakan, batin Sanzio. Agak ngeri menghadapi kelaparan Narra yang brutal.

"Ya sudah, pesankan lagi aku satu box pizza. Porsi besar, okay? Tambahkan juga french fries, double cheeseburger, juga big steak omelette. Cepat, aku lapar sekali, jangan sampai biji cherry hitammu di bawah yang kumakan."

Sanzio tertawa. Tidak perlu mengancam, sudah pasti dengan suka rela akan dia berikan bila dua biji cherry hitamnya di bawah ingin Narra makan. Kebetulan cuacanya agak dingin di luar. Ekhem.

"Kenapa tertawa?" Narra berkacak pinggang. "Cepat pesankan, aku lapar sekali," katanya. Air liurnya hampir keluar membayangkan makanan-makanan yang tadi dia sebutkan itu. Betapa enaknya dimakan sambil menonton gosip di televisi.

Cepat-cepat Sanzio mengambil ponselnya di kamar. Memesan semua yang Narra ingin makan, sekalian dia pesan juga satu menu sarapan untuknya sendiri. Setelahnya dia ke dapur lagi, membuatkan segelas susu untuk Narra serta segelas kopi untuknya.

SENSATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang