CHAPTER 15

95.5K 6.8K 555
                                    

Sanzio memiliki dua kediaman. Yang diketahui secara umum adalah pria itu tinggal di apartment mewahnya pada jantung kota Toronto. Namun, yang sesungguhnya adalah, Sanzio lebih banyak menghabiskan waktu di rumah 'sederhananya'—kata pria itu.

Rumah bergaya Mediterranean yang memiliki nuansa kuat old money, bercat putih dan dikelilingi oleh pagar tinggi menjulang. Di rumah inilah Sanzio menyimpan segala aset-aset pentingnya, bahkan pedang katana legendaris milik moyang mereka yang selalu dibawanya pun ia simpan di rumah ini.

Halamannya begitu luas, ada juga beberapa patung tua di bagian depan juga samping rumah. Dan, di rumah ini pula Sanzio menyembunyikan wanitanya, mengamankan Narra selagi ia pergi ke kantor.

Semalam, begitu bulan kian tinggi menaungi langit malam, setelah mereka menangis bersama, lantas putra sulung Kenneth dan Ruby, cucu trah Taylor, Scott dan Volkov ini membawa Narra ke rumah Mediterranean-nya.

Larut dalam pilu serta luka, pukul sembilan Narra baru sanggup untuk membuka mata, bangun dari tidurnya yang terasa amat panjang. Tidak buruk, faktanya, menangis memang dapat mengurangi beban duka di hati. Begitu pula yang Narra rasakan saat ia telah bangun kini.

Sadar ia berada di kediaman Sanzio, Narra kerap dibuat terkagum-kagum pada seluruh interior yang ada. Di mana letak sederhananya? Narra bertanya-tanya. Mengingat perkataan Sanzio semalam dan melihat fakta yang ada, Narra tersenyum tunggal sembari menggeleng kecil.

"Orang kaya yang tidak pernah merasa kaya," monolog Narra.

Cukup dengan rasa kagumnya, Narra putuskan untuk berendam air hangat penuh busa di bak mandi. Ia tanggalkan seluruh pakaiannya, mengisi bak mandi cantik di depannya dengan sabun cair lalu mengalirkan air hangat sampai penuh. Tidak lupa ia tuangkan pula beberapa tetes parfum khusus yang tersedia.

Masuk ke dalam bak mandi, merendam diri, Narra berselonjor lalu ia mulai terpejam dengan kepala bersandar. Lamunannya pun dimulai, dalam pejam ia merenungkan kehidupannya. Dan tentu pasti ia berpikir mengenai Pedro, di mana ia begitu yakin Pedro akan mencari lalu memburunya seolah-olah ia seorang buronan Internasional.

Belum sampai lima menit Narra berendam sembari memikirkan persoalannya bersama Pedro, wanita 24 tahun ini lantas mengernyit pun menyipit, samar-samar ia mendengar suara mobil memasuki halaman rumah Mediterranean Sanzio.

Billionaire pemilik rumah ini tengah berada di kantor. Tidak ada alasan bagi Sanzio untuk kembali sepagi ini, ia Presiden dua Company raksasa yang begitu sibuk, padat jadwal bekerjanya.

Sementara itu, di waktu yang bersamaan, pada forum meeting Sanzio sudah dibuat menunggu sampai sepuluh menit lamanya namun Pedro tak kunjung datang. Para dewan direksi dan seluruh petinggi company mulai bosan menunggu kedatangan kepala direktur tersebut—Pedro Battista.

Sanzio melirik arlojinya. Sudah lima belas menit dan Pedro masih belum memberi kabar kehadiran. Dalam sekejap pria berdarah Italia itu dicap sebagai kepala direktur yang buruk, tidak tahu menghargai waktu padahal itulah yang terpenting dalam hidup—waktu adalah segalanya.

Lalu Dorta muncul dari balik pintu kaca forum meeting. Ia bergontai mendekati bosnya, merunduk kemudian berbisik di sebelah telinga Sanzio.

"Pedro tidak akan datang. Dia membatalkan meeting sampai waktu yang ditentukan," bisik Dorta. Semua atensi memperhatikan mimik datar sang Presiden Perusahaan.

Sanzio meletakkan penanya di meja. Segera ia bangkit berdiri lalu diikuti oleh semua orang. "Putuskan kerjasama Taylor Group bersama Pedro Battista. Seluruh suntikan dana kutarik dan tender besarnya kulepaskan," papar Sanzio tiba-tiba, tegas.

SENSATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang