Prolog

87.1K 3.7K 23
                                    

Bya baru saja memarkirkan mobilnya bersama dengan karyawan lain. Setelah berkendara hampir satu jam dari rumahnya menuju kantor. Dua kali terdengar getaran tanda pesan masuk.

My Kuo
udah di factory By?

My Kuo
meeting room. at 10. don't forget yoo

Bya
Baik boss, noted

Sepertinya meeting hari ini akan menjadi salah satu meeting panjang sepanjang tahun ini, apalagi jika tidak membahas tentang end year festive yang menjadi musuh bebuyutan semua orang di perusahaan.

Senin pagi yang selalu terasa berat untuk siapapun, tak terkecuali untuk Bya. Rasa lelah yang seolah belum hilang dengan hibernasi penuh dihari minggu. Apalagi dengan pesan dari Kevin yang seolah membangunkannya dari kenyataan.

Membersihkan meja dan komputernya sebelum dia nyalakan menjadi aktivitas rutin Bya. Sudah ada beberapa timnya yang mulai duduk di kubikel mereka.

"Mbak Bya, nanti yang ikut meeting kamu aja ya sama Rani. Aku harus pick up barang sama tim shipping yang ketahan minggu lalu," ucap Nisa yang baru saja meletakkan tasnya. "Udah setengah gila aja aku, padahal jam kerja juga belum mulai." lanjutnya.

Bya hanya tersenyum ketika Nisa masih menggerutu karena respon tim shipping yang menurutnya menyebalkan.

"Niss, jangan lupa email aku buat list barang yang udah ok minggu lalu. Mbak Grata udah minta soalnya," pinta Bya setelah membuka email leader timnya. Nissa hanya mengangguk dan memberi tanda 'o' dengan jarinya.

Pagi yang padat sekali bukan?
Bagaimana bisa senin menjadi hari menyenangkan bagi Kevin, bahkan laki-laki itu sudah mengirimkan pesan sejak pukul setengah lima pagi dengan semangatnya. Aneh.

Sofi menghampiri meja Bya dengan map merah ditangannya. "By, dari Mbak Fiona nih, katanya belum ada invoice yang dia terima, suruh langsung ke orang finance aja katanya." ucap Sofi meletakkan map itu di mejanya.

Pagi yang indah sekali, gerutu Bya sambil menyalakan komputernya.

🍃

"Ngapain duduk disini, Pak? Bukannya duduk depan ya, Pak CFO?" pekik Bya ketika laki-laki berdarah Taipei itu duduk di sampingnya.

Kevin hanya tersenyum. "Ih udah diwakilin sama Pak Dani tuh," lanjutnya. Kevin memakai seragam berwarna soft teal dengan ukuran yang fit to body. "Lagian By, duduk di barisan anggota meeting lebih less pressure, sih." elaknya yang hanya dibalas Bya dengan anggukan.

Rapat itu dimulai dengan presentasi langsung oleh Chintya, salah satu staff Kevin. Entah kebetulan atau tidak, tapi hampir tujuh puluh persen orang finance di kantornya adalah keturunan Tiongkok.

"Kalo kamu overtime, masih bisa night talk nggak sih, By?" bisik Kevin ketika Pak Jo, CEO mereka mulai memimpin meeting.

Bya menengok Kevin yang sedang sibuk menulis sesuatu di notebook miliknya. "Boleh," jawab Bya singkat.
Kevin menganggukan kepalanya pelan sebagai respon.

Beberapa kali Bya berdiskusi dengan Grata dan Eric, kedua atasannya itu duduk tepat disisi kirinya bersebelahan dan Kevin disisi kanannya. Bahkan Grata sudah langsung mengusulkan untuk langsung overtime untuk seluruh anak warehouse.

Meeting selesai hampir jam setengah tiga sore, Bya yang sempat kembali ke ruangannya untuk mengambil map berwarna merah segera kembali keluar, berjalan ke arah head office yang berbeda satu gedung dengan warehouse. Mulai menekan tombol angka 5 di lift.

"Ceu, udah lama nggak keliatan weh. Kamu dipingit sama Grata kah?" sapa Awan, salah satu staf departemen shipping. "Mampirlah ke tempatku." sergahnya lagi.

"Liat ntar ya mas, lagi hectic banget nih sama kerjaan," tidak bohong belakangan warehousenya sedang banyak pekerjaan. Barang masuk kebutuhan factory yang sangat butuh untuk dijamah segera.

Bya membuka pintu ketika dari arah sebaliknya Kevin akan keluar. Mungkin mau merokok, batin Bya. Mengingat laki-laki itu merokok di jam seperti ini.

"Sore Pak," sapa Bya sekenanya. Kevin tersenyum bahkan menjaga pintu agar tetap terbuka hingga Bya bisa masuk.

Bya segera menghampiri Chyntia dan menyerahkan map merah yang dia bawa. "Mbak Bya, maaf banget sebelumnya. Tapi masih ada salinan beberapa invoice ini nggak sih? orang purchase bilang udah dibawa kesini tapi ngga ada, boleh minta nggak?" tanya Chyntia.

"Nanti aku cek dulu ya Mbak Chyn? biasanya Nisa punya filenya sih," jawab Bya. "makasih ya Mbak By, aku tunggu infonya ya." sahut Chyntia antusias.

Bya segera keluar dari ruang finance. Awang yang tadi mengobrol dengan beberapa orang di sofa bagian depan sudah tidak terlihat disana.

Kembali berjalan keluar dari head office dan kembali ke ruangannya. Lagi dan lagi, Bya bersirobok dengan Kevin yang sedang membuka pintu setelah berjalan dari arah smoking area yang ada di kanan loby.

"Kok cepet, By?" tanya kevin sambil menahan pintu. Bya hanya mengangguk, beralasan karena sibuk dan sudah ditunggu oleh timnya untuk meeting.

Tak butuh waktu lama, Bya segera berpamitan pada Kevin ketika Pak Jo tiba-tiba memanggil laki-laki itu.

Shana yang sibuk merapikan file yang ada di lemari segera berbalik ketika melihat pantulan Bya yang kembali duduk di kursinya. "Mbak Bya, ditunggu Mbak Grat sama Pak Eric sekarang ya, di ruangan Pak Eric." Belum sampai sepuluh detik bokongnya menempel pada kursi.

Seninku terlalu indah, Gusti Nu Agung.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang