5. Paint Your Pallet

30.2K 2.6K 15
                                    

Kevin membawa tumbler berisi kopi yang disiapkan Bya setelah sarapan tadi, tak lupa menarik tas kerja berisi MacbookPro yang diletakkan di kursi penumpang.

Istrinya sudah menyiapkan kopi itu tadi, sebelum dirinya berangkat kerja.

Hari ini akan menjadi hari yang cukup panjang untuknya, karena beberapa schedule meeting sudah masuk daftar tunggu dalam mind maping yang ada di komputer miliknya.

"Pak Kev, mau kopi nggak?" tawar Chyntia.

Kevin malah mengacungkan tumblr yang ada di atas mejanya, "udah nih, Chyn, tadi udah di buatin sama Bya," tolaknya membuat Chyntia hanya tersenyum dan berlalu.

Hampir semua orang departemen finance mengetahui statusnya sebagai suami seorang Shabea, terkadang Dani, yang merupakan supervisor of finance menggodanya, apalagi jika Bya mengunjungi mereka.

Kevin selalu checking email untuk melihat adakah hal baru yang harus dia tangani, apalagi jika sudah memasuki akhir bulan seperti ini, timnya akan selalu mengirimkan jurnal maupun laporan keuangan.

Matanya teralih, ketika ketukan pintu ruangannya terdengar, tak lama Chyntia masuk membawa sebuah paper bag berwarna cokelat, "Pak Kev, ini ada titipan dari Mbak Bya," ucap perempuan berkacamata itu, meletakkan paper bag itu di atas meja Kevin.

"Makasih ya, Chyn," balas Kevin dengan senyuman khas miliknya.

Dengan tulisan salah satu brand cookies kesukaannya yang tertera diluar box membuat Kevin langsung tau apa isi di dalamnya.

Tangannya sigap menuliskan pesan untuk istrinya, meskipun dia yakin Bya tak akan langsung membalasnya.

Kevin Kuo
terima kasih buat kirimannya ya, Mbak Bya
pas banget buat temen ngopi

Mrs. Kuo
most welcome, Pak Kevin
boleh banget loh itu dimakan bareng susu atau teh, nggak harus kopi

Tak seperti perkiraannya, ketika pesan balasan dari istrinya masuk. Kevin terbahak, Bya just being Bya, perempuan itu sering mengingatkannya untuk tidak banyak mengkonsumsi kopi.

Sejak menikah tujuh bulan lalu, sebenarnya durasi ngopi seorang Kevin memang cukup berkurang, biasanya dia tidak pernah makan ketika sarapan, hanya kopi dan sebatang rokok untuknya sarapan.

Seratus delapan puluh derajat berbeda setelah dia hidup bersama Bya, karena setiap pagi, istrinya akan menyiapkan sarapan untuknya.

Bya menanyakan apa yang bisa atau tidak dia makan saat awal pernikahan mereka, istrinya terkadang menyiapkan english breakfast, dilain hari dia akan menemukan sarapan khas orang Indonesia umumnya, terkadang juga hanya sandwich buah.

Dirinya bukan seorang picky eater, tapi karena dia lebih lama tinggal di luar negeri membuatnya masih tidak terbiasa dengan makanan berat di pagi hari.

Kembali fokus pada layar komputer di hadapannya yang menampilkan diagram, Kevin sesekali menuliskan sesuatu pada notebook yang ada di hadapannya.

Tok... tok...

Alvin terlihat berdiri di ambang pintu ruangannya, tidak sendiri, karena ada Gerald di belakang laki-laki itu.

"Tumben belum turun ke bawah?" tegur Alvin.

Kevin menaikan satu alisnya, mereka memang punya kebiasaan untuk merokok di jam yang sama, jam sembilan pagi, tepat sebelum morning meeting dilaksanakan.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang