Hand in Hand

38.5K 2.6K 166
                                    

Teriakan gadis kecil dengan pipi merah itu masih memenuhi ruang tengah. Sibuk berceloteh dengan tangan yang terus menari mengikuti irama lagu yang sudah terputar pada televisi besar di hadapannya.

Rambutnya sudah tercepol dua, dengan kemeja putih polos dan rok bermotif kotak-kotak berwarna biru.

"Iyaiyayo," nyanyinya mengikuti suara kartun kesukaannya masih dengan tangan yang terus terangkat kesenangan.

"Kalu!"

Teriakan itu menjeda gerakan gadis tiga tahun itu, langsung berhasil membuatnya berlari ke arah pintu.

"Hei, mau kemana," teriak sang Ibu yang langsung meninggalkan potongan buah di kitchen island.

Meninggalkan pekerjaan yang sedang dipegang, Bya segera mengejar anaknya yang berlari setelah mendengar namanya dipanggil oleh Brenda yang sudah sibuk menutup pintu besar disana.

"Loh, kok udah pulang sekolah?" tanya Bya melihat Brenda sudah berganti dengan sebuah daster rumahan.

Gadis kecil itu dengan sabar menggandeng tangan si adik, berjalan kembali ke ruang tengah. Mengambil tangan kanan Bya dengan pelan, lalu mencium punggung tangan tantenya yang masih memakai apron.

"Miss lagi ada acara, Tante," jawab Bya sebelum menempatkan diri, duduk di salah satu sofa besar. "Kalu, udah makan?" tanya Brenda beralih pada adiknya yang sudah kembali berdiri menatap televisi.

"Biyum," balas Kalu dengan mata mengerjap pada Brenda. "Ma, matan?" alih Kalu pada mamanya yang sudah kembali sibuk bersama beberapa pekerja rumah lainnya di dapur.

Bya hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah anaknya yang tiba-tiba menanyakan makanan. Tadi sebelum Brenda datang, Bya sudah sempat menawarkan gadis kecil itu untuk makan, tapi ditolak.

"Tadi aja ditanya Mama bilang no no," sindir Bya membuat anaknya hanya menatapnya dengan cengiran. "Kamu kalau nyengir gitu beneran kayak kembaran Papa," gerutu Bya.

Kaluela Sheanna Kuo, gadis kecil yang kini sudah menginjak tiga tahun, si kecil yang menjadi versi mini dari seorang Kevin Kuo, ayahnya.

Kalu memilik hidung dan bibir jiplakan Kevin, selain mata dan alis yang mengikuti Bya, gadis kecil itu selebihnya adalah mini version dari Kevin, dengan pipi gembul yang memerah seperti menggunakan blush on.

"Duduk sini," pinta Bya setelah meletakan piring di atas meja kecil yang sudah ditariknya dari sudut ruangan. "Duduk, ini dimakan buahnya. Brenda mau apa, nak?" alihnya pada Brenda yang sudah sibuk dengan tontonan yang sama dengan si adik.

Ada senyuman terukir di bibir Brenda, "mau avocado and strawberry juice boleh, Tante?" balas Bya memastikan, senyumannya kembali tersungging setelah melihat Bya mengangguk, "thank you, Tante By."

Bya kembali ke dapur, meninggalkan Kalu yang sudah sibuk dengan potongan buah miliknya. Anaknya itu akan tetap disana seperti biasa selagi sibuk mengunyah makanan miliknya.

Sudah lebih dari satu tahun keluarga kecilnya diboyong Kevin ke Surabaya. Sebuah keputusan besar seorang Kevin Kuo yang berhasil membuat Mama menangis kala itu.

Kevin resmi menyandang status sebagai direktur keuangan di perusahaan milik mendiang Papa Ric, membuat Kevin diharuskan tinggal di Surabaya dan meninggalkan perusahaan tempat mereka bekerja.

"Bu, ini ada kiriman dari Ibu Natalie," ucap salah satu asisten rumah tangganya membawa sebuah rantang stainless. Perempuan muda itu baru saja keluar setelah menghantarkan makanan ke rumah Mama.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang