2. An October End

44.2K 2.8K 27
                                    

Bya sibuk mengetuk ballpoint yang dia pegang di atas meja. Kepalanya terasa pening setelah hampir dua jam mengoreksi laporan yang diberikan timnya.

Keterlambatan item penting untuk produksi membuatnya kesal, karena orang lapangan akan langsung menodongnya seolah timnya adalah jin bandung bondowoso. Bagaimana bisa item itu sampai dalam semalam jika dikirim dari luar?

"Bya, tolong follow up buat order DQ634, orang factory udah nanyain soalnya," pekik Meyra, salah satu timnya yang bertugas di salah satu sub warehouse. "Kejar orang shipping, By."

"Yah Mbak Mey, udah dikejar, kata mereka bisa masuk factory dua harian lagi, masih clearance sama bea cukai," Bya berdiri menyerahkan laporan yang sudah dia tandatangani pada Sasha, asistennya. "Aku masukin ke top urgent item ya, biar dikejar langsung pas sampai sama timku."

Meyra mengangguk setuju, "bener ya, By. aku tunggu infonya loh," seperti biasa Meyra seolah akan menandai ucapan Bya.

"Lagian kok bisa sih Mbak Mey, item belum lengkap malah jalan produksi? aneh banget," tanya Bya sedikit kesal. "Nggak ada konfirmasi loh sebelumnya."

Meyra hanya mengedikan bahunya tanda bahwa perempuan itu juga kebingungan.

"Loh Mey, tumben sampe kesini?" tanya Grata saat masuk ke ruangan. Perempuan itu membawa sebuah map merah yang biasa Bya lihat. Tagihan.

Meyra berdiri, "iya nih, Mbak Grat, lagi neror Bya, material belum pada sampai gini," perempuan itu mengerucutkan bibirnya. Same here, Mbak, aku juga pusing, batin Bya.

"Ini tagihan siang tadi, udah aku sign," Grata meletakkan map merah itu ke meja Bya. "Lagian, kok kaget sih Mey? Kayak baru sekali aja kasus beginian?"

Meyra berdecak, memang bukan sekali mengalami kejadian seperti ini. Karena orang di factory akan mendahulukan PO yang turun dengan style serupa untuk menghemat waktu sett-up ulang.

"Orang purchase juga heran kenapa belakangan ini pengiriman jadi rada nyebelin," sahut Bya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya, "mending Mbak Mey balik dulu, kalo ada info baru aku kabarin."

Saran yang langsung disetujui oleh Meyra, hanya itu saran yang bisa dia berikan saat ini, menilik proses clearance tidak memiliki tenggat waktu yang pasti.

"Yaudah ayok Mey, balik," ajak Grata dengan kedua tangan masuk ke saku celananya, "Bya, jangan lupa tagihan masuk ke finance biar diproses."


🍃


Bya sibuk menuangkan kopi ke dalam tumblernya di pantry, matanya terasa cukup berat karena semalam dirinya baru bisa terlelap hampir pukul dua belas malam.

"Bya?" panggilan seseorang di luar pantry, suara yang tak asing ditelinganya. "Here," sahutnya seolah memberi kode pemilik suara tersebut untuk masuk.

Laki-laki dengan kaos berwarna terracotta dan joger pants hitam masuk ke dalam pantry. "Tadi aku tanya Nisa, kamu lagi ke pantry, yaudah aku susulin."

Bya memutar tubuhnya, tangannya sibuk menutup tumblr milknya. "Eum, ada apa Pak?" tanya Bya, melihat Kevin menaikan kedua sudut bibirnya.

Kevin Kuo, kalian tidak salah orang, suami Bya, dia juga CFO di perusahaan tempat Bya bekerja. Kevin sebelumnya ditugaskan di head quarter perusahaan mereka yang berada di Taiwan.

Mereka berkenalan karena ketidaksengajaan, diperkenalkan oleh Mbak Grata dan Pak Eric, ketika tim mereka sempat menjalani training di HQ.

Awal bagaimana pernikahan ini bisa terjadi, Kevin yang membutuhkan alasan agar bisa mutasi dan kembali ke Indonesia, dan Bya yang menerima tekanan untuk segera menikah dari kedua orang tuanya.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang