Suasana rumah sudah cukup ramai ketika pasangan itu turun. Kevin masih setia menggandeng tangan Bya, setelah membantu istrinya menuruni tangga.
"Nah ini dia yang ditunggu-tunggu," suara seorang laki-laki terdengar. Membuat Kevin dan Bya hanya mampu tersipu malu-malu.
Malam ini, seluruh keluarga besar Mama berkumpul di rumah mereka. Sebuah kebiasaan keluarga Hardjo, dimana seluruh keluarga akan berkumpul di rumah Mama pada malam natal dan berkumpul di rumah Om Nando setelah ibadah besok pagi.
"Halo, Om. Apa kabar?" sapa Kevin kakak dan adik sang ibu setelah melepaskan genggamannya pada Bya yang sudah bercengkrama dengan Tante Resa dan Tante Ina.
Om Nando menepuk pundak Kevin, "baik, Ge," balasnya sebelum Kevin berpindah pada Om Dinan yang duduk di sofa lain disana.
"Itu dijagain loh, Ge, istrinya," petuah Om Dinan begitu Kevin berhasil mendaratkan bokongnya pada sofa, di samping ayah dua anak itu.
Hanya anggukan yang diberikan Kevin sebelum seorang laki-laki seusia Raga bergabung bersama mereka.
"Pantesan ngebet banget nikah, istrinya cantik gitu."
Ucap Seth dengan santai setelah duduk di samping Kevin. Sebuah ucapan yang berhasil membuat Kevin melayangkan tinju pada lengan adik sepupunya.
"Ini nih, yang si paling nggak bisa balik," sindir Kevin pada adik sepupunya, mengingat laki-laki itu jadi satu-satunya yang tidak bisa hadir ketika acara pernikahan dan acara tujuh bulanan Bya.
Seth hanya mendengus, "sibuk, Ge, lagian sih mendadak banget," elak Seth tak terima.
"Alesan terus," sergah Kevin yang langsung dibalas decakan oleh si adik.
Ernando dan Erdinand hanya menonton perdebatan singkat keduanya. Sebelum keempat laki-laki itu kembali berbincang mengenai pekerjaan.
Di area dapur, hampir seluruh perempuan di keluarga Hardjo berkumpul. Ingat, hampir, karena Joan dan Genevieve masih belum juga sampai. Padahal, kedua perempuan itu mengabari jika sudah berada di jalan tadi.
"Aduh, gemes banget," ucap Valerina mengusap perut Bya gemas. "Jadi kangen waktu hamil," lanjutnya masih terus mengusap perut Bya.
Mama baru saja bergabung bersama keempat perempuan disana, "ini, nak," ucap Mama menyerahkan satu cangkir teh jahe untuk Bya.
Sejak hamil, Bya hanya bisa meminum teh jahe. Dan Mama sudah hapal betul kebiasaan baru menantunya, bahkan Mama sendiri juga yang memilihkan merk teh yang Bya minum.
"Bya udah mulai cuti?" tanya Theresia yang duduk di samping Natalie, yang langsung dibalas Bya dengan anggukan, "berarti bisa disini lama dong, By?" lanjutnya.
"Iya, Tan, nanti pulangnya setelah tahun baru," balas Bya.
Duduk bersama Erina dan kedua ipar mama mertuanya masih cukup canggung bagi Bya. Bukan, bukan karena dirinya terintimidasi, tapi karena mengingat siapa lawan bicaranya.
Theresia Lim, ibu Natalie dan Joan. Siapa yang tidak mengenal istri Ernando Hardjo, si atlet wushu yang berhasil mengharumkan nama Indonesia pada masanya.
Satu lagi, perkenalkan, Valerina Tan, istri Erdinand Hardjo, si anak bungsu dari keluarga Hardjo. Ibu anak dua nan cantik keturunan Manado itu memilih menjadi ibu rumah tangga, berbeda dengan kedua kakak iparnya. Namun, Tante Ina menjabat sebagai kepala yayasan kemanusiaan milik keluarga Hardjo.
"Kamu minta kado yang banyak dari dua tantemu, By, kurang ajar banget nggak dateng acara tujuh bulanan kamu," sindir Mama melirik kedua adik iparnya bergantian. Sebuah ucapan yang membuat keduanya langsung tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Everyday
ChickLitMenurut Bya, jatuh cinta tidak ada dalam daftar jobdesk ketika dirinya menandatangani kontrak dengan HRD. Kevin Kuo, tidak pernah menyangka jika dia bisa menjadikan seseorang baru sebagai tempatnya kembali setiap malam, bercerita panjang lebar tenta...