EPILOG

39.4K 2.6K 165
                                    

Bya
Aku di Leko

"Hai,"

Suara itu terdengar bersamaan dengan jari Bya yang baru saja menekan tombol kirim pada chat roomnya dengan seseorang disana.

Perempuan itu menengadahkan kepalanya guna menatap laki-laki yang berdiri disana.

Sedikit terjingkat begitu melihat laki-laki berwajah oriental dan berahang tegas dengan sentuhan bule sudah berdiri disana dengan sebuah senyum mengembang.

"Astaga, baru aja aku bales chat-nya," ucap Bya mengulurkan tangan kanannya.

Kevin Kuo, laki-laki itu langsung membalas uluran tangan Bya. Menjabat tangan Bya dengan lembut dan ramah seperti saat terakhir mereka bertemu di Vietnam dua bulan lalu.

Laki-laki itu langsung menarik bangku yang ada di hadapan Bya, duduk dengan santai disana.

Bya tidak terlalu terkejut melihat Kevin yang hanya datang dengan celana cargo pendek dan kaos berwarna soft brown dan sebuah sneaker berwarna putih.

Keduanya sibuk memilih menu dari buku yang diserahkan pelayan beberapa menit lalu, segera memesan apa yang mereka inginkan.

"Jadi, Bya, gimana?"

Dua minggu lalu, entah dengan cerita awal seperti apa, laki-laki itu memberikan Bya sebuah tawaran. Tawaran yang cukup gila. Yang berhasil membuat Bya tidak bisa benar-benar tidur dengan baik dua minggu ini.

Kevin, laki-laki yang belum genap setengah tahun Bya kenal itu menawarkan sebuah pernikahan padanya.

Menikah kontrak? lebih tepatnya mereka menikah dengan modal komitmen, karena tidak ada batasan waktu serta perjanjian yang diberikan oleh laki-laki itu.

Kevin beralasan jika dirinya harus pulang secepat mungkin ke Indonesia, laki-laki itu tidak memberikan alasan spesifik pada Bya. Bahkan saat pertama ide gila itu muncul, Bya sempat berpikir jika laki-laki itu adalah jaringan pengedar narkoba yang sedang buron oleh aparat keamanan.

Bya meneguk air mineral miliknya, membasahi kerongkongannya sejenak, sekaligus mengulur waktu. "Sebelum aku jawab, aku perlu untuk make sure satu hal, Kev," lirih Bya.

Kevin hanya menaikan satu alisnya, meminta Bya untuk melanjutkan ucapannya.

"How about our religion? itu hal yang cukup penting untuk aku."

Pertanyaan Bya berhasil membuat Kevin hanya mampu menganggukan kepalanya, laki-laki itu sudah menebak jika hal ini akan menjadi sebuah pertimbangan besar keduanya.

Alis Bya sempat mengkerut begitu melihat Kevin mengangguk dengan sebuah senyuman tipis di bibirnya, laki-laki itu terlihat luar biasa tenang padahal dirinya sedang deg-degan tak karuan.

"As I predicted before," balas Kevin dengan nada tenang luar biasa, laki-laki itu membawa netranya menatap lurus milik Bya, "aku yang akan belajar kepercayaan kamu, aku anggap itu sebagai resiko yang harus aku ambil."

Bya hanya mampu menelan ludahnya dengan kasar, masih tidak percaya dengan apa yang baru dirinya dengar secara langsung dari bibir Kevin.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang