Bya memilih duduk di kursi bar, menatap Mama dan Ibu yang sedang melakukan duet di balik kitchen island. Ibu sedang mengolah salmon yang mereka beli semalam dan Mama sedang sibuk membuat white sauce yang akan dimasak bersama penne pasta yang baru direbus.
Mama sampai kemarin siang, yang disusul oleh Ibu pada sore harinya. Dan sejak detik itulah, Bya tidak diizinkan untuk melakukan pekerjaan apapun.
"Ayolah, aku juga mau bantuin masak," gerutu Bya yang hanya mampu menatap kedua ibu itu sibuk masing-masing. "Aku kaya anak bawang, ih, Ibu, Mama." adunya kembali dengan muka memelas.
Ibu hanya meliriknya sekilas, "ada banget orang disuruh anteng, duduk, diem, kok malah ngeluh," tolak Ibu kembali sibuk untuk membersihkan fillet ikan di hadapannya.
Sejak pagi tadi, Bya hanya mondar-mandir tanpa memegang satu pekerjaanpun. Mama dan Ibu langsung melarangnya ketika tangannya berhasil menyentuh sapu.
"Sini loh, aku juga mau ikut bantuin," gerutu Bya yang cemberut mengikuti gerakan Mama dan Ibu, matanya sedikit melirik ke jam yang tertempel di salah satu sisi dinding.
Kevin masih berada di kantor, suaminya itu masih bekerja setidaknya sampai dua jam kedepan, membuat Bya benar-benar mati kutu di hadapan Ibu dan Mama yang membuat dirinya menjadi pengangguran seutuhnya.
Melirik sekilas halaman samping rumahnya yang sudah disulap habis-habisan. Bahkan dekorasi penuh bunga segar juga sudah mulai dirangkai oleh beberapa orang disana. Membuat seisi rumah dipenuhi dengan bau bunga.
Bya masih takjub dengan backdrop untuk prosesi siraman esok hari yang benar-benar penuh dengan bunga. Bahkan ada white orchid, bunga favorit Bya yang menjadi bagian dari dekorasi.
"Gimana, By, suka nggak?" tanya Mama yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Bya dengan segelas jus di tangannya.
Membuat Bya langsung menatap mama mertuanya itu dengan tatapan tidak percaya, "suka, Ma, cantik banget," balasnya dengan tatapan takjub. Sejenak lupa akan rasa kesalnya seharian ini.
Bagaimana bisa Bya tidak takjub dengan pilihan Mama Erina. Mengingat mama mertuanya adalah pemilik event organizer tersohor yang menjadi langganan public figure. Jadi, ini adalah salah satu alasan mengapa acara sederhana yang ada di kepalanya dan Kevin berubah menjadi acara yang benar-benar tidak sederhana.
"Ini acara nggak ada sisi sederhana mau diliat dari sisi manapun deh, Ma, jadinya," cicit Bya yang langsung membuat Mama tersenyum.
Mama masih sibuk mengawasi pergerakan crew disana. "Udah Mama pilih yang paling simple ini," balas Mama santai, "suami kamu tuh, ribet padahal Oma sama Utinya udah excited banget loh."
"Kan emang mau sederhana aja, Ma."
Ya, rencananya dan Kevin memang untuk syukuran. Tidak perlu mewah, karena hanya mengundang tetangga dan rekan keduanya di kantor. Tapi mau gimana lagi, ketika sebuah acara diurus langsung oleh Mama dan Ibu sekaligus, mana bisa mereka menang dalam negosiasi.
Sebuah acara mitoni atau tingkeban yang kental dengan adat Jawa. Mama sudah menyiapkan salah satu pengarah acara adat, tak lupa tujuh pasang kebaya dan jarik yang akan digunakan Bya untuk prosesi pantes-pantes juga sudah disiapkan oleh Mama dan Ibu.
Ibu secara khusus memesankan kain jarik yang akan Bya gunakan di salah satu pengerajin langganan keluarga mereka.
"Kain jariknya cantik-cantik loh, Nduk," sahut Ibu bergabung dengan besan dan anak perempuannya.
Mama Erina mengangguk antusias, "iya, Mama jadi pengen ih, By, abis liat jarik punya kamu."
"Nanti aku pesenin, Mbak, biar dikirim ke Surabaya, ya?" tawar Ibu yang langsung disetujui oleh Mama dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Everyday
ChickLitMenurut Bya, jatuh cinta tidak ada dalam daftar jobdesk ketika dirinya menandatangani kontrak dengan HRD. Kevin Kuo, tidak pernah menyangka jika dia bisa menjadikan seseorang baru sebagai tempatnya kembali setiap malam, bercerita panjang lebar tenta...