11. Play The Fool (2)

26K 2.5K 14
                                    

Bya menyeret kopernya keluar dari stasiun Lempuyangan, Raga sudah mengirimkan pesan jika anak itu sudah berada di luar stasiun.

Tak begitu sulit untuk menemukan Raga, karena adiknya itu memarkirkan mobil tak terlalu jauh dari pintu keluar. Laki-laki itu berdiri dengan sebuah HRV hitam didekatnya.

"Mbak Sha," teriak Raga yang langsung dibalas Bya dengan senyuman dibibirnya.

Bya memeluk adiknya singkat setelah memasukan koper yang dia bawa ke dalam bagasi.

"Kenapa makin tinggi aja sih, Nang?" tanya Bya keheranan, tingginya hanya sebatas janggut adik yang tiga tahun lebih muda darinya.

Raga terkekeh ketika punggungnya mendapat tamparan gemas dari kakaknya, "Mbak Sha makin pendek aja, aku jadi bisa liat ubun-ubunnya," tak mau kalah.

Padahal ketika mereka berdua masih SD, Bya jauh lebih tinggi dari Raga, entah semenjak menginjak angka tujuh belas tahun, tinggi badan Bya seolah mengalami perlambatan, berbanding terbalik dengan adiknya.

"Cari makan dulu ya, nang? Mbak Sha laper," pinta Bya setelah memasang safety belt.

Raga membawa mobil hitam itu menjauh dari area stasiun, "mau makan dimana Mbak?" tanya Raga tanpa melihat kakak perempuannya.

Bya menatap layar ponsel miliknya, mencari beberapa referensi salah satu akun foodie yang sering mondar-mandir di timeline.

"Roaster and Bear?" ucapnya, yang langsung dibalas dengan anggukan oleh adiknya.

"Good choice, searah jalan balik," sahut Raga.

Hampir sepuluh menit mobil itu mengaspal sebelum memasuki area restoran tujuan mereka, sebuah restoran yang berada di samping salah satu hotel bintang empat di Mangkubumi.

Sebuah getaran ponselnya menjeda Bya setelah turun mobil, sebuah panggilan dari Kevin.

Ah, hubungan mereka masih seperti biasa, hanya saja Bya masih cukup menahan dirinya, tiga hari ini Bya membalas pesan Kevin singkat, termasuk obrolan mereka setiap telfon, bahkan Kevin sempat bertanya pada dirinya mengapa Bya jadi lebih pendiam. Apa jawaban Bya? karena dia sedang lelah karena pekerjaan, cih, penipu ulung.

"Halo, Kev, ada apa?" sapa Bya setelah menempelkan ponselnya. Ada dengusan diujung sana.

Terdenger tegukan, mungkin suaminya sedang meminum sesuatu, "hai, By, gimana udah sampai Jogja?" sahut Kevin tanpa membalas pertanyaannya.

"Hmm, baru sampe, emang lagi nggak sibuk?" suaranya terdengar sedikit ketus, membuat Kevin mendesah di ujung sana.

"Baru balik ke kamar nih, hmmm... Bya, are you ok? aku ngerasa kok kamu jadi lebih diem ya?" lagi, sepertinya Kevin sudah mulai bisa membaca tingkah dan kebiasaan Bya.

Bya berjalan masuk, ketika seorang pelayan membawanya masuk, pada sebuah meja yang sudah diduduki Raga di kursi seberangnya.

"Aku? aku baik-baik aja, kamu gimana? seneng dong disana?" tanya Bya. Ada penekanan dalam pertanyaannya.

"Yap, happy bisa ketemu tim HQ," jawabnya.

Bya menggigit bibir bawahnya, "selain tim HQ ketemu siapa lagi?" mengumpulkan keberanian mengucapkan kalimat itu. Membuat Bya merutuki dirinya.

Ada gumaman lagi diujung sana, "nggak ada, cuma sama tim HQ aja sih," lanjut Kevin masih dengan nada tenang.

Seorang pelayan membawa pesanannya dan Raga, "yaudah, Kev, nanti aku telfon lagi ya, makananku udah dateng, Bye," tutupnya.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang