26. Worth My Time

30.6K 2.4K 34
                                    

Kevin berjalan dengan tangan yang masih setia menggenggam perempuan di sampingnya. Cuaca sedikit mendung membuat suasana pagi jadi lebih sejuk.

Alvin baru saja mengabari jika dirinya dan Ayuni sudah berada di clubhouse. Kevin segera menurunkan Caddie bag Titleist hitam dari bagasi mobil.

"Ayo masuk," ajaknya setelah menyerahkan kunci mobil pada valet, yang langsung diterima Bya.

Kevin membawa Bya memasuki area restoran. Tangannya masih setia menggandeng istrinya yang terengah menaiki tangga.

"Tante By," teriakan Maura terdengar begitu kaki keduanya menapak di lantai dua.

Gadis itu berlari menghampiri Bya, "hai," sapa Bya masih berusaha mengatur napasnya setelah berhasil melewati tangga disana.

Clubhouse cukup ramai hari ini, hampir semua meja terlihat penuh. Mengingat ini hari sabtu dan banyak pekerja kantor yang libur.

"Kenapa nggak di bawah aja sih," gerutu Kevin membuka botol air mineral, menyerahkannya pada Bya yang masih berusaha mengatur napas.

"Penuh, maunya juga di bawah," balas Ayuni, "tapi ok, kan, By?" beralih pada Bya yang duduk di seberangnya.

Ayuni memilih salah satu meja yang ada di bagian ujung restoran, yang berbatasan langsung dengan pagar pembatas dengan view lapangan golf yang luas.

Maura duduk di kursi samping Bya, anak itu terus berada di samping Bya, bahkan tangannya sesekali mengelus perut Bya.

Mengelus perut Bya seolah menjadi kebiasaan Maura yang baru setiap keduanya bertemu. Dan Bya tidak mempermasalahkan hal itu, karena Maura selalu izin lebih dulu sebelum mengusap perutnya.

"Mou, itu tangannya loh," tegur Alvin melihat si anak yang menonton dengan tangan kiri sibuk mengelus perut Bya.

Maura menatap ayahnya sekilas, "udah izin, kok, sama Tante Bya," balas Maura tak mau kalah.

"Tangan kamu berat, kasian tantenya," ulang Alvin menatap wajah anaknya yang sudah kembali dengan tontonannya.

Maura sempat mengarahkan tangannya untuk menekan tombol pause di layar. "Papa, Mou udah izin sama Tante Bya, udah diizinin juga," terang Maura berusaha memberi pengertian pada Papanya.

"It's ok, Mas, udah izin kok," tengah Bya berusaha menghentikan perdebatan itu.

"Tuh kan, boleh. Papa nggak tau sih, Tante Bya itu bestienya Mou," baiklah perselisihan antara ayah dan anak itu mulai bertemu ujungnya. "Makanya, Mou dibuatin adek sendiri, biar bisa elus prut Mama."

Alvin hanya mampu menggelengkan kepalanya. Pasalnya, bukan sekali ini Maura meminta adik. Sejak mengetahui jika Bya sedang hamil, anak itu sangat gencar meminta adik pada Mama maupun Papanya.

Maura sudah cukup akrab dengan Bya sejak pertama Bya berkenalan dengan anak itu. Maura sering main kerumah Bya dan Kevin saat sore.

Ketika Bya diharuskan bedrest, Maura selalu datang ke rumah setelah pulang sekolah. Anak itu akan tidur siang dirumah Bya, menemani Bya hingga sore hari dan dijemput oleh Mamanya untuk berangkat les.

Kebetulan, jam-jam biasa Ayuni menjemput Maura bersamaan dengan jam Kevin pulang kantor, jadi Bya tidak terlalu merasa kesepian.

Seorang pelayan membawa pesanan mereka, saat Kevin dan Alvin beranjak untuk memulai kegiatan mereka.

Kevin mengusap kepala Bya lembut, "aku main dulu," ucapnya yang hanya dibalas Bya dengan anggukan, "nanti kalo bosen, bawa keluar aja, Ay, bawa mobilku," beralih pada Ayuni yang sedang menata makanan di hadapannya.

Your EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang