Kevin mematikan panggilan di ponselnya ketika melihat seseorang melambaikan tangan. Seseorang yang dia minta untuk datang menjemputnya.
Menarik TUMI hitam miliknya, mendekat pada seseorang yang berdiri dipintu pengemudi sebuah mobil hitam.
"Lama nunggunya, Ga?" sapa Kevin setelah menata bawaannya di bagasi, "maaf ya, harus repot-repot gini," ucap Kevin tulus.
Butuh setidaknya tiga puluh sampai empat puluh menit dari Hyatt ke YIA, dan Raga mau melakukan itu di tengah padatnya acara keluarga adalah sebuah hal yang patut diapresiasi.
Ya, Raga, Kanuraga Pramono, adik iparnya. Pemuda yang menjemputnya, yang diam-diam dia kabari mengenai rencana kepulangannya yang mendadak.
Kevin sengaja pulang lebih awal, penerbangan seharusnya dijadwalkan pada hari rabu, tapi laki-laki itu melakukan reschedule menjadi selasa dini hari.
Memilih penerbangan pertama agar bisa mengejar waktu resepsi adik sepupu Bya, Radhina, dan ingin memberi kejutan kecil untuk istrinya.
"Ini beneran Mas Kevin ndak ngasih tau Mbak Sha?" tanya Raga memastikan yang langsung diangguki oleh Kevin.
Boro-boro mengabari kepulangannya, Kevin bahkan sengaja tidak memberi kabar apapun pada Bya seharian kemarin, selain memberi waktu, dia merasa Bya sedikit jenuh karena dia terus menghubungi, ditambah bisa dipastikan jika seharian kemarin Bya sibuk dengan rentetan acara adik sepupunya.
"Mas, kalo aku kena semprot Mbak Sha, kamu harus belain aku," lanjut Raga meminta perlindungan. "Istrimu tuh setengah beruang setengah maung soalnya."
Kevin terkekeh geli, melihat Raga bergidik ngeri membicarakan istrinya, "nggak loh, dia baik gitu," belanya, membuat Raga langsung menatapnya sinis.
"Jujur aja, Mas, nggak usah takut, aku nggak bakal ember ke Mbak Sha," desak Raga tak terima.
Gelak tawa Kevin masih terdengar ketika ponsel Raga di dashboard berdering, menampilkan nama Mbak Sha dengan emoticon harimau.
Membuat Kevin mau tidak mau menghentikan tawanya dan memberikan isyarat pada Raga untuk mengangkatnya dan menekan tombol speaker.
"Halo, Mbak, gimana?" sapa Raga mencoba menetralkan suaranya.
"Kamu dimana, nang?" tanya Bya langsung, membuat Kevin menahan kekehannya.
Raga mendengus, pasti kena semprot kakaknya itu, "masih di jalan iniloh, kenapa?" balasnya tak kalah kesal.
"Nggak papa, aku cuma nyari, tak kira jemput Kanina ternyata anaknya malah udah disini naik Grab," sahut Bya santai.
"Kamu tuh orak cetho kok, Mbak," protes Raga tidak terima. Ada tawa terdengar diujung sana.
Bya terdengar puas setelah menjaili adiknya, "yaudah hati-hati, jangan kelamaan, sebelum beskapmu tak gadein." tutup Bya langsung mengakhiri panggilan.
Raga menatap Kevin dengan tatapan 'nah kan aku bilang apa?' membuat laki-laki itu langsung terbahak.
Kevin memilih tidur, membiarkan Raga mengobrol dengan kekasihnya melalui panggilan, matanya sudah mulai mengantuk.
Sepulangnya kunjungan di factory, Kevin langsung merapikan barang-barang miliknya, merapikan koper memang bukan pekerjaan mudah untuknya.
Semenjak ada Bya dihidupnya, banyak hal yang tidak bersahabat dengannya bisa selesai di tangan istrinya itu.
Kevin dan packaging memang bukan teman baik nampaknya.
Bahkan kegiatannya baru selesai sekitar pukul sepuluh malam, karena jam tanggung karena penerbangannya pukul satu dini hari, Kevin memilih melanjutkan untuk mengecek email dari kantor selama dia tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Everyday
ChickLitMenurut Bya, jatuh cinta tidak ada dalam daftar jobdesk ketika dirinya menandatangani kontrak dengan HRD. Kevin Kuo, tidak pernah menyangka jika dia bisa menjadikan seseorang baru sebagai tempatnya kembali setiap malam, bercerita panjang lebar tenta...