02 Guru Private

5.9K 366 3
                                    

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk

_______

Setelah perjalanan yang cukup memakan waktu setengah jam, Nadhira pun berdiri tepat di depan pintu pagar yang mewah. Semangatnya yang tadi menggebu-gebu, mendadak hilang entah kemana. Tidak mungkin jika ia harus putar balik dan membatalkan pekerjaannya. Ia tidak pernah tau jika dikompleks yang tidak jauh dari rumahnya, ada satu rumah yang semegah ini.

"Mbak, cari apa yah?" Penjaga gerbang itu sejak tadi memperhatikan Nadhira yang terkagum.

"Aku belum masuk surganya Allah, udah disuguhi rumah yang semegah ini," gumamnya. Namun, terdengar sekilas oleh Pak Satpam itu.

"Kenapa toh Mbak? Cari siapa?"

Menyadari keberadaan pria paruh baya yang mungkin seumuran dengan Ayahnya, ia pun membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf karena sikapnya.

"Maaf, Pak. Saya kesini mau ketemu sama Omahnya dek Maryam."

Pak Boim ber-oh ria. "Mau ketemu Ibu?" Ia terlihat berpikir.

"Mbak ini guru privatenya Non Maryam yah?" tebak Pak Boim yang dihadiahi anggukan oleh Nadhira.

"Sini masuk, Mbak. Ibu dari tadi nungguin." Nadhira mengekori kemana arah Pak Satpam itu masuk. Hatinya berdecak kagum melihat luasnya halaman rumah bak istana itu. Kalau saja ia tinggal di rumah yang seperti itu, ia tidak akan bosan mencari spot untuk belajar dan membaca buku.

"Bu, gurunya Non Maryam udah datang."

Omahnya Maryam, Ibu Ayu mengalihkan pandangannya kearah Nadhira. Wanita paruh baya itu awalnya terkejut melihat guru private cucunya. Namun, ia langsung menertralkan mimik wajahnya dan tersenyum dengan ramah.

"Nadhira, kan?"

"Iya, Bu."

"Kamu masih muda yah? Udah nikah?"

"Belum, Bu. Saya masih kuliah."

"Oooo. Jurusan PGPAUD, yah?" tebak Ibu Ayu dan Nadhira langsung menggeleng.

"Bukan, Bu. Saya jurusan Farmasi."

Ibu Ayu cukup terkejut. "Ayahnya Maryam dosen farmasi. Tapi saya lupa dia ngajar dimana."

Nadhira hanya tersenyum menanggapinya. Ia tidak begitu penasaran dengan Ayahnya Maryam. Gadis itu hanya penasaran dengan Maryam.

Ibu Ayu berdiri dan memanggil cucunya yang ada dikamar untuk keluar menemui guru privatenya. Setelah itu, dari kejauhan Nadhira menangkap sosok anak kecil yang bersembunyi dibelakang Omahnya.

"Maryam, itu gurunya Maryam. Ucapin salam sama Kak Nadhira." Ibu Ayu memberi instruksi selembut mungkin pada cucunya.

Pelan-pelan, Maryam keluar dari persembunyiannya. Ia mengulurkan tangan mungilnya dengan sedikit ragu. Nadhira yang merasa gemas, tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung mengambil tangan si kecil Maryam.

Maryam mencium punggung tangan Nadhira dan setelah itu Nadhira mencium tangan Maryam. Gadis itu mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan anak kecil yang menggemaskan itu.

"Assalamu'alaikum, Maryam." Nadhira melemparkan senyum lembutnya. Rasanya ia ingin memeluk Maryam saat pertama kali melihatnya.

"Wa-wa'alaikumussalam, Ma-Ma," balas Maryam terbata-bata.

"Mama?" beo Nadhira syok saat pertama kali dipanggil Mama oleh anak kecil yang bukan anaknya.

Gadis itu menatap Ibu Ayu dengan penuh tanya. Namun, Omahnya Maryam hanya tersenyum lembut melihat interaksi keduanya. Dengan itu, Nadhira hanya tersenyum kaku.

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang