22 Ujian Proposal

5.6K 384 4
                                    

Huffttt!!! Setelah sekian purnama. Akhirnya aku baru bisa UPDATE lagi. Soalnya, belum cukup 40 vote dipart sebelumnya. Tapi gak apa-apa. Soalnya, pasti udah ada yang kangen sama Nadhira atau Ghaazi.

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Keknya lebih nyenengin kalau kita terapkan budidayakan follow dulu sebelum membaca. Usahain yah!!!
telorpecah000

_________

Saat-saat yang mendebarkan itu pun tiba. Debaran jantungnya melebihi saat Ghaazi melamarnya secara tiba-tiba. Ujiannya ini bisa terbilang cukup lambat karena beberapa teman-temannya justru sudah melakukan penelitian. Menyalahkan suaminya sendiri justru akan menguras waktu dan tenaganya saja. Apalagi saat Nadhira melihat Ghaazi yang duduk manis dengan setelan kemeja pilihannya pagi tadi menambah kesan berwibawa. Namun, tetap gaul.

Dengan ekspresi wajah Ghaazi yang seperti itu justru membuat Nadhira kesal sendiri. Entah kenapa ia malah kesal melihat sikap profesional suaminya saat di kampus. Apalagi saat ia satu atmosfer dengannya. Lebih baik rasanya Ghaazi tidak menjadi dosen pembimbingnya.

Satu per satu dosen pun masuk ke dalam ruangan itu. Para audiens yang merupakan teman kelas Nadhira, ada dua penguji yang turut hadir. Isu-isu yang ia dengar kalau penguji utamanya cukup teliti dan detail dalam segala hal. Namun, ia tidak tau apakah tingkat ketelitian pengujinya bisa mengalahkan ketelitian Ghaazi yang menjadi faktor penghambat Nadhira untuk ujian proposal beberapa waktu yang lalu. Nadhira mulai harap-harap cemas saat Ghaazi mulai membuka dan mempersilahkan Nadhira mempresentasikan rancangan penelitiannya menggunakan microsoft powerpoint.

Hanya 20 menit, Nadhira menjelaskan semua yang ia pahami mengenai rencana penelitiannya. Ia memperhatikan ekspresi wajah Prof. Adi—Selaku penguji utamanya— yang mengerutkan keningnya.

"Anda yakin ingin membuat sediaan patch transdermal ini?" Sebuah pertanyaan sederhana, tetapi memiliki jawaban yang kompleks.

Nadhira mengangguk dengan ekspresi yakin. "Yakin, Prof."

"Ini kan termasuk sediaan kosmetik yang terbaru yah. Mungkin anda bisa jelaskan gambaran sediaan anda ini? Karna saya juga belum menemukan gambarannya."

Mendapatkan pertanyaan itu, Nadhira merasa beruntung. Karena pertanyaan itu sudah berulang kali Ghaazi pertanyakan padanya dan jawabannya pun konsisten. Menurut pria itu, jawaban Nadhira pun cukup jelas di logikanya. Wanita itu menjawab pertanyaan dari pengujinya dengan penuh percaya diri tanpa adanya rasa gugup sedikit pun.

Namun tak disangka, muncul lagi bantahan demi bantahan dari pengujinya yang semakin membuat Nadhira kesulitan. Ghaazi masih fokus menatap istrinya yang selalu saja terlihat bersinar dimatanya. Padahal, Nadhira sudah kesal karena tingkah Ghaazi. Katanya profesional, lalu yang ia lakukan tidak mencerminkan perilaku profesional selaku pembimbingnya.

"Berada dilapisan mana sediaan anda ini bekerja? Lalu berapa diameter ketebalan sediaan anda ini? Apakah sediaan yang bentuknya kecil itu bisa digunakan sebagai penghambat bakteri penyebab jerawat? Bagaimana anda bisa menjadikan zat aktif anda menjadi sediaan seperti itu dengan konsentrasi setinggi ini?"

Pertanyaan bertubi-tubi dari penguji Nadhira membuat Ghaazi menegakkan tubuhnya. Ia akan lebih fokus dan menjadi penengah jika Nadhira sudah terlihat kewalahan dan bingung.

Namun, siapa sangka keberanian, ketenangan dan kepercayaan dirinya dalam menjawab pertanyaan itu justru membuat para dosen dan audiens mahasiswa di ruangan itu takjub. Meski tidak semua jawabannya bisa dikategorikan sempurna.

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang