Jazakumullahu khair atas 150 votenya temen-temen.
Maasyaa Allah, semoga aku jadi makin semangat buat update yah.Oiya, btw kira-kira ada yang minat gak MAMA UNTUK MARYAM Versi Cetak?
Yang pastinya, lebih lengkap dari yang di wattpad sih. Alurnya juga sedikit berubah dan ada beberapa part tambahan.Barakallahu fiik💚
_______Memang benar bahwa seorang perempuan jika menjadi seorang istri akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama suami. Lebih tepatnya, ia akan fokus mengurus suami dan anaknya sehingga banyak yang sampai lupa bahwa ia masih memiliki orangtua. Sudah lama rasanya Nadhira tidak berkunjung ke rumah orangtuanya. Meski belum lama ini ia dan ayahnya saling menyapa via telepon, tetap saja rasanya berbeda dengan pertemuan secara langsung.
Ghaazi menemani Nadhira bertemu dengan ayahnya sekaligus ia pun ingin bertemu dengan ayah mertuanya. Sebagai menantu, ia tidak pernah sedikit pun tidak lupa mengingatkan Nadhira untuk berkabar sekaligus menanyakan kabar Ayahnya. Hari ini, Ghaazi, Nadhira, dan Maryam hendak berkunjung diperumahan yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka.
Terlihat, Farel sedang duduk merawat bunga-bunganya sendirian. Sedangkan, Naldi baru saja selesai berganti baju usai mengurus urusan berkas setelah ia dinyatakan lulus di kampus yang sama dengan Nadhira. ART yang digaji untuk membantu menyediakan makanan dan segala urusan rumah yang sulit dilakukan oleh pria membawakan 4 cangkir teh dan sepiring kue untuk dihidangkan sebelum pamit pulang.
"Makasih yah, Mbok. Mbok udah bisa pulang," ujar Naldi dengan lembut pada wanita paruh baya yang umurnya sekitar 50-an tahun.
"Makasih yah, Den, Pak. Saya pamit pulang dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serentak.
Setelah itu, mereka menikmati secangkir teh di sore hari. Namun sebelum itu, Farel memilih cuci tangan dahulu sebelum mencicipi kue yang dibuat oleh ARTnya.
"Kakekk, sini Maryam bantuin," tawar Maryam yang menuntun selang air untuk diarahkan ke kedua tangan Farel yang kotor karena tanah.
Farel tidak menolak. Justru ia memberikan peluang untuk Maryam menolongnya. Meski bukan cucu kandungnya, tetapi Maryam mengingatkannya pada Nadhira dahulu saat masih kecil.
"Maryam kayak Mama Dhira yah waktu masih kecil."
"Masa' sih, Kek?" Mata Maryam berbinar-binar senang. "Berarti kalo Maryam gede' nanti kayak Mama juga dong."
Semua orang terkekeh geli, termasuk Nadhira. "Emang Maryam mau kayak Mama nanti kalo gede'? Gak mau kayak Papa?"
Maryam menggeleng. "Papa itu judes. Jarang nurutin yang Maryam mau," adunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Untuk Maryam [END]
RomansaPLAGIAT MENJAUH❗ (Proses Terbit) ―Menikah bukan hanya menyatukan dua kepala dan dua raga dalam satu atap. Ada banyak perencanaan yang perlu dipersiapkan. Seperti halnya sebuah proposal penelitian. Ada banyak Bab yang mesti dipahami untuk memecahkan...