10 Tak Bahagia

5.6K 336 4
                                    

Siapkan Hati untuk beberapa chapter ke depan. Wkwkwkwk.

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

________

Setelah acara selesai, Maryam kelihatan sangat kelelahan seolah ia ikut merasakan menjadi seorang mempelai pengantin. Setelah sah menjadi ibu sambungnya, gadis kecil itu tidak ingin lepas dari Nadhira. Bahkan, ia sampai tertidur dalam pelukan Nadhira.

Wanita itu pamit pada Ayah dan adiknya. Ia meminta maaf karena malam ini ia tidak bisa tidur di rumah itu. Nadhira harus siap diboyong oleh suaminya dan itu semua atas izin dari Farel juga. Meski berat, Farel berusaha untuk kuat.

"Ayah kalo ada apa-apa, telpon Nadhira yah. Kamu juga Nal, kalo Ayah kenapa-napa langsung bilang sama kakak. Mulai besok, akan ada Mbok yang udah kakak bayar untuk bantuin semua pekerjaan di rumah," celoteh Nadhira yang masih sulit meninggalkan Ayahnya.

"Cerewet banget anak Ayah," celetuk Farel agar putrinya berhenti melakukan hal yang bisa membuatnya rindu.

"Nadhira cerewet kan buat kebaikan Ayah."

Farel tertawa lalu menatap Ghaazi yang juga tersenyum melihat interaksi anak dan ayahnya.

"Yaudah, kalian hati-hati yah. Udah cepetan Caca, itu suami kamu udah nunggu."

Nadhira mengangguk dan berhambur ke dalam pelukan Ayahnya yang masih duduk di kursi roda.

"Ayah jaga kesehatan. Nadhira bakal kangen Ayah." Karena lokasi rumah Ghaazi cukup jauh dan memakan waktu, Nadhira akan sulit untuk tiap hari datang.

Farel tersenyum dan beralih menatap Ghaazi lagi. "Ayah titip Nadhira yah."

Perasaan aneh menjalar dihati Ghaazi. "Iya Ayah. Kalau gitu kami pamit dulu."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

_______

Pelan-pelan, Nadhira menidurkan Maryam dikasurnya bersama Ghaazi. Kamar yang terbilang cukup aesthetic, sesuai dengan seleranya. Suasana hening. Nadhira hanya melihat-lihat kamar yang luas itu dan sesekali melihat Maryam yang masih tertidur pulas.

Perasaan gugup mulai menjalar diseluruh tubuhnya. Apakah malam ini ia akan melakukan apa yang seharusnya suami istri lakukan? Apakah ia harus membuka jilbab yang ia kenakan di depan suaminya saat ini?

Namun, Ghaazi hanya diam tanpa suara. Ia terlihat seperti sedang banyak pikiran dan memilih menikmati pemandangan di malam hari melalui jendela kamar yang memiliki akses menuju balkon. Nadhira mendekat dan menyentuh bahu Ghaazi yang sedang membelakanginya.

"Ada masalah?" tanya Nadhira.

"Mulai sekarang, kamu adalah Mamanya Maryam." Ucapan Ghaazi membuat jantung Nadhira berdegup kencang. Seolah ia merasakan bahwa ada sesuatu hal penting yang akan disampaikan Ghaazi.

"I-iya, Mas." Nadhira dibuat gugup karena ini pertama kalinya ia berduaan dengan seorang pria dan kini pria itu sudah berstatus sebagai suaminya. Apakah artinya ia akan melakukan ibadah mulai malam ini hingga seterusnya? Ah, Nadhira tidak pernah membayangkannya.

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang