35B Guncangan Hebat

2.1K 196 39
                                    

Kenapa Pembaca Wattpad harus punya novel Mama Untuk Maryam?
1. Part Lengkap (Prolog + Part Inti + Epilog + Extra Part)
2. Versi novel lebih rapi, lebih greget dan gak ada plot hole
3. Banyak adegan yang diganti dan menginspirasi wanita
4. Endingnya yang terbaik untuk keduanya

Barakallahu fiik💚

"Aku ingin berandai, jika saja mimpi lebih indah daripada kenyataan yang ada, rasanya akan lebih baik jika mata ini tertutup selamanya."
________

"Mama gak bisa Ghaazi. Mama gak bisa punya menantu yang sudah membunuh cucu mama sendiri. Maryam yang lebih dulu hadir daripada dia." Ayu begitu histeris di dalam kamar putra dan menantunya. Saat Nadhira telah ditangani oleh dokter.

"Gak bisa Ma. Nadhira juga mengandung cucu Mama. Aku gak mau pisah sama istriku. Dia mengandung putriku."

"Kamu sudah gila, Ghaazi."

"Terserah Mama. Aku emang udah gila."

Ghaazi mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sudah hampir merasa gila berada disituasi yang menyakitkan ini. Baru saja ia merasakan bahagia dengan istrinya, kenapa harus ada lagi ujian yang mengguncangkan bahtera rumah tangganya?

"Mama egois. Ga mikirin gimana perasaan aku saat ini." Ayu hanya terdiam menatap wajah frustasi putranya.

Disela-sela, kegelapan lebih mendominasi dipandangan Nadhira, sayup-sayup ia mendengar suami dan ibu mertuanya bertikai. Mertua yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri kini memerintahkan anaknya untuk menceraikan dirinya. Bulir air mata mulai keluar membasahi bantal yang ia gunakan.

"Jangan sampai istrimu itu mendekati jenazah bahkan makam cucuku." Ayu pergi dengan menutup pintu sekeras mungkin. Tersisa Ghaazi dan Nadhira di dalam kamar itu. Ia biarkan keluarga besarnya berada diluar mempersiapkan pemakaman ponakan yang sudah menjadi putri kesayangannya.

Suasana menjadi sunyi. Perlahan, suara isakan tangis mulai terdengar dari bibir Ghaazi. Ia duduk bersandar dikaki ranjang sembari memeluk foto Maryam. Posisinya yang tidak jauh dari Nadhira terbaring dengan selang infusnya membuka akses untuk Nadhira mendengar rintihan sakit dan pilu sang suami.

"Maryam, putri kesayangan Papa. Maafin Papa, nak." Suara Ghaazi terdengar pilu. Pun membuat Nadhira semakin merasa bersalah. Dadanya sesak bagai diremas yang bahkan untuk bernafas pun sulit.

"Syabila, maafkan saya tidak bisa menjaga Maryam. Maafkan saya." Ingin rasanya Nadhira bangkit dan memeluk suaminya. Ia ingin keduanya saling menguatkan dalam menghadapi badai besar yang datang untuk menenggelamkan bahtera rumah tangganya.

Selang beberapa menit, pintu kamar terbuka dan Ghaazi mendongak ke arah pintu. Rani dengan wajah yang sembab menghampiri dan langsung memeluk ponakannya. Semakin kuat tangis Ghaazi. Rani tau bahwa ponakannya itu sudah menanggung banyak beban. Mulai dari masalah Syabila dan Kakaknya hingga masalah rumah tangganya yang sudah berada diujung tanduk.

"Kenapa, Tan? Anakku ninggalin aku secepat itu," lirih Ghaazi.

"Kenapa Nadhira yang harus terlibat, Tan?"

Mendengar ucapan Ghaazi, hatinya terasa seperti tertusuk belati tak kasat mata. Sakit. Artinya, suaminya pun menyalahkan dirinya atas kematian Maryam. Disaat Nadhira pun membutuhkan dukungan terakhir dari suaminya, ia justru mendapatkan kenyataan bahwa Ghaazi tidak mempercayainya.

"Istrimu gak bersalah, nak. Dia udah berusaha. Tante gak pernah merasa kalau Nadhira gak sayang sama Maryam."

"Maryam sudah menjadi bidadari di surga yang bakal jemput kamu nantinya, nak. Lapangkan hati kamu. Kasian Maryam nanti."

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang