15 Love Me

6.5K 372 9
                                    

Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal yaa karim. Minal aidin wal faidzin.
Mohon maaf lahir dan bathin. Mohon maaf kalau typo bertebaran dalam cerita ini yah teman-teman semua. Semoga sehat selalu dan makin setia mendukung cerita ini.

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

_________

Memikirkan berbagai strategi membuat kepala Nadhira cukup pening. Sudah hampir seminggu ia tidur sekamar dengan Ghaazi, tetapi tidak berada di ranjang yang sama. Pria itu memilih tidur melantai dengan kasur kecil dibandingkan seranjang dengan istrinya. Jangan kira satu kamar bisa terjadi apa-apa. Justru sebaliknya. Suasananya sering kali awkward dan hanya ada percakapan jika Nadhira yang memulai. Hanya percakapan seputar skripsi, tidak ada yang lain.

Sekitar jam 3 dini hari, Nadhira terbangun. Kebiasaannya tiap malam yaitu melakukan shalat malam. Ada dan tidaknya Ghaazi, ia tidak pernah bolong. Kecuali ia sedang kedatangan tamu, tentu ceritanya berbeda lagi. Saat hendak turun dari ranjang, tidak sengaja Nadhira menginjak paha suaminya. Karena masih mode mengantuk jadi ia belum sepenuhnya menyadari kalau Ghaazi tidur tidak jauh dari ranjangnya.

"Aduh!" pekik Ghaazi kesakitan. Seketika matanya terbuka lebar dan menatap tajam Nadhira dengan jilbab miring kesana kemari.

"Maaf, Mas. Lagian tidurnya disitu sih." Setelah itu, Nadhira berjalan santai menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ia meninggalkan suaminya begitu saja tanpa dosa.

"Dosa tau kamu mengabaikan suami yang lagi kesakitan."

Usai berwudhu, Nadhira keluar dan membalas perkataan Ghaazi. "Berarti Mas juga dosa tau nyakitin hati istri."

Jleb!

Satu kali berbicara langsung kena sampai ubun-ubun. Niatnya mau dapat perhatian Nadhira, malah diroasting balik. Terkadang, Nadhira seperti itu. Banyak diam, tetapi sekali bicara langsung menyelekit dihati.

"Ini bukan aku yang ngomong. Ada loh dalam Al-Qur'an. Tapi gak spesifik bilang istri, lebih ke perempuan. Tapi kan sama aja. Istri Mas juga perempuan."

Seketika, Ghaazi terdiam. Tadinya ia masih mengantuk, tapi setelah mendengar ucapan Nadhira kantuknya malah menghilang. Ia pun bangkit dan mendekati Nadhira yang sedang memakai mukenahnya untuk melakukan sholat tahajjud. Saat wanita itu berbalik, ia terkejut mendapati suaminya yang sudah berdiri dihadapannya.

"Kenapa, Mas? Mau marah? Tunggu yah, aku mau sholat tahajjud dulu. Nanti kalau udah selesai baru-"

"Kenapa sih kamu selalu negatif thinking kalo sama saya?"

"Maksudnya?" Nadhira tidak mengerti.

"Saya belum ngomong, kamu sudah berpikir kalo saya mau marahin kamu."

Wanita itu menghela napas lelah. Ia ber-oh ria dan menatap Ghaazi yang memasang wajah kesal. Sementara Nadhira lebih santai menanggapi suaminya. Ia tidak ingin makan hati karena sikap Ghaazi yang sulit ia pahami.

"Kan sikap Mas emang kayak gitu kalo sama aku, kecuali didepan Mama sama Ayah aku. Kalo dari awal Mas udah memperlakukan aku seperti istri dengan baik, aku gak bakal pasang sikap kayak gini. Kalo aku kayak gini, justru lebih aman buat hati aku, Mas. Aku gak perlu menelan mentah-mentah semua kata-kata dan sikap dingin Mas ke aku."

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang