24 Keluarga Besar

5.5K 361 20
                                    

Bismillah

Ketemu lagi sama aku setelah sekian lama. Hehehe.

Btw aku gak hiatus yah teman-teman. Aku lagi penelitian dan kejar deadline. Trus ngurusin kegiatan dakwah di kampus juga. So, Afwan Jiddan yah.

Aku bakalan update terus kok sampe tamat. Gak bakal stop ditengah jalan. Soalnya, ada kalian yang nungguin updatenya cerita ini.

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Keknya lebih nyenengin kalau kita terapkan budidayakan follow dulu sebelum membaca. Usahain yah!!!


Barakallahu fiik 💚

_________

"Kuliah kita saya akhiri sampai disini. Untuk tugas-tugasnya, silahkan dikumpulkan sebelum UAS yah. Untuk dua pertemuan, saya akan kirimkan tugas melalui email ketua tingkatnya."

"Iya, Pak. Terima kasih."

Seluruh mahasiswa mengangguk paham. Setelah itu, mereka memulai ritual para perempuan. Padahal, Ghaazi masih mengepakkan buku-bukunya. Namun, bisikan-bisikan setan dari golongan manusia masih saja terdengar agak samar ditelinga pria itu. Hanya mendengar namanya saja. Tapi masa bodoh dengan gosip yang memang sudah beredar di fakultasnya.

Sudah bisa ditebak pula bagaimana reaksi teman-teman tenaga pendidiknya saat Ghaazi meminta cuti selama kurang lebih dua pekan. Tentu, ekspresi mereka terlihat seperti sedang menggodanya. Seperti sekarang ini.

Berada diantara teman-temannya yang sudah lama buka puasa, ia malah menjadi seperti orang yang awam tentang hal-hal terkait hubungan antara suami dan istri. Ghaazi memang seorang duda. Namun, dipernikahan pertamanya Ghaazi hanya memenuhi tanggung jawabnya sebagai pengganti kakaknya sendiri. Tidak sedikit pun, ia melakukan hal lebih pada Syabila. Hanya sebatas peluk dan menggendongnya. Itupun hanya karena keadaan.

"Cie yang mau honeymoon. Kirain lo udah buka puasa pas malam pertama," celetuk Akmal yang mulutnya memang sudah ceplas ceplos.

"Hustt!" tegur Asti, salah satu dosen yang paling tua diantara mereka. "Nanti ada mahasiswa yang denger, gak baik."

"Kan, cuma pengen godain si penganten baru, Bu," bela Andy yang juga ikut-ikutan.

Ghaazi terlihat santai saja. Padahal, pernikahannya sudah memasuki bulan kedua masih saja di cap sebagai pengantin baru. Aneh, tapi lucu. Harapannya, semoga meski bertahun-tahun usia pernikahannya tetapi vibesnya akan tetap seperti pengantin baru. Meski sebenarnya itu terlalu berlebihan baginya.

Masih bulan kedua saja, ia sudah cukup mengenal baik buruk istrinya. Baiknya Nadhira adalah ia lebih penyabar, dibandingkan dirinya. Lebih mengutamakan nilai-nilai agama, dibandingkan egonya. Buruknya adalah kadang dalam kondisi tertentu, ia menjadi manusia lempeng yang kehilangan urat kepekaannya, mempermasalahkan kabar burung yang ia dapatkan setengah-setengah sampai dibawa ke hati. Padahal tidak mesti sampai segitunya.

Salah satu contohnya, menguping setengah-setengah. Andai saja ia menguping sampai akhir, tidak akan ada kesalahpahaman diantara mereka.

"Melamun terus. Tuh, istrinya dateng bawa kerjaan buat lo." Ucapan Andy sukses mengalihkan perhatian Ghaazi kearah Nadhira yang memang sudah berdiri agak jauh dari tempat duduknya.

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang