06 Keluarga

4.5K 308 9
                                    

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

________

"Maryam, ikutin yah. Ini namanya huruf Syin." Nadhira berusaha sesabar mungkin memberikan arahan kepada Maryam. Karena hari ini hari libur, Nadhira menghabiskan waktunya di rumah Maryam untuk mengajar gadis kecil itu.

"Udah yah, Mama. Maryam udah laper," rengek Maryam dengan memasang ekspresi puppy eyes yang sangat menggemaskan.

Nadhira tertawa dan ingin sekali menggigit pipi Maryam saking gemasnya.

"Kok gitu, nak? Kan baru aja belajarnya," ujar Ayu tidak habis pikir. Maryam memang tipe anak yang cepat bosan. Apalagi kalau belajar.

"Yaudah, kita masak bareng-bareng. Mau?" Karena kebetulan Bibinya sedang libur, Nadhira memilih jalan untuk masak sendiri. Itulah, kenapa Ayu datang ke rumah putranya. Wanita paruh baya itu khawatir jika putra dan cucunya tidak sarapan pagi.

Maryam terlihat sangat antusias. "Mau, Mamaa."

Gadis kecil itu berlari menuju dapur dan mengambil posisi siap untuk memasak. Untung saja, ada appron yang ukurannya cukup pas ditubuh mungil Maryam. Ghaazi sudah mempersiapkan segala perlengkapan apapun itu untuk ukuran seperti Maryam.

"Tapi, Maryam jangan nakal yah. Maryam boleh bantuin Kakak Nadhira, kalo Kakak Nadhira minta tolong. Setuju?"

"Setuju, Mama."

Keduanya mulai melakukan aktivitasnya di dapur. Mereka terlihat seperti ibu dan anak. Mendadak, rumah itu lebih berwarna dan lebih hidup.

Sementara, Ghaazi masih sibuk di ruang kerjanya. Selain menjadi dosen, ia memiliki bisnis di industri farmasi yang cukup besar. Baginya, gaji menjadi dosen tidak akan cukup menghidupi keluarganya dan Maryam ketika besar nanti. Ghaazi memilih mengurung diri di ruang kerjanya karena jangan sampai keberadaannya membuat Nadhira kurang nyaman.

Perihal lamaran Ghaazi beberapa hari yang lalu, pria itu belum mendapatkan jawaban dari Nadhira. Jangankan mengharapkan jawaban, perkataan Ghaazi diluar urusan proposal dan Maryam pun Nadhira abai. Andai saja Ibunya tidak ada di rumahnya, Nadhira tidak akan mau datang ke rumah itu.

"Segera, dilakukan pemasaran skala besar untuk produk terbaru kita. Jangan sampai ada yang terlewatkan dan untuk produk yang kurang diminati, nanti dimeeting selanjutnya akan kita bahas terkait strategi marketingnya."

"Kalau sudah paham semua, kita akhiri meeting hari ini."

Pekerjaannya yang satu ini cukup fleksibel. Bisa melakukan rapat via online seperti yang dilakukan sekarang. Ghaazi juga memiliki tangan kanan yang mengawasi bisnisnya langsung dilapangan. Jadi ia tidak perlu berada disana 24 jam kecuali ada beberapa hal urgent.

Ghaazi yang merasa perutnya keroncongan mencium bau sedap dari lantai dasar, membuat perutnya meronta ingin segera diisi. Ia pun turun pelan-pelan dan menyaksikan pemandangan yang penuh kehangatan. Tiba-tiba, sebuah senyuman terukir saat melihat Maryam sebahagia itu. Ia tidak pernah melihat putrinya tersenyum dan tertawa seceria itu saat berdua dengannya.

Lucunya, Ibu Ayu yang tengah memperhatikan cucunya pun sedang memperhatikan putranya yang tersenyum melihat kehangatan yang ada di dapur. Ghaazi tidak menyadari kehadiran Ibunya yang tengah memperhatikannya juga dan Nadhira tidak menyadari bahwa ia dan Maryam menjadi bahan perhatian orang-orang di rumah itu.

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang