17 Bunga Mekar

6.1K 369 10
                                    

Jangan lupa divote sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dihadapan Tuhan. Awokwokk.

Follow akun aku supaya dapat notifikasi dari cerita menariknya lainnya
telorpecah000

_________

"Mamaaa!" Maryam berlari memeluk Nadhira saat tiba di rumah. Karena seperti biasa, Ayu menjemput cucunya.

"Sayang!" Nadhira membalas pelukan Maryam dengan penuh cinta. Sejak awal, ia sudah merasa sangat menyayangi gadis kecil itu. Dan ternyata bagian tubuh Mama Maryam ada padanya.

Maryam menghampiri Ghaazi dan memeluk paha Papanya. "Papa, ayo kita jalan-jalan!"

"Iya, kan, Ma?" Gadis kecil itu menoleh kearah Nadhira. Maryam memasang wajah harap dan mata puppy eyes-nya.

Begitu pun dengan Ghaazi. Pria itu menoleh kearah istrinya untuk meminta persetujuan. Ia tau kalau Nadhira ingin membicarakan sesuatu hal yang penting padanya. Apalagi sekarang Nadhira juga tidak dalam keadaan yang fit.

"Iya, sayang," sahut Nadhira mengiyakan keinginan Maryam. Ia pun menyamakan posisinya dengan tinggi badan gadis kecil itu.

"Selama Mama Dhira bisa turuti keinginan Maryam, Insyaa Allah Mama Dhira akan berusaha kasih yang terbaik buat Maryam."

Mata Maryam terlihat berkaca-kaca antara senang dan terharu. Bahkan ia langsung memeluk Nadhira. Begitu pun juga dengan Ayu. Ghaazi menemukan wanita yang tepat menjadi Ibu sambung cucunya. Terlihat bagaimana Nadhira menyayangi Maryam semakin membuat Ghaazi merasa bersalah. Seharusnya ia memperlakukan Nadhira dengan sangat baik dari awal. Andaikan istrinya wanita pendendam, ia tidak tau lagi bagaimana nasib putrinya.

"Maryam seneng punya Mama Dhira," ujarnya sedikit cadel disela isakannya.

"Mama juga seneng punya Maryam." Nadhira mencium pipi kanan dan kiri Maryam.

Diam-diam, Ghaazi memberi kode pada ibunya. Ayu langsung paham dengan kode itu. Ia langsung menghampiri cucunya. "Yaudah, Maryam main dulu yah sama Oma. Mama sama Papa mau mandi sama siap-siap dulu."

Dengan wajah polos dan lugunya, Maryam menoleh dan menatap Papa dan Mamanya bergantian.

"Papa sama Mama mau mandi bareng yah?" tanya Maryam dengan polos.

Berbeda dengan Nadhira yang membuang muka karena berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona. Ghaazi berusaha menahan senyumnya saat mendengar pertanyaan putrinya. Ia merasa aneh dan canggung usai Maryam melontarkan pertanyaan itu di depan Nadhira.

Sementara Ayu semakin menggoda putra dan menantunya. "Jawab tuh, Zi."

Ghaazi berusaha bersikap cool dihadapan Ibu dan istrinya.

"I-iya, sayang. Iya."

Nadhira menoleh dan melotot pada Ghaazi. Sementara, pria itu berusaha bersikap normal. Bahkan menghampiri putrinya yang tidak tau bagaimana suasana di ruangan itu setelah Maryam menunjukkan sikap polosnya.

"Maryam yang sabar yah. Tunggu Papa sama Mama siap-siap di kamar," ujar Ghaazi dengan lembut sehingga Maryam pun jadi anak yang penurut dan tidak rewel sejak kecil.

Setelah itu, Ghaazi menggenggam tangan Nadhira dan menuntunnya menuju kamar. Bahkan saat di kamar pun, suasana masih tetap canggung. Pria itu masih belum melepaskan pergelangan tangan Nadhira.

"Aku duluan atau kamu?" tanya Nadhira memecah keheningan diantara keduanya.

Ghaazi berdehem. Ia berusaha menormalkan degup jantungnya "Barengan aja."

Mama Untuk Maryam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang