Epilog : Sudah Pergi

9 2 0
                                    

Sudah satu setengah tahun, kamu kenapa nggak pulang? Kami semua nunggu kamu di sini.

Aku suka kamu duluan, buat nunggu kamu balas perasaanku, cukup lama kan, ya? Aku nggak permasalahkan itu. Tapi satu setengah tahun terakhir, kalau aku nunggu bakal sia-sia nggak?

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul sejak kamu pergi. Tapi intinya cuma satu, aku mau kamu pulang. Katanya janji mau sama-sama sampai akhir. Ayunan di sebelahku kosong, aku selalu nunggu kamu duduk di sana.

Sisil, aku harus cari kamu ke mana?

--- --- ---

Hujan rintik di sore hari menyisakan Hideka yang sendirian di kelas. Duduk di kelas dua belas membuat dirinya frustasi dengan jadwal les tambahan untuk memperlancar jalannya Ujian Sekolah. Liam tak masuk hari ini, membuat Hideka terpaksa berjalan sendirian untuk turun ke bawah. Kejadian itu masih membuat Hideka menjadi seorang pendiam yang tak mau membuka pertemanan dengan siapapun, kecuali Liam yang memang sudah menjadi teman akrabnya.

Hideka suka rintik hujan yang berkombinasi dengan suasana sekolah yang sepi. Ia melewati koridor sekolah, kelas-kelas yang Deka lewati sudah sepi tak ada satu pun siswa yang tersisa. Siapa juga yang mau stay di sekolah sampai jam lima seperti ini, apalagi ditambah hujan.

Oh, ternyata Hideka tak sendirian. Ada seorang gadis berdiri menatap ke arah Hideka. Mengenali perawakan gadis itu Hideka menghentikan langkah. Matanya mengamati dengan teliti siapa siswi itu, karena keadaan cukup gelap Hideka belum bisa melihatnya.

Langkah kaki Hideka semakin cepat, tepat setelah ia mengetahui siapa yang berdiri di depan dan memandangnya sedari tadi, Hideka langsung berlari. Menghampiri gadis yang masih setia mengamati Hideka dengan tenang, matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Napas Hideka tersenggal, ia melekatkan seluruh pandangannya pada gadis itu. Deka yang baru saja ingin membuka mulut kalah cepat dengan gadis di depannya yang mulai berbicara duluan.

"Aku pulang, Ka. Kayaknya ada yang aku titipin ke kamu. Aku mau pakai cincinnya. Boleh aku minta lagi?" Gadis itu mengadahkan tangannya pada Hideka.

"Sisil? Ini beneran Sisil?" Gadis berseragam itu hanya memperlihatkan senyum manisnya. Senyum yang sama, yang Hideka pernah lihat satu setengah tahun lalu.

tamat.

I wanna say tysm buat kalian yang sudah mau support cerita ini dari awal sampai sekarang. Maaf kalau ada banyak salah, aku juga masih belajar dalam kepenulisan. Jumpa di cerita lain yaa

terima kasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang