Btw kayanya banyak yang kesel yah di part sebelumnya
Sabar yah. Dua part lagi ceritanya bakal happy plus sesat. Jadi tunggu aja up nya
Ciiaaaw~
Salam kecop manjwaahh
"Jadi apa?"
"Jadi ya gitu. Gw nebak aja. Kekeke." Dara menghembuskan nafasnya kasar. Dia kesal dengan Tiffany.
"Setannya anak ini memang. Aku udah serius di candain bah." Jiyoung dan Taeyeon hanya tersenyum melihat para istrinya yang suasana hatinya sedikit membaik.
"Kekeke.. maaf maaf. Mudah saja. Kamu hanya perlu melihat ekspresinya. Karena dari awal yang bisa menangis hanya dua sisi dirinya yaitu Jennie dan Nini. Jika kamu mulai mendengar suara Jennie yang deep dan wajah tidak berekspresi. Kamu sedang berbicara dengan Ruby."
Dara mengangguk paham.
"Tapi kenapa Ruby keluar tadi?"
"Good question. Karena Jennie tidak akan kuat untuk menahan dirinya sendiri. Terutama jika itu menyangkut Lisa. Dia pasti akan memaksakan kehendaknya untuk kembali ke Korea saat ini juga. Lalu Ruby merasakan jika kandungannya tidak baik-baik saja. Dan seharusnya Jennie bisa menenangkan dirinya sendiri. Tapi karena keadaan sedang tidak memungkinkan. Ruby keluar dengan sedikit paksaan lalu memenjarakan jiwa Jennie yang rentan menggantikannya dengan yang lebih kuat. Sebenarnya Jennie tetaplah Jennie. Tapi keinginan dirinya lah yang memecah jiwanya sendiri sehingga dia merasa menjadi orang lain setiap kali jiwa nya berganti. Setelah itu... dia tidak ingat apa apa yang telah dia lakukan sebelumnya dengan jiwa nya yang lain."
Dara sekali lagi hanya mengangguk paham dengan apa yang di katakan Tiffany.
"Pahamnya kau apa yang ku cakap tadi?" Dara menatap Tiffany dengan tatapan banyak pertanyaan. Tapi Dara hanya mengangguk.
"Tau aku kau gak paham. Kau kan bodo kalau masalah biologi. Pelajaran psikolog ini dol." Dara tiba-tiba tersenyum yang gak tau apa maksud senyumannya.
"Ih.. ngeri aku liat kau. Kaya hantu belau kau."
"Kok jadi kau yang make logat aku ku tanyak." Tiffany hanya senyum pepsodent. Dia lupa diri setiap kali berbicara pada Dara.
---
"Ada apa Jennie? Hentikan rasa sakit di dada kita ini." Jennie terus berbicara pada bayangannya sendiri di cermin kamar mandi.
"Hentikan tangisan mu Jennie!!!" Jennie menatap bayangannya nyala dengan air mata terus mengalir.
Aku tidak bisa Ruby. Aku tidak tenang.
"Hentikan dan diam lah! Atau aku akan benar-benar memenjarakan kau selamanya. Kau tau sendiri kalau aku punya kuasa lebih atas tubuh ini."