Terlihat Lisa sedang memberikan Chiki, putrinya sarapan. Dia menyuapi anaknya dengan telaten."Aaaa baby." Chiki bernganga lebar dan melahap suapan Lisa.
Jennie keluar dari kamarnya dengan terburu-buru. Dia mengambil jacket dan memakai sepatu casual untuk pergi. Lisa yang melihat itu sedikit bingung karena Jennie sebelumnya tidak mengatakan apapun tentang kemana dia akan pergi hari ini.
"Mau kemana kamu sayang?" tanya Lisa.
"Eoh. Aku di suruh papi untuk meeting gantikan dia. Katanya tentang produk terbaru yang akan di rilis. Aku harus ke sana karena aku salah satu modelnya." Lisa berdiri dan mendekati Jennie.
"Bukannya kamu akan berhenti dari pekerjaan kamu sayang?" tanya Lisa mengingatkan Jennie tentang yang lalu pernah ia bicarakan. Jennie sedikit kebingungan untuk menjawab.
"Iya sayang.. mmm.. aku akan berhenti. Tapi tidak semudah itu sayang. Jika aku berhenti mendadak. Perusahaan akan rugi. Untuk mencari gantinya gak semudah itu honey." Lisa membuang wajahnya. Dia kesal dengan wajahnya yang mulai memerah.
Jennie membingkai wajah Lisa untuk melihat kearahnya. Tapi tetap saja Lisa melihat ntah kemana.
"Sayang... lihat aku. Hanya sementara kok hanya tersisa beberapa bulan lagi." Lisa menepis tangan Jennie kasar.
"Terserah. Memang aku dari awal gak sepenting itu di banding kerjaan kamu." Lisa pergi dan membawa Chiki bermain di kamarnya.
Jennie mengikuti Lisa dan duduk di sebelah suaminya. Dia tidak mau jika Lisa salah paham selanjutnya.
Jennie melihat jam tanganya dan kemungkinan dia akan terlambat kali ini. Lisa melihatnya.
"Sayang..."
"Pergilah. Kamu akan terlambat. Kenapa kamu masih di sini. Pergi dan bekerjalah sesuai kemauanmu tanpa harus memikirkan larangan ku."
"Dengarkan dulu. Ini pekerjaan ku. Aku tidak mungkin melepaskan tanggung jawab ku begitu saja. Aku orang yang paling penting di perusahaan. Aku-"
"Aku juga orang penting di perusahaan Jennie. Sekretaris ku bolak-balik menjadwal ulang semua rapat ku terhadap para kolega ku hanya agar aku bisa bersamamu. Untuk membawa kamu pulang. Kamu kira aku tidak memiliki pekerjaan? Aku bos nya di sana. Dan kamu juga bos di perusahaan mu. Kamu bisa ambil tindakan apapun itu dan mencari pengganti kamu."
"Tapi masalahnya bukan begitu Lisa. Aku.... aku harus pergi sekarang Lisa. Aku akan menceritakannya lagi setelah aku selesai. Biarkan aku pergi yah." Mohon Jennie.
"Pergilah! Siapa yang menahanmu dari tadi?! Kau sendiri yang masuk ke kamar ini." Jennie menghela nafasnya kasar. Dia tidak ingin berdebat. Dia segera pergi setelah memberikan Lisa kecupan di pipi suaminya.
Setelah Lisa melihat Jennie pergi. Dia memijat kepalanya. Semua apa yang dia bayangkan dari tadi menumpuk di kepalanya.
"Pasti dia menemui pria itu lagi kan?! Apa.... Apa yang harus aku lakukan sekarang..." Lisa menggigit kukunya dengan mata gemetar. Keringatnya mulai membasahi dahinya dan bolak-balik dia menelan salivanya sendiri.