Vote eehhh
Yang gak vote tak cubit eee kulit ginjal neee
Arena tempat bermain golf. Di sana ada Jiyoung dan Taeyeon sedang bermain bersama. Tak lupa dengan istrinya ikut serta menemani.
"Sayang. Makan siang dulu. Udah mainnya." Panggil Tiffany dengan lembut kepada suaminya Taeyeon.
Sedangkan Jiyoung sedang fokus menargetkan lemparan bola golf. Bukan bola nya yang di lempar, malah Dara istrinya menjewer telinga suaminya.
"Kalau di suruh makan ya makan. Nurut sikit."
"Eh eh.. iya sayang. Ampun ampun. Copot kuping aku ini. Ntar malam gak bisa kamu jilat jilat lagi loh." Dara melapaskan jewerannya dan beralih menggandeng tangan suaminya.
"Jadi gimana sama Jennie? Dia setuju untuk menerima perjodohan ini." Ujar Jiyoung sambil mengunyah makanannya.
"Jennie sih setuju aja. Apa lagi saat masih kecil dia sudah suka sama Lisa. Dia selalu menganggap Lisa sebagai pahlawan untuknya." Jawab Taeyeon mengingat masa lalu putri kecilnya.
"Hahaha. Tapi Lisa tidak mengingat apapun tentang masa itu. Dia memiliki hati yang besar, tapi dia selalu melupakan apa yang telah dia lakukan. Terutama perbuatan baik." Ujar Jiyoung kembali.
"Apa kau sudah beritahu Lisa tentang perjodohan ini Jiyong-aa?" Jiyoung hanya menggeleng kan kepalanya.
"Belum. Tapi kamu kan sudah tau maksudku kenapa aku meminta kamu untuk memberi ijin terhadap Jennie di pindahkan ke tempat ku, kan?! Ya... itu agar Jennie sama Lisa bisa dekat. Apa lagi anak ku itu bodohnya minta ampun. Taunya ngabisin duit ku aja. Tumpur tumpur.. aku juga bilang sama buk Choi, selaku wali kelas Lisa agar menjadikan Jennie sebagai guru les pribadi untuk Lisa. Tapi Lisa mau gak yah?" ragu Jiyoung memikirkan tentang anaknya. Fakta yang mana Lisa adalah anak yang keras kepala.
"Jennie punya caranya sendiri. Percayakan Lisa dengannya." Jawab Jiyoung mengangguk.
*
Kriingg
Jam menunjukan pukul 14.30 kst. Sudah waktunya untuk pulang sekolah. Terlihat di meja Lisa ada Jennie yang dengan santainya menyusun buku dan Lisanya yang dengan barbarly memasukan bukunya secara acak kedalam tas.
Pen yang di masukan begitu saja yang sebelumnya tersusun rapi di dalam kotak pensil. Jennie yang tidak bisa melihat itu, menahan pergelanganan tangan Lisa yang di tatap bingung dirinya.
"Lisa. Kalau kamu mau pintar, sebaiknya di mulai dengan menyusun barang mu dengan rapi." Jennie mengeluarkan semua yang ada dalam tasnya.
"Jika kamu tidak punya tas buku, sebaiknya kamu menyelipkan buku kecil kedalam buku pelajaran." Jennie menyusun dengan rapi. Kertas yang berserakan di dalam tasnya pun di lipat dan di selipkan kedalam buku.