Di hari pekan. Lisa dan Jennie datang ke sekolah bersama. Sesuai kesepakatan, Jennie hanya boleh datang kepertandingan Lisa tapi tidak datang untuk belajar ke sekolah seperti biasanya. Dan itu semua telah di gantikan menjadi homeschooling selama beberapa bulan.
"Kamu senang sayang?" tanya Lisa sambil membawa mobilnya dengan kecepatan di bawah standar karena dia menghindari polisi tidur ataupun lubang di jalan.
"Iya dong Lili. Nini sama mini Lili nonton pertandingan daddy nya. Nyam nyam nyam.." jawab Jennie sambil memakan cemilan yang di beli Lisa sebelum berangkat.
Tak berapa lama mereka sampai di halaman parkiran sekolah.
"Caahh.. sampai. Ayok." Jennie mengangguk dan turun dengan pintu yang di bukakan Lisa. Dia memeluk lengan Lisa dan berjalan perlahan karena dia merasakan kakinya yang lemas.
"Lili. Pelan jalannya. Kaki Nini lemas." Lisa teringat kalau Jennie belum boleh jalan jauh. Lisa melepaskan pelukan tangan Jennie dan berlari ke mobilnya membuka bagasi belakang.
Lisa mengeluarkan kursi roda yang sudah dia bawa dari rumahnya. Untuk berjaga jaga jika Jennie tidak sanggup untuk berjalan jauh atau mulai merasa lelah.
Jennie tersenyum ketika Lisa mendekatinya sambil mendorong kursi roda miliknya.
"Duduk di sini sayang. Aku lupa kalau kamu gampang lelah." Ucap Lisa dengan nada khawatir. Jennie tersenyum dan perlahan duduk dengan Lisa membantunya. Tidak lupa suami siaga nya itu mencagak rodanya.
"Thank you Lili. Cup." Ujar Jennie dan memberikan kecupan di bibir suami tercintanya.
"Iya sayang. Lalu..." Lisa berjongkok di depan Jennie dengan menggenggam kedua tangan istrinya.
"Maafkan aku yah." Lisa menunduk kan kepalanya dengan Jennie mengerutkan dahinya bertanya-tanya.
"Lili?"
"Hiks.. Maafkan aku belum bisa jadi suami yang terbaik untuk kamu. Hiks.. aku selalu lupa kalau kamu sedang lemah. Aku juga selalu lupa kamu butuh aku tetap di samping kamu. Aku selalu pergi ninggalin kamu di rumah. Kadang parahnya aku lupa kalau aku punya kamu.. punya istri dan berbuat seenaknya di luar tanpa kamu ketahui. Aku takut kamu kecewa karena aku Jennie-yaa.. hikss.."
Lisa menangis sesugukan di atas paha Jennie. Jennie mengusap kepala Lisa dengan lembut dan memahami satu persatu perkataan Lisa padanya.
"Hei... Lisa. Angkat kepalamu." Ujar Jennie. Lisa mendongak dengan wajahnya yang basah.
"Selama kamu masih ingat akan semua hal itu dan berjanji akan berusaha jadi suami yang terbaik untuk ku. Aku tak apa. Aku kuat jika kamu tetap bersama ku. Kita punya mini Manoban di dalam sini. Siap gak siap. Kita juga harus bisa menjadi pasangan terbaik sekaligus orang tua terhebat untuk anak kita. Kita masih umur belasan. Pasti punya rasa penyesalan dengan apa yang telah di buat. Tapi perasaan itu gak guna sayang. Yang terpenting adalah bagaimana kamu menghadapi apa yang ada di depan dan jangan pernah melihat ke belakang."