16. Tetaplah di Sampingku

712 46 6
                                    

*
*
*
*
*****

20 Tahun yang lalu..

Siang itu hujan turun deras, bersamaan dengan gemuruh petir yang membuat suasana di Kerajaan Moonlight menjadi sangat gelap dan mencengkam, seolah seperti akan ada sebuah bencana besar. Padahal beberapa menit yang lalu matahari sangat terik, tapi cuacanya berubah begitu cepat.

Sementara itu seorang pria berdiri di atap mansionnya sambil menengadah menatap langit, di atas satu telapak tangannya terdapat bola bercahaya berwarna biru. Satu tangannya lagi memegang pecahan Ash Stone.

Iya, dia adalah Suho.

Dewa yang sudah menurunkan hujan sekaligus petir menakutkan ini. Dewa yang merebut sisa pecahan Ash Stone dari Raja nya, Kingsley.

Suho akan mengirim jiwa Athena yang ada di genggamannya itu ke atas langit, setelah bertahun-tahun lamanya ia menunggu rahim yang cocok untuk mengandung jiwa Athena.

"Ini sudah waktunya kau bereinkarnasi, aku menemukan tempat yang cocok untukmu, Athena.. aku tahu kau pasti tidak ingin terlahir menjadi keturunan Zeus lagi, tapi tidak ada tempat lain yang bisa menampung energi mu.. Karena energimu terlalu besar untuk di simpan di dalam rahim seorang penyihir biasa."

Bola biru itu mengeluarkan cahaya semakin terang seolah sedang menyahuti ucapan Suho.

"Kau akan terlahir sebagai bayi yang suci" ucap Suho lagi kemudian memejamkan matanya, dan di detik berikutnya,  bola cahaya biru itu terbang ke atas langit bersamaan dengan pecahan Ash Stone yang ikut melebur hilang.

Suho pun menghela napas panjang. "Tugasku sudah selesai"

"Ayah!!"

Suho menoleh ke sumber suara, Edden disana dengan beberapa penyihir istana.

"Aku terkejut saat melihat cahaya di batu peristirahatan ayah meredup. Apa yang ayah lakukan disini? kenapa Ayah keluar dari batu itu? apa terjadi sesuatu?" tanya Edden khawatir. Sepertinya dia sudah mencari Suho kemana-mana.

"Apa hujan ini juga karena perbuatan Ayah?" tanya Edden lagi sambil menghampiri Suho. Tanpa mengindahkan guyuran hujan di tubuhnya.

Suho menyahutinya dengan wajah tenang. "Aku hanya bosan berada di dalam sana.. Jadi aku bermain sebentar disini.. Maaf karena sudah membuatmu khawatir"

"Ayah seharusnya menemuiku dulu, aku pikir seseorang sudah mengacaukan batu peristirahatan Ayah"

"Edden, tidak ada yang bisa menyentuh batu-batu itu selain pemilik kekuatan dewa" Suho menepuk pelan bahu Edden, berusaha menenangkan putranya.

"Tetap saja.. aku khawatir. Tapi kenapa ayah menurunkan hujan seperti ini? sekarang seluruh rakyat sangat panik, mereka pikir akan terjadi bencana besar"

"Entahlah.." Suho menatap langit diatasnya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Mungkin itu bisa menjadi bencana, atau justru sebuah anugerah" ucap Suho.

"Apa maksud ayah?" tanya Edden bingung.

"Bersiaplah.. sebentar lagi kau juga akan beristirahat"

Light Out! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang