•••••
•
•
•
ChanBaek!
•
•
•"Pohon dunia" gumam Jemin.
"Bukan hanya membawa adikmu, tapi kau juga membawa manusia itu."
"Lebih baik lebih cepat bukan? Paman tahu kan kalau ayah kecil sekarang sedang mengandung adik. Kami semua sangat khawatir, aku juga takut." Aria memasang raut sedih, sambil melangkah mendekati danau yang memisahkan mereka dengan Pohon Dunia.
"Kemarilah..."
Lalu tubuh Aria melayang dengan sendirinya, terbang ke sebrang danau, tepat ke bawah pohon dunia.
"Kakak..." panggil Jeino khawatir.
"Tidak apa-apa, mendekatlah." ucap Aria.
Jeino melangkah ragu, meraih tangan Jemin erat dan tubuh mereka berdua juga melayang seperti Aria barusan.
Tiba-tiba sebuah apel emas muncul, seperti baru saja tumbuh di pohon itu.
"Makanlah satu gigit, kalian tampak lelah."
"Terimakasih Paman!" Aria memetik satu buah apel, lalu menggigitnya. Setelah itu memberikannya pada Jeino dan Jemin. "Kalian juga makanlah, satu gigit saja."
"Ini... Apel emas?" tanya Jeino.
"Benar, itu bisa memulihkan kekuatanmu."
"Ini juga bisa menenangkan pikiran, cepat makan." ucap Aria.
Jeino ragu tapi tetap menurut, menggigit apel itu sekali. Rasa manis menyentuh lidahnya, manis yang berbeda dari madu atau gula manapun.
Jeino langsung memberikan sisanya pada Jemin. "Ini, gigitlah."
"A-apa benar saya boleh memakan buah ini?" Jemin merasa dirinya tidak pantas mendapatkan berkat itu, bahkan meski itu hanya satu gigitan.
"Kau dengar kan? beliau bilang ini bisa membuatmu tenang dan kuat. Jadi tidak apa-apa." ucap Jeino.
"B-bukan begitu, maksud saya.. Saya hanya rakyat biasa, saya juga bukan siapa-siapa."
"Kenapa kau terus membahas statusmu? di dalam Istana aku adalah seorang Kaisar, tapi disini aku juga bukan siapa-siapa."
"Baginda anda tidak boleh berbicara seperti itu, meski anda tidak berada di dalam Istana, tanah ini tetap lah milik Emmerald, Kekaisaran yang anda pimpin." tegas Jemin.
"Tidak, Jemin. Kau salah. Hutan tadi memang wilayah milik Emmerald yang berada di Utara. Tetapi disini, di taman yang indah penuh dengan emas ini, bukanlah Emmerald. Karena jika tempat ini milik Emmerald, maka aku sang Kaisar, pasti sudah mengetahui tempat ini lebih awal." ujar Jeino.
"Kau tumbuh menjadi anak yang bijaksana, Baekhyun berhasil membesarkanmu dengan baik."
Jeino tersenyum ke arah pohon dunia. "Ayah sangat bekerja keras untuk membuatku menjadi seperti ini."
"Paman, dia tidak bijaksana sama sekali. Dia menyebalkan." ucap Aria.
Kemudian sebuah belaian terasa di pipinya, Aria tersenyum karena rasanya seperti tengah di sentuh oleh sebuah tangan Pria yang lembut dan penuh kasih.
"Makanlah, Jemin." Jeino menyodorkan lagi buah itu.
Jemin mengambilnya dan menggigitnya perlahan. Rasa manis menyambut seluruh bagian mulutnya, kedua manik Jemin langsung berubah menjadi gemerlapan.
Itu lucu, karena Jeino seperti melihat ada kembang api disana.
"Sangattt manis.." seru Jemin. Aria dan Jeino tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Out! [COMPLETED]
FanfictionCHANBAEK STORY || Fantasi - SMUT - ANGST - Romance || A/B/O version