Halo, Readers, gimana puasa hari ke-15? Masih semangat, kan? 😁
Happy reading bab ini ya, Gaes. Ditunggu banget vote dan komentarnya 😁
Makasih sudah mampir dan baca. Semoga suka ♥️
***
"Aku tidak mungkin menyembunyikan hal sebesar ini dari Papa," keluh Kalila.
Seketika paras gadis itu semuram langit sore yang mengelam karena matahari nyaris bersembunyi di batas cakrawala. Tangannya masih sibuk mengaduk gelas padahal sejak tadi isinya telah tercampur sempurna. Sementara itu, kedua matanya menatap bingung Haiyan. Kolaborasi Chanyeol dan Winter menyanyikan Yours yang memenuhi restauran tidak mampu mengusir gelisah di hati Kalila.
Permintaan pria itu seperti ajakan kawin lari bagi Kalila. Dua puluh dua tahun lebih menginjakkan kaki di bumi, Kalila tidak pernah menyembunyikan apa pun dari papanya. Bahkan hanya bersitegang dengan Miranti atau tertinggal bus Trans Jogja bisa jadi bahan obrolan di meja makan atau saat duduk-duduk berdua. Kalila hampir tidak pernah melewatkan kesehariannya dari penglihatan dan telinga sang papa. Lalu, bagaimana mungkin ia bisa bermain petak umpet untuk urusan sebesar ini?
"Kamu pasti tahu gimana papamu." Haiyan memecah sunyi. "Prof. Wisnu sangat konservatif." Ia sedikit menjauhkan piring berisi spageti dengan saus carbonara dari hadapannya. Bukan karena tidak lagi berselera, melainkan karena urusan makan sepertinya harus ditunda dulu. Rupanya, Kalila tak seperti apa yang dipikirkannya selama ini. Rasa yang sama tidak lantas membuat Kalila serta merta setuju dengan idenya.
Kalila memasukkan seiris almond ke mulut dan mengunyahnya perlahan. Papanya memang memiliki pandangan kuno tentang hubungan pria dan wanita. Namun, Kalila tidak menemukan benang merah hal itu dengan permintaan Haiyan.
"Kalau Prof. Wisnu tahu aku melamarmu, beliau pasti ingin kita segera menikah. Padahal keluargaku, terutama Papa, masih belum setuju."
Giliran sepotong tiramisu cokelat mengganti posisi kacang almond yang telah tergelincir ke lambung, meninggalkan jejak rasa manis ketika lapisan cokelatnya lumer di mulut. Kalila mencoba mencerna ucapan Haiyan. Saat berpikir keras, perut Kalila seperti mengembang dua kali lipat. Meski untuk itu, ia harus mengganti dengan bersepeda dua kali lebih jauh demi mengusir lemak yang terlanjur masuk.
"Bagaimana kalau keluarga Mas Haiyan tidak bisa menerimaku. Aku hanya putri dosen biasa, tidak ada darah biru dalam tubuhku."
'Soal itu kamu tidak perlu khawatir. Keluargaku open mind dan tidak konservatif. Papa tidak setuju karena aku belum cukup mapan dalam pandangannya. Papa khawatir, dengan keuanganku saat ini, aku tidak akan bisa memberi mahar yang layak dan menafkahi istri dan anak-anakku."
Alasan yang masuk akal, batin Kalila. Ia bisa mengerti kekhawatiran orangtua Haiyan. Bukankah ekonomi sering jadi sebab putusnya ikatan pernikahan.
"Bagaimana kalau di antara kita ada yang tidak setia?"
Tiba-tiba Kalila teringat bubarnya banyak hubungan yang telah terjalin bertahun-tahun karena orang ketiga. Hati manusia siapa tahu. Kadang, kesetiaan dan penantian panjang bisa kalah dengan yang datang belakangan, tetapi intens bertemu.
"Aku akan setia." Kalimat itu meluncur cepat dari bibir manis Haiyan.
Kalila mengganjur napas. Tatapan dan raut muka Haiyan menunjukkan kesungguhan. Hatinya mulai goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaradhana (Sudah Tamat di Karyakarsa dan KBM App)
RomanceJudul di KBM: Mendadak Ijab Sah Kalila memiliki impian sendiri tentang pernikahan yang akan dijalani dengan Haiyan, salah satu seniornya di klub teater. Lelaki itu berjanji akan datang melamar dalam jangka waktu satu tahun setelah tabungannya cukup...