Prolog

79 3 0
                                    

Cinta tak pernah datang terlambat. Ia hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk hadir dan memeluk kita.

***

Kalila menyukai hujan, tetapi tidak dengan hujan kali ini. Langit kelabu dan gerimis memukul-mukul tubuhnya sementara ia berjongkok dengan mata sembab dan tangan memegang nisan. Semalam, salah satu sayap penggenap jiwanya patah.

Bukan karena kepergian pria itu yang membuat tubuhnya tercabik-cabik dan hidupnya dihantui mimpi buruk. Penyebab kematiannyalah yang membuat Kalila diamuk badai.

Hampir satu jam setelah kepergian pelayat terakhir Kalila masih belum beranjak, ditemani desau angin yang mengirim wangi mawar bercampur aroma tanah basah, ditemani suara hujan memukul dedaunan dan dahan pohon di sekitar makam, ditemani Miranti, sahabatnya.

Ketika akhirnya Kalila memutuskan berdiri, bumi serasa berputar dan dalam hitungan detik, segala sesuatu di sekitarnya mengelam. Gelap.

Asmaradhana (Sudah Tamat di Karyakarsa dan KBM App)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang