"Kenapa dari sekian banyak nya lelaki, kenapa harus elo yang jadi suami gue, udah gitu sama-sama bisa lihat hantu pula, kan serem."
- Naomi Senja Putri.
Naomi Senja Putri, gadis cantik yang sialnya di kenal gadis gila karena tingkahnya yang sering...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hoy Senja!!!" Seseorang memanggil.
Senja menoleh, mengangkat alis saat melihat Rhacel dan antek-anteknya.
"Ck, ngapain lagi sih nih anak?," batin Senja, memutar bola mata jengah.
"Heh, lo, jauhin Langit deh," kata Rhacel tiba-tiba.
"Gue perhatiin akhir-akhir ini lo deketin Langit," timpal Najwa, teman Rhacel.
Senja diam, menatap Rhacel dan keempat temannya dengan malas. 'Dih, apaan sih? Nggak jelas banget.' Batin Senja heran
"Gue nggak pernah deketin Langit," bela Senja.
"Alibi lo aja. Lagian, lo tuh nggak cocok sama Langit. Langit orang normal, sedangkan lo... cih, udah kayak orang gila," cibir Rhacel.
"Tau diri aja deh," timpal Nia.
"Buset, kalian kenapa, dah? Salah gue deket Langit? Lagian, lo bukan siapa-siapanya," balas Senja remeh.
'Suka-suka gue lah, sirik aja!' batin Senja.
"Salah lah! Gue yakin lo mau deketin Langit, kayak cewek-cewek lainnya. MURAHAN!!!" Rhacel menekan kata 'murahan'.
Senja tersenyum sinis, menatap Rhacel tajam, melipat tangan di dada, dan mencondongkan badan ke depan Rhacel. 'Oh, jadi ini yang dia mau? Oke, gue ladenin.' kata batin Senja geram
"Gue nggak salah denger?! Lo lagi ngomongin diri lo sendiri kah? Upss." Senja menutup mulutnya, lalu menegakkan badan dan menatap Rhacel dan antek-anteknya remeh.
"Gue heran, kenapa Langit bisa mungut lo di gengnya. Bukannya lo cuma beban?" lanjut Senja, membuat Jessica dan Hana saling pandang dan mengangguk pelan. 'Mampus lo, kena kan?' kata batin Senja dengan remehnya.
Senja tertawa pelan melihat reaksi mereka, lalu mengubah raut wajahnya menjadi serius.
"Lain kali, kalo ngomong jangan sampai malu-maluin diri sendiri ya. Kasihan temen-temen lo jadi ikutan malu," kata Senja, membuat Rhacel mengepalkan tangannya kuat.
"Udah selesai kan malu-maluin diri lo sendiri? Kalo gitu, gue pamit." Senja berbalik, berjalan menuju motor hitamnya.
"Buang-buang waktu aja," monolognya ketus. 'Nggak level ngeladenin orang kayak gitu.'
"Sialan! Awas aja bakal gue bales!" Rhacel emosi.
***
Sementara itu, anak Black Eagle sedang berkumpul di markas. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang mencuci motor, bermain game, bernyanyi, bahkan ada yang tertidur.
Langit asyik bermain game di ponselnya, hingga sebuah panggilan telepon membuatnya mengumpat kesal.