~happy reading~
.
.
.
Taman itu remang, hanya diterangi lampu taman yang temaram. Seorang perempuan, siluetnya jelas meski dalam gelap, menyandarkan punggung di bangku taman. Asap rokok mengepul, sesekali diselingi tawa lirih yang terdengar getir.
"Ternyata sudah menikah... Langit," bisiknya, suaranya sarat keputusasaan. "Kukira kau masih mencintaiku."
Ia mengembuskan napas panjang. "Haruskah aku terus mengejarmu? Atau... menyerah saja?" Tanyanya pada diri sendiri, suaranya nyaris hilang ditelan angin malam.
"Sakit... sudah dua kali kau menyakitiku, Langit. Dulu, kau beralasan ada penghalang. Sekarang? Kau malah menikahi gadis yang kubenci itu."
Sunyi. Hanya suara angin dan sesekali suara jangkrik yang memecah keheningan. "Tidak. Aku tidak akan menyerah. Aku akan merebutmu dari gadis sialan itu. Kau tidak akan bahagia, Senja. Dulu kau membuat kakakku meninggal, dan sekarang... aku tidak akan membiarkanmu bahagia, apalagi dengan Langit." Ucapnya tajam, jari-jarinya meremat rokok yang membara.
...
Mentari pagi menyelinap masuk, membangunkan Senja dari tidurnya. Ia mengerjap, mendapati sisi ranjang kosong. Langit tak ada di sana. Hanya ponselnya yang tergeletak, layarnya menampilkan foto seorang gadis cantik dengan senyum menawan. Senja mengerutkan kening.
"Lena...? Sial," gumamnya.
Langit masuk. "Udah bangun? Mandi sana, ntar telat."
Senja diem. Langit ngambil HP-nya, menatap Senja dengan tak enak.
"Nja..."
"Lena. Jadi, dia cinta pertama lo?" Senja natap Langit tajem, suaranya geter.
Senja gak masalah siapapun masa lalu Langit tapi dia hanya tak habis fikir, kenapa harus dia!!.
Langit ngangguk pelan, nyesel udah nyakitin Senja.
Senja ketawa sinis, air matanya netes. "Cinta pertama... adiknya Renzi. Kenapa sih, harus dia? Kenapa harus dia, why?
"Maaf, Nja. Gue nggak sengaja..."
"Stop.. gue gak masalah cinta pertama Lo itu siapa, gue... cuman heran kenapa harus dia!" Senja bangun, narik napas dalam-dalam.
"Dunia emang sempit banget," bisiknya.
Dia masuk kamar mandi, ngebanting pintunya keras.
Setelah mandi, Senja keluar kamar dengan tas biru di pundaknya. Saat menuruni tangga, ia melihat Langit sudah rapi dengan seragam sekolah, tersenyum kecil padanya.
"Sarapan?"
"Nggak," jawab Senja dingin.
"Tapi Nja, lo belum makan..."
"Nggak laper," potong Senja. "Nggak nafsu."
"Berangkat bareng?" Langit nyoba deketin.
Senja ngehindar. "Gue sendiri aja." Dia pergi. Cium singkat di punggung tangan Langit. Formalitas yang nyakitin banget.
Langit diem, ngerasa bersalah. Dia pengen meluk Senja, tapi dia tau, dia nggak pantes.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGSA (TAHAP REVISI)
Fiksi Remaja"Kenapa dari sekian banyak nya lelaki, kenapa harus elo yang jadi suami gue, udah gitu sama-sama bisa lihat hantu pula, kan serem." - Naomi Senja Putri. Naomi Senja Putri, gadis cantik yang sialnya di kenal gadis gila karena tingkahnya yang sering...
