~happy reading ~
.
.
.
.
Malam itu, bulan purnama bersinar terang, menerangi Senja yang asyik tertawa terbahak-bahak di sofa, terpaku pada layar ponselnya. Langit turun dari tangga, matanya tertuju pada Senja yang bermalas-malasan.
"Gue mau pergi, Lo di rumah mama ya," kata Langit tiba-tiba, memecah keheningan.
Senja langsung mematikan ponselnya, menatap Langit tajam. "Mau kemana?"
"Pergi," jawab Langit singkat, membuat Senja mendengus kesal.
"Ya pergi nya kemana?!"
"Gue pergi sama Rey, Angga,"
"Gue ikut,"
"Gausah lah, udah malem, Lo di rumah bunda atau ga di rumah mama,"
"Ga mau, gue mau ikut, lagian masih jam 7 besok juga libur kan," Senja bersikeras, sudah siap untuk berdiri.
"Kata siapa? Besok berangkat," jawab Langit, membuat Senja terdiam.
"Ya udah, kalo gitu Lo juga ga usah pergi," kata Senja ketus, melipat tangannya di dada.
"Ga bisa Nja, ada yang harus dibicarakan sama temen gue,"
"Ya udah gue ikut, kalo lo ga mau gue bilangin Bunda kalo lo kemarin ninggalin gue sendirian, di tambah juga hukuman papah gue belum selesai kan," Senja mengancam, menyeringai puas melihat ekspresi Langit.
Langit terdiam, menyadari bahwa Senja punya kartu truf yang ampuh. "Oke-oke, Lo boleh ikut tapi ga usah bilang Bunda dan lagi nanti disana Lo ga boleh kemana-mana, di samping gue terus intinya," kata Langit final.
Senja mengangguk dengan senyum kemenangan, lalu bergegas mengambil helm.
Di luar, Senja naik ke motor merah Langit, mengunci pintu dan gerbang.
"Ayoo," seru Senja, bersemangat.
Saat motor melaju, Senja mendekat, menumpukan dagunya di pundak Langit.
"Gue boleh peluk ga?" tanya Senja, berteriak agar suaranya terdengar.
"Boleh, yang erat takut lo nanti jatuh," jawab Langit.
Senja memeluk Langit erat, merasakan kehangatan tubuhnya. Apakah pilihan gue bener? Apakah gue harus lanjut buka hati buat Lo? Batin Senja, sesekali mencuri pandang ke arah Langit lewat kaca spion.
...
"Lama banget dah tuh orang satu," celetuk Rey, tidak sabar.
"Sabar, lagi debat sama Senja mungkin,"
"Kata siapa lo?"
"Entah, kayaknya sih gitu gue curiga aja tuh nanti Senja ga mau ditinggal, ditambah kemarin di tinggal bentar kondisinya udah kayak gitu," jelas Angga.
"Sebenarnya kita lagi nunggu siapa sih Rey?" tanya Davin tiba-tiba, menyumulkan kepalanya di balik pintu.
"Langit, bentar lagi sampai," jawab Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGSA (TAHAP REVISI)
Novela Juvenil"Kenapa dari sekian banyak nya lelaki, kenapa harus elo yang jadi suami gue, udah gitu sama-sama bisa lihat hantu pula, kan serem." - Naomi Senja Putri. Naomi Senja Putri, gadis cantik yang sialnya di kenal gadis gila karena tingkahnya yang sering...
