Warning banyak typo ❗❗❗
Jangan lupa komen ya gaes kalo boleh sih sekalian follow wkwk, seperti biasa menerima kritik dan saran, siapa tau nanti bisa bikin makin semangat soalnya akhir² ini emang lagi males plus lagi kurang ide wkwk, udah gitu aja
>.<HAPPY READING >.<
Setelah mencari makan namun tak kunjung ketemu, akhirnya keduanya memutuskan untuk makan di restoran di dalam mall, sekalian belanja bulanan.
"Ehh itu bukannya Bang Rey sama Bang Angga?" Tanya Senja, menunjuk ke arah dua lelaki yang tengah duduk di salah satu resto.
"Oh ya?" Jawab Langit seadanya, tanpa minat.
"Samperin yuk? Barangkali ada Aura sama Kayla."
"Nggak ah, males."
"Tcih, ayolah!" Langit pun akhirnya pasrah kala tangannya ditarik-tarik Senja.
"Hai, Bang," sapa Senja.
"Lho, kalian? Ngapain di sini?" Tanya Rey dengan muka terkejutnya.
"Mau makan. Terus nggak sengaja lihat kalian. Gabung boleh, nggak?" Tanya Senja.
"Boleh lah," kata Angga santai, membuat Rey yang disampingnya menatap horor.
Senja pun tersenyum setelahnya duduk dengan Langit di sampingnya. Mata Langit, Angga dan Rey saling tatap, terlihat jika ketiganya tengah berbicara dalam diam. Kenapa sih mereka ini? Ada apa emangnya? Batin Senja.
Ting
Suara notif handphone Langit memecahkan keheningan.
Rey
Lo ngapain, anjg?
Langit
Senja yang nyuruh kesini
Rey
Bentar lagi mereka dateng, pergi deh lo
Langit
Mrka siapa?
Rey
Tiger, udh sno
Langit
Klian janjian ngapain?
Rey
Prgi aj dlu lh
Langit
CK, Y
😒🖕
"Kalian ke sini sama Aura, Kayla, nggak?" Tanya Senja tiba-tiba. Kok firasat gue nggak enak ya?
"Oh, engga Nja. Soalnya kita emang berdua tadi niat mau beli sesuatu terus mampir ke sini dulu," jawab Rey.
Senja hanya mengangguk. Saat Senja akan memanggil pelayan restoran, tiba-tiba tangannya digenggam Langit dan mengajaknya keluar dari resto. Eh, kenapa lagi nih?
"Kita pergi dulu, ada yang harus dibeli," kata Langit setelahnya mereka pergi dengan tangan yang saling bertautan.
Senja menatap tangannya, ada rasa kesal dan juga... aneh. Kesal karena Langit seenaknya memegang tangannya. Ih, apaan sih! Tapi kok gue jadi deg-degan gini?
"Apaan sih! Lepas!" Sentak Senja kesal, menghempaskan tangan Langit.
"Lo laper kan? Ayo makan."
"Tadi gue udah mau pesen tapi malah ditarik Lo."
"Makan di tempat lain aja."
"Ya tinggal ngomong, nggak usah pake tarik-tarik kaya gitu. Dikira nanti kita nggak sopan tau."
"Astaga, mereka temen gue dan mereka nggak berfikir kaya gitu."
"Ya sama aja, walaupun dia temen lo, nggak baik kaya gitu."
"Oke-oke, ya udah ayo cari makan aja," kata Langit yang mengalah.
"Nggak usah, udah nggak laper," jawab Senja dengan cemberut. Padahal laper banget, tapi kesel juga ditarik-tarik gitu.
"Lho, kenapa?" Tanya Langit.
"Ya gapapa, mending belanja aja."
Langit hanya diam, menatap Senja. Senja yang ditatap tentu saja sedikit salah tingkah. Duh, kenapa sih dia natap gue gitu? Jadi salah tingkah kan!
"Alesan. Udah ayo," ucap Langit lalu menggenggam tangan Senja lagi.
"Dih, mau makan yang dimasak Lo aja," jawab Senja dengan tersenyum kecil. Aneh memang Senja ini, kadang galak kadang lunak. Langit hanya bisa pasrah menghadapi sifat Senja yang menurutnya masih kanak-kanakan.
"Kata siapa gue bisa masak?"
"Kata Bunda. Terus katanya masakan Lo enak. Ayoo belanja bulanan aja," kata Senja setelahnya jalan duluan agar Langit mengikutinya. Semoga aja dia beneran bisa masak. Penasaran juga sih.
Mereka akhirnya memutuskan untuk belanja beberapa sayuran dan buah, dan masih banyak lagi. Kata Senja sih, yang banyak biar nanti nggak usah bolak balik ke mall untuk belanja.
Setelah selesai mencari keperluan, mereka pun mengantri untuk membayar belanjaannya. Selama mengantri, Senja menyandar di lengan Langit, tiba-tiba matanya merasa mengantuk sekali bahkan hampir memejam jika Langit tidak menegurnya. Duh, ngantuk banget. Tapi kok nyender di dia nyaman ya?
"Jangan tidur, bentar lagi tuh."
"Lama bangettt, gue ngantuk," rengek Senja tanpa sadar.
Setelah menunggu kini giliran mereka, Senja hanya berdiam bahkan kepalanya bersandar di lengan Langit. Semua mata tertuju kearahnya namun namanya juga Senja, dia tidak perduli.
"Senja," bisik seseorang.
"Hm," dehem Senja, menengok ke arah samping yang ternyata ada sosok yang dari kemarin mengikutinya.
"Astaghfirullah!" Teriak Senja, membuat semua mata melihat ke arahnya, begitupun Langit. Ya ampun! Dia lagi! Ngapain sih ngikutin gue terus?
Dengan cepat Langit menutup mata Senja dan menggeser nya untuk berdiri di depannya.
"Heh! Apa maksud kalian, memangnya saya seperti hantu?!" Kata Ibu-ibu yang kebetulan tadi berdiri di belakang Senja.
"Maaf Bu, bukan begitu maksudnya," jawab Senja yang merasa tak enak. Aduh, jadi nggak enak sama ibu-ibu. Tapi gue beneran kaget!
"Halah, emang anak muda jaman sekarang tuh tidak punya sopan santun, lihat tadi kan kalian semua gadis itu tadi bergelendotan di pundak pacarnya, tidak sopan sekali padahal dibelakang ada orang tua dan tadi apa-apaan terkejut saat melihat saya" Marah Ibu-ibu itu.
"Maaf mas, ini belanjaannya," kata kasir yang mencoba memisahkan keduanya agar tidak beradu mulut.
Langit meletakkan beberapa kardus di troli belanja nya, setelahnya membayar, tangan Langit terulur untuk menggenggam tangan Senja, karena sungguh muka Senja disini sangat imut, menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Langit, karena sosok itu masih setia menatapnya dan sesekali tersenyum, Langit menyempatkan diri untuk membalas ucapan ibu itu sebelum pergi meninggalkan mall, ibu itu sendari tadi tidak berhenti mengoceh. Kenapa dia genggam tangan gue? Tapi kok gue suka ya? Eh, apaan sih!
"Maaf sebelumnya, kami sudah suami istri dan masalah istri saya terkejut karena memang terkejut melihat hantu yang sendari tadi berdiri di depan anda, kami permisi. Terimakasih," kata Langit dengan sopan namun begitu tegas.
Orang-orang yang mendengar penuturan Langit seketika terdiam bahkan ada yang menahan tawa karena muka sang ibu yang kelihatan pucat mendadak.
"Langit, kenapa Lo bilang gitu?" Tanya Senja saat mereka berjalan keluar mall.
"Biar ibu itu tau."
"Tapi kasian tadi banyak yang ngetawain."
"Bodoamat, salah sendiri lah."
"Langit, Lo kejam banget."
"Oh ya? Biasa aja sih."
"Tcih, cowok aneh," kesal Senja. Langit hanya terkekeh kecil membuat Senja menatap nya dengan tatapan kesalnya. Aneh banget emang! Tapi kok gue jadi seneng ya dia belain gue tadi? Eh, apaan sih!
Keduanya memasukkan belanjaannya di dalam mobil, ralat hanya Langit yang membereskan belanja-belanjaan yang begitu banyak, Senja hanya bersandar dimobil dengan memakan es krim coklat kesukaan nya yang tadi sempat di beli sebelum keluar mall.
Senja melihat Langit yang masih sibuk, melihat sekeliling parkiran mall hingga mata nya tak sengaja melihat seorang yang tadi sempat mengintai rumah baru mereka, lebih tepatnya seseorang bermotor hijau. Yap dia tengah mengawasi keduanya sendari tadi namun Senja hanya diam pura-pura tidak melihat, dia dengan cepat menghampiri Langit dan membantunya. Itu dia! Ngapain sih dia ngikutin gue terus? Apa gue harus cerita ke Langit ya?
"Masuk mobil aja," tutur Langit.
"Engga, ayo buruan gue udah laperr," bohong Senja, dia masih ga mau menceritakan ke Langit jika ada seseorang yang sedang mengawasinya.
Setelah selesai Senja dan Langit pun bergegas untuk pulang, karena sendari tadi Senja terus mendesak Langit agar cepat-cepat pulang.
"Habis ngeliat cewek itu malah jadi gini," batin Langit sedikit kesal.
Bagaimana tidak kesal jika Senja terus mendesak Langit agar cepat-cepat keluar dari parkiran mall itu, bahkan di dalam mobil saja Senja hanya diam sampai es krimnya meleleh dan menetes di celana Senja.
Tangan Langit terulur menghadang es krim yang sendari tadi menetes, bahkan Senja tidak terganggu saat tangan Langit masih saja menghadangi es krimnya, mata Senja terus menatap ke arah depan tidak memperdulikan es krimnya.
"Siapa sih, ko jadi penasaran," monolognya pelan.
"Penasaran sama siapa?"
"Tadi ada yang ngawasin, orang itu juga tadi udah ke rumah," jawab Senja tanpa sadar, memalingkan wajahnya ke arah Langit yang fokus menyetir. Aduh, keceplosan!
"Ehh, tangan Lo ngapain!!" Seru Senja setelah nya menggeplak lengan Langit.
"Es krim Lo tuh netes ke mana-mana, mobil juga jadi kotor nanti," jawab Langit ketus.
"Eh ko iya, aduh sorry deh ya."
Senja pun mengambil tisu dan mengelap telapak tangan Langit yang sudah banyak es krim.
"Sorry ya."
"Hm, Lo kesambet?" Tanya Langit yang membuat Senja mengkeryit. Kesambet apaan sih dia ini?
"Mata Lo tuh kesambet, kesambet apaan anjir," jawab Senja dan tak lupa menonyor kepala Langit. Memang barbar si Senja ini.
"Lama-lama tangan Lo kayaknya harus di iket, ga bisa ya Lo ga main tangan?" Tanya Langit Kesal, membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.
Senja yang sadar perlakuan nya itu pun dengan cepat membenarkan tata rambut Langit, dan sedikit mengusapnya. Kenapa gue jadi gini sih? Aduh jadi ga enak kan sama dia.
"Sorry, udah kebiasaan sama Kayla Aura jadi gini," jawabnya.
Langit hanya diam, akhirnya pun keduanya saling diam tidak ada pembicaraan apapun hingga akhirnya mereka sampai ke rumah.
#NEXT#
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGSA (TAHAP REVISI)
Teen Fiction"Kenapa dari sekian banyak nya lelaki, kenapa harus elo yang jadi suami gue, udah gitu sama-sama bisa lihat hantu pula, kan serem." - Naomi Senja Putri. Naomi Senja Putri, gadis cantik yang sialnya di kenal gadis gila karena tingkahnya yang sering...
