02. Langsa

757 34 0
                                        

Warning banyak typo ❗❗❗

Happy reading 🤗

Oke, ini dia revisi bab 2 dengan fokus pada dialog yang lebih natural dan beberapa perbaikan kecil lainnya:

Bab 2: Langsa

Masih di hari yang sama, mobil Gibran berhenti di depan rumah mewah. Mentari menatap фасаdе rumah itu, nostalgia menyeruak. "Udah lama banget ya, Pah, kita nggak ke sini?" katanya, matanya menyapu taman yang terawat.

"Iya, Ma. Ayo deh, masuk," jawab Gibran, menggenggam tangan istrinya. Rumah itu memang mewah, bukan sekadar cukup besar.

Tok... Tok... Tok...

Tiga ketukan Gibran layangkan, tapi belum ada tanda-tanda pintu dibuka. Saat Mentari hendak mengetuk, pintu terbuka, menampilkan seorang pria tinggi dengan rambut sedikit memutih.

Cklek...

"Gibran! Akhirnya dateng juga," sapa pria itu.

"Bro! Apa kabar lo?" tanya Gibran, menjabat tangan sahabatnya.

"Alhamdulillah, baik. Ayo masuk, ngobrol di dalem aja," jawab Jordy, mempersilakan mereka masuk.

"Silakan duduk," kata Jordy setelah mereka berada di ruang tamu.

"Lama banget ya kita nggak ketemu kayak gini. Sehat kan, Gib?" tanya Jordy.

"Sehat, Jor. Sejak lo pindah ke luar kota, jadi jarang kumpul," jawab Gibran, terkekeh.

"Haha, iya, sibuk kerjaan," balas Jordy.

"Eh, Yuana mana? Kok nggak keliatan?" tanya Mentari yang sedari tadi diam.

"Itu dia," tunjuk Jordy ke arah seorang wanita cantik yang membawa nampan berisi minuman dan camilan.

"Ya ampun, Na, makin cantik aja!" puji Mentari saat Yuana duduk di samping Jordy.

"Ah, bisa aja lo, Tari. Lo juga makin kinclong," balas Yuana, tersenyum manis.

"Oh iya, soal yang dulu gimana? Jadi?" tanya Yuana, membuat Gibran dan Mentari saling lirik.

"Jadi, kita diundang ke sini buat bahas itu?" tanya Gibran, yang diangguki Jordy dan Yuana.

"Gimana, Tari?" tanya Yuana.

"Gue sih setuju-setuju aja. Ini nih, bapaknya masih bimbang," kata Mentari, melirik Gibran.

"Masalahnya, Manda udah punya pacar. Nggak mungkin gue nyuruh dia putus, apalagi mereka udah lama banget pacaran," jelas Gibran.

"Anak lo kan ada dua, Gib. Kenapa nggak anak lo yang kedua aja?" usul Jordy.

Gibran mengangguk. "Iya, tapi anak lo kuat nggak ngadepin anak gue?" tanya Gibran, membuat Jordy dan Yuana mengerutkan kening.

"Anak gue yang kedua itu bisa lihat yang nggak bisa kita lihat. Dia sering ketawa, nangis, ngomong sendiri. Gue takut anak lo nggak bisa jagain dia nanti. Apalagi dia penakut dan gampang banget kemasukan," jelas Mentari.

"Tenang, Langit bakal jagain dia. Langit juga sama kayak anak lo, Tari," jawab Yuana, membuat Mentari dan Gibran terkejut.

"Serius, Na?" tanya Mentari.

"Iya, dulu dia sempet frustrasi karena digangguin terus. Bahkan selalu diawasin," kata Yuana.

"Tadinya kita mau batalin perjodohan ini. Kita mau cari cewek yang sama-sama bisa lihat makhluk halus, biar bisa bantu Langit lepas dari mereka," timpal Jordy.

"Tapi alhamdulillah banget ini kebetulan. Anak lo bisa lihat, jadi gue harap dia bisa bantu Langit," kata Yuana, senang.

"Tapi Senja penakut. Bisa bantu Langit?" tanya Gibran, ragu.

"Tenang aja, cepet atau lambat Senja bakal bantu Langit. Percaya deh," jawab Yuana, membuat Gibran sedikit tenang.

"Jadi, kita sepakat soal perjodohan ini?" tanya Jordy.

"Sepakat! Gue harap Langit bisa jagain Senja," jawab Gibran, semangat.

"Oke, gue pastiin itu terjadi. Gimana kalo kita makan malem dulu?" ajak Jordy.

"Eh, nggak usah deh. Kita pulang aja, kasian anak-anak di rumah sendirian," tolak Gibran sopan.

"Oh, gitu. Oke deh, kapan-kapan kita main ke rumah lo ya," jawab Jordy, yang diangguki Gibran.

"Gimana kalo minggu depan kita ke rumah lo, Tari? Sekalian nentuin tanggal pernikahan Langit sama Senja," usul Yuana.

"Boleh banget! Lebih cepet lebih baik, kan?" jawab Mentari antusias.

"Oke, kita tunggu kedatangan kalian ya. Kalo gitu, kita pamit dulu. Selamat malem," kata Gibran, lalu mereka berpamitan.

 

Di sisi lain, Langit lagi nongkrong sama temen-temennya. Mereka lagi ngerencanain balapan malem ini.

"Malem ini gue nggak mau tau, kalian harus menang lagi," kata Rey, ketua Black Eagle.

"Gue yakin mereka bakal main curang. Jadi, gue harap kalian bisa ngimbangin," lanjutnya, menatap tajam semua anggota Black Eagle.

"Siapa yang mau tanding kali ini?" tanya Angga.

Semua diem. Rey berdecak.

"Cih, gue harap bukan Marvel lagi yang tanding," kata Rey tegas.

"Gue yang tanding," kata Langit mantap.

"Lo yakin?" tanya Dika.

"Why I never did," jawab Langit datar.

Semua mengangguk. Bener juga kata Langit. Soalnya, tiap ada tanding, Langit nggak pernah ikut. Dia cuma nonton.

"Oke, malem ini Langit yang tanding. Gue harap lo menang," kata Rey, menepuk pundak Langit.

"Stay cool," jawab Langit, berdiri dan menghampiri motornya.

Drett... Drett...

Saat Langit mau pake helm, ponselnya getar. "Bunda Cantik" tertera di layar. Langit langsung geser ikon hijau.

📞Bunda Cantik

"Assalamualaikum, Langit," sapa Yuana.

"Waalaikumsalam, iya, Bun. Tumben nelpon," jawab Langit lembut.

"Langit bisa pulang? Bunda sama Ayah mau ngomong penting," kata Yuana.

"Wah, kayaknya penting banget nih, Bun," jawab Langit.

"Iya, penting banget. Jadi, bisa pulang?" tanya Yuana lagi.

"Eum, ya udah deh, Bun. Langit pulang," jawab Langit, yang dibalas senyuman Yuana.

"Ya udah, Bunda tunggu ya. Hati-hati di jalan," kata Yuana, lalu menutup telepon.

"Kenapa, Lang?" tanya Rey.

"Gue disuruh balik. Bunda mau ngomong penting," jawab Langit.

"Ya udah, balik aja. Biar yang lain aja yang tanding," kata Angga.

"Hati-hati ya, Langit. Kalo udah sampe, kabarin kita, oke?" kata Rhacel, memegang lengan Langit.

Langit nggak ngerespon. Dia langsung pergi, membuat Rhacel berdecak sebal.

Setelah Langit pergi, Rey milih siapa yang bakal gantiin Langit. Mereka cepet-cepet pergi ke tempat balapan yang sepi dan nggak ada rumah sama sekali. Cuma ada pohon-pohon tinggi, jadi nggak mungkin ada polisi.

Setelah beberapa menit, Langit sampe di rumah. Dia masuk dan ngeliat Bunda sama Ayahnya udah nungguin. Langit ngeliat dua cangkir gelas di meja, mengerutkan kening.

"Assalamualaikum, Langit pulang," salam Langit, membuat Yuana tersenyum.

"Waalaikumsalam," jawab Yuana dan Jordy barengan.

"Abis ada tamu ya, Bun?" tanya Langit.

"Iya, tadi sahabat Bunda dateng. Mau ngobrolin hal penting," jawab Yuana antusias.

"Oh," jawab Langit singkat.

"Langsung aja deh, Yah," kata Yuana, menatap suaminya.

"Jadi gini, Langit. Dulu Bunda sama sahabat Bunda pernah janji, kalo punya anak, terus anaknya sahabat Bunda cewek dan anak Bunda cowok, kita bakal jodohin. Tapi kalo kebalikannya, nggak jadi," jelas Yuana.

Langit diem, nyoba mencerna omongan Bundanya.

Yuana nyenggol Jordy, ngeliat anaknya bingung.

"Maksud Bunda, kamu mau dijodohin sama anak temen Bunda," kata Jordy, yang diangguki Langit.

"Bunda ngomongnya ribet, jadi anaknya nggak paham," kata Jordy.

"Kan Bunda jelasin detailnya, Yah," balas Yuana.

"Jadi, Langit setuju kan?" tanya Yuana.

"Bun, tapi Langit udah gede. Masa dijodohin sih?" kata Langit.

"Ya gimana dong, kan udah perjanjiannya gitu, Sayang. Lagian, nenek kamu juga yang nyuruh," kata Yuana.

"Tapi kan, Bun, Langit masih sekolah. Masa udah nikah?" jawab Langit, nyoba nolak halus.

"Ya nggak papa. Biar jadi papa muda, ya kan, Bun?" celetuk Jordy, jail.

"Ya nggak mau lah, Yah. Lagian, Langit pengen nyari yang bisa lihat mereka," jawab Langit, membuat Yuana tersenyum lebar.

"Dia juga bisa lihat, kok. Tapi bedanya, dia agak penakut," kata Yuana.

"Emang iya? Kalo penakut, gimana mau bantuin Langit, Bun?" tanya Langit.

"Bunda kan tau, Langit pengen mereka nggak gangguin Langit terus. Itu kenapa Langit pengen nyari yang kayak Langit," lanjut Langit.

"Bunda yakin, dia bisa bantu Langit nanti. Yang penting, Langit bisa jagain dia. Soalnya, dia gampang kemasukan. Dulu sering banget sampe sahabat Bunda frustrasi," jelas Yuana.

"Ayah juga yakin dia bisa bantuin kamu," timpal Jordy.

"Bunda punya fotonya. Langit mau lihat?" tanya Yuana, yang diangguki Langit.

Yuana nyodorin foto seorang gadis dengan rambut panjang diikat dan poni lucu.

 Yuana nyodorin foto seorang gadis dengan rambut panjang diikat dan poni lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh, ini kan yang tadi siang," batin Langit, menatap foto itu.

Nggak ada suara. Yuana dan Jordy nunggu jawaban anaknya. Langit masih diem, natap foto Senja.

"Oke, aku mau," jawab Langit, membuat Yuana seneng dan meluk anaknya.

"Makasih ya, Sayang. Semoga ini pilihan terbaik dan kamu bisa lepas dari mereka," kata Yuana, mengusap lengan Langit.

"Oke. Jadi, besok kita ke rumahnya dan nentuin tanggal pernikahan kalian," kata Jordy.

"Oh iya, ini buat besok," kata Yuana, nyodorin paper bag.

"Kalo gitu, Langit ke kamar dulu ya, Bun, Yah," kata Langit, lalu pergi.

"Aku tadi pikir Langit bakal nolak, Yah. Ternyata nggak, dong! Aduh, akhirnya aku mau punya menantu," kata Yuana gembira.

Di sisi lain, temen-temen Senja lagi nenangin Senja yang nangis dan meraung-raung pengen pulang.

Aura dan Kayla tau kalo yang sekarang bukan Senja, tapi sosok lain yang mau bawa Senja entah ke mana.

"Tunggu sebentar ya, Bi. Bibi panggilin Pak Herman," kata Bi Inah.

Pak Herman itu satpam rumah Senja. Dia juga yang jagain Senja dari makhluk halus. Pak Herman udah kerja di keluarga Bagaskara sejak Senja lahir. Nggak lama, Pak Herman dateng sama Bi Inah.

"Hiksss... Mau pulang... Deri mau pulang... Hiksss..." tangis Senja, yang sebenernya bukan Senja.

Pak Herman nyamperin Senja dan megang punggungnya sambil bacain doa-doa.

"Arrggh... Sakit... Lepas... Sakit..." teriak Senja.

"Keluar, kasian yang punya badan. Ayo keluar, nanti saya bantu keluar dari sini," kata Pak Herman lembut.

Badan Senja menegang beberapa detik, lalu kembali seperti biasa.

"Senja, lo oke kan?" tanya Aura.

"Gue baik-baik aja. Tapi, kok bisa ke sini, Pak?" tanya Senja.

"Dia nyasar, Non. Makanya bisa ke sini," jawab Pak Herman.

"Ya udah, kalo gitu saya pamit ke depan lagi ya, Non," kata Pak Herman.

"Oh iya, makasih, Pak," jawab Senja.

Setelah Pak Herman pergi, ketiga gadis itu bantu Bi Inah beresin kekacauan yang tadi Senja bikin.

To Be Continued.

Hai, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya gaes
Yang puasa hari ini gimana, masih aman kan? Semoga aman ya sampai buka nanti wkwk
Jangan lupa vomen ya, tinggalin jejak kalian hehe, kasih saran gue juga biar nanti kalo ada yang kurang nanti ku tambahin
Oke segitu aja, see you next time👋

LANGSA (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang