Bagian 23

6 2 0
                                    

Hallo apa kabar??
Sehat-sehat ya kalian, jaga kesehatannya!!
Sebelumnya terimakasih sudah membaca cerita ini, jika ada saran tolong sampaikan dengan cara yang sopan yaa :)
Jangan lupa tinggalin jejak dulu, tekan tombol bintangnya, komen juga boleh!!
Jika ada kesalahan dalam penulisan, mohon ditandai yaa!

Selamat Membaca 💙

°•°•°•°

Adlan baru kembali ke kelas saat jam istirahat pertama, setelah menenangkan dirinya di taman sekolah.

"Dlan, lo kenapa bisa berantem sama Mario?" tanya Aksa heran. Pasalnya Adlan tipe orang yang jarang tersulut emosi jika tak ada hal yang memancing emosinya.

"Dia duluan yang mulai. Gue lagi jalan tiba-tiba ditabrak, udah tau dia yang salah malah nyuruh gue buat minta maaf. Karena gue gak mau, akhirnya dia marah terus nonjok gue." Jelas Adlan.

"Wah kurang ngajar tuh bocah! Harusnya tadi gak gue pisahin," ucap Raka kesal.

"Yeu, gimana sih lo?! Malah ngajarin gak bener," Aksa menoyor pelan kepala Raka.

"Dlan, kamu udah tenang? Bisa kita bicara?" tanya Vira yang tiba-tiba datang menghampiri meja Adlan.

Adlan berusaha menampilkan raut wajah yang baik-baik saja, tak ingin terlihat menyedihkan dimata Vira.

"Boleh, mau dimana?" tanya Adlan lembut.

Adlan, lo harusnya marah Dlan! Bukan malah lembut kayak gitu.

"Ayo ikut aku!" ajak Vira menarik tangan Adlan.

Adlan berjalan mengikuti Vira dari belakang. Dia membiarkan Vira membawanya kemana saja.

"Kamu udah makan, Vir? Kalo belum kita ke kantin dulu ya? Nanti kamu ngomongnya sambil makan aja gak papa, daripada kamu sakit."

Lihat, setelah dibohongi oleh Vira pun Adlan tetap perhatian pada perempuan itu.

"Gak usah, Dlan. Aku masih kenyang kok," jawab Vira.

Vira kembali menarik tangan Adlan, dia membawanya ke rooftop sekolah yang sepi.

Sesampainya di sana, Vira tak langsung bersuara. Dia diam sejenak. Sebenarnya dia bingung ingin menjelaskan darimana dulu.

"Vir, kamu gak papa kan?" tanya Adlan saat melihat Vira hanya diam.

Vira menarik napasnya sebentar lalu menghembuskannya, "Harusnya aku yang tanya itu ke kamu. Kamu gak papa?"

Adlan mengernyit, pura-pura tak mengerti apa maksud Vira. "Emang aku kenapa?" tanyanya balik.

Vira memutar bola matanya saat mendengar respon Adlan. "Jangan pura-pura gak tau! Kamu udah liat semuanya semalem,"

Adlan tersenyum dengan sorot mata yang sedih, "Masalah itu ya? Ternyata yang semalem itu bukan mimpi, ya? Padahal aku harap itu cuma mimpi."

Vira diam tak merespon perkataan Adlan.

"Emang aku bisa apa, Vir? Raga kamu emang sama aku, tapi hati kamu sama orang lain kan? Mau gimanapun juga aku bakalan kalah sama yang ada dihati kamu." Lanjut Adlan.

"Gak gitu, Dlan. Aku minta maaf! Aku bisa jelasin." Sebenarnya Vira merasa tidak ada yang perlu untuk dijelaskan karena Adlan sendiri sudah tahu semuanya. Tapi disisi lain, hatinya seolah menyuruh untuk menjelaskan agar Adlan tak salah paham.

"Kita break dulu, ya?" ucap Adlan tiba-tiba.

"Loh, kenapa?" tanya Vira terkejut saat mendengar ucapan Adlan.

"Aku mau nenangin hati aku dulu. Kamu juga bisa gunain kesempatan ini buat mantapin hati kamu itu sebenernya berlabuh ke siapa. Setelah kamu nemuin jawabannya, kamu langsung ngomong aja ke aku. Aku bakal berusaha nerima apapun keputusan kamu."

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭, 𝐀𝐝𝐥𝐚𝐧 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang