Bagian 6

13 6 1
                                    

Halo semuanya, apa kabar?

Seperti biasa, sebelum baca jangan lupa pencet dulu tombol bintangnya di pojok bawah!

Selamat Membaca 💙

°•°•°•°

Vira termenung di dalam kamarnya. Matanya menatap lurus dinding kamarnya yang bercat biru muda. Pikirannya melanglang buana jauh ke percakapan tadi siang bersama Zalina.

Mungkin benar apa yang dikatakan Zalina, dia harus melupakan laki-laki itu-cinta pertamanya- dan fokus pada Adlan.

Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya Vira memutuskan untuk menerima Adlan disisinya. Semoga keputusannya ini benar. Ya, semoga.

Drtt Drtt

Panjang umur, baru saja laki-laki itu hinggap dipikirannya, sekarang orangnya langsung menelpon.

Tanpa pikir panjang, Vira mengangkat panggilannya.

"Halo!" sapa Vira begitu sambungan terhubung.

"Wah, tumben banget angkatnya cepet?"

Vira menegang, benar juga. Biasanya dia tidak secepat itu merespon panggilan atau pesan dari Adlan, tapi kenapa sekarang dia bisa secepat itu? Ah lupa, bukannya dia sudah bertekad akan benar-benar membuka hatinya untuk Adlan, salah satu caranya dengan fast respon seperti ini sudah bisa dikatakan jika dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya 'kan?

"Lo gak suka? Yaudah gue matiin!" Vira sudah ancang-ancang untuk mematikan panggilannya.

"Eh eh tunggu dulu, jangan dimatiin. Aku cuma becanda, Vira."

Deg

Kenapa ini? Kenapa Vira baru menyadari jantungnya berdetak sangat cepat saat laki-laki diseberang telepon sana memanggil namanya seperti itu?

"Halo, Vir! Kamu masih di sana kan?"

Suara lembut Adlan terdengar hingga menyadarkan Vira.

"Ah iya, kenapa?" tanya Vira sedikit gugup.

"Gak papa sih. Oh iya, besok aku gak sekolah ya, tolong izinin aku!"

Vira mengerutkan keningnya bingung. Kenapa laki-laki itu bilang kepadanya? Dia bukan seksi absensi loh.

"Kenapa bilang ke gue? Kenapa gak ke Zalina aja? Kan dia yang jadi seksi absensi,"

"Ya sama Zalina juga aku udah bilang, tapi ini aku bilang lagi sama kamu. Takutnya nanti kamu nyariin aku,"

"Apa sih, pede banget!"

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang begitu indah dari laki-laki diseberang sana. Vira bisa menebak jika mata Adlan sampai menghilang karena tawanya. Mata Adlan yang sedikit sipit membuat matanya menghilang saat laki-laki itu tertawa.

"Kok ketawa sih?" tanya Vira sedikit sewot.

"Lucu deh kamu kalo ngomongnya jutek gitu. Aku bisa bayangin wajah jutek kamu pas ngomong gitu,"

"Ck, udah ah. Gue ngantuk, gue matiin ya?"

Sebenarnya itu hanya alasan Vira saja agar cepat-cepat mengakhiri percakapannya dengan Adlan. Karena entah mengapa, makin lama debaran di dadanya seolah makin menggila.

"Yahh, padahal aku masih pengen ngobrol sama kamu. Yaudah deh, selamat tidur ya cantik, mimpi indah!"

°•°•°•°

Seperti perkataannya tadi malam, hari ini tidak ada Adlan yang mengganggu Vira. Entah Vira harus merasa senang atau merasa kehilangan.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭, 𝐀𝐝𝐥𝐚𝐧 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang