Bagian 24

5 2 0
                                    

Hallo apa kabar??
Sehat-sehat ya kalian, jaga kesehatannya!!
Sebelumnya terimakasih sudah membaca cerita ini, jika ada saran tolong sampaikan dengan cara yang sopan yaa :)
Jangan lupa tinggalin jejak dulu, tekan tombol bintangnya, komen juga boleh!!
Jika ada kesalahan dalam penulisan, mohon ditandai yaa!

Selamat Membaca 💙

°•°•°•°

Sudah seminggu lamanya hubungan Adlan dan Vira merenggang. Vira merasa seperti ada yang hilang dari hidupnya. Matteo juga sudah kembali ke Manado, hari-hari Vira jadi semakin sepi.

Masalah hatinya, Vira masih belum menemukan jawabannya. Dia masih merasa bingung.

"Vir, ini perasaan Mami aja atau emang bener sih. Kok Mami perhatiin seminggu terakhir ini kamu kayak lesu gitu sih? Kenapa, ada masalah ya? Coba cerita sama Mami!" ucap Arawinda saat anaknya tengah menyantap sarapan. Kali ini mereka hanya sarapan berdua karena Arsenio sedang flight.

Vira melirik sebentar kearah jam tangannya, masih ada waktu, cukup kali ya kalau dia menceritakan semuanya pada sang Mami.

Sebelum menceritakan semuanya, Vira lebih dulu menarik napas lalu membuangnya perlahan. Vira butuh seseorang untuk berbagi keluh kesah, dan Arawinda adalah orang yang tepat.

"Jadi gini, Mih!"

Dan mengalirlah semua cerita Vira. Dimulai dari kedatangan Matteo, dia yang terpergok jalan berdua dengan Matteo oleh Adlan, hingga break nya hubungan dia dan Adlan. Semua itu Vira ceritakan tanpa ada yang terlewat.

Usai menceritakan semuanya, Vira mendapat hadiah pukulan di punggung tangannya. Tentu pelakunya adalah Arawinda. Wanita paruh baya itu memukul punggung tangan Vira menggunakan sendok sayur yang terbuat dari kayu.

"Aw, Mami! Kok dipukul sih?!" Vira mengusap-usap punggung tangannya yang terasa panas.

"Duh, dosa apa Mami bisa punya anak bodoh kayak gini?" lirih Arawinda sambil memijat keningnya.

"Setelah mukul aku, Mami juga ngatain aku bodoh, iya?" ucap Vira kesal.

"Ya abisnya kamu bodoh banget sih! Masa cowok sebaik Adlan kamu khianatin sih. Nih ya, Mami sebagai orang tua, tau yang terbaik buat anaknya. Dan yang terbaik buat kamu itu Adlan, bukan Matteo. Mami yakin kalo kamu sebenernya cinta juga sama Adlan, tapi kamu selalu nolak itu karena yang kamu tanamkan dalam pikiran kamu itu, kamu cinta sama Matteo. Padahal ya, rasa cinta kamu buat Matteo tuh udah gak ada, udah abis."

"Masa sih, Mih?" tanya Vira ragu.

"Udahlah terserah kamu. Mending kamu pikirin lagi deh baik-baik, kamu udah gede, harusnya tau mana yang baik. Tapi kalo menurut Mami sih, mending kamu pilih Adlan."

Huh, gak Maminya, gak Zalina, mereka selalu memilih Adlan. Selalu mengatakan Adlan yang terbaiklah, apalah. Emangnya Matteo gak baik gitu? Pikir Vira.

"Nanti deh Mih, aku pikirin lagi. Aku berangkat dulu ya!"

°•°•°•°

Selama seminggu ini, Adlan selalu murung. Dia bahkan tidak lagi memperhatikan keadaan dirinya sendiri. Lihat saja rambutnya, kini rambut yang biasanya tertata rapih itu mulai memanjang. Seolah si pemilik rambut malas untuk memangkas rambutnya.

Tapi bukannya terlihat jelek, Adlan malah semakin ganteng. Buktinya saja kini makin banyak yang mencoba untuk mendekatinya.

Kabar merenggangnya hubungan Adlan dan Vira tersebar luas di seluruh penjuru SMA Bakti Mulia. Makanya para murid perempuan langsung berhamburan untuk mendekati Adlan.

𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭, 𝐀𝐝𝐥𝐚𝐧 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang