"KEMBALILAH KE DALAM. CEPAT!" Teriak Letnan Lee memperingati para siswa yang masih mematung. Serbuan bola-bola mulai bermunculan. Para tentara menembakinya.
Menyadari bahaya telah datang, para siswa tersadar dan berhamburan untuk menyelamatkan diri.
"Lindungi para siswa!" Para tentara segera maju ke depan dan mengarahkan senapan mereka ke arah bola raksasa tersebut. Namun, tidak sempat, bola-bola ungu tersebut lebih lincah dan cepat. Mereka sudah menumbangkan setengah tentara di depan. Satu persatu para siswa pun menjadi korban selanjutnya.
Ju-young terus berlari menghindari bola-bola ungu yang membuatnya malah menabrak anak lain dan terjatuh dengan keras. Ia meringis kesakitan, belum sempat berdiri, bola raksasa lainnya baru saja terjun di dekatnya. Teriakan-teriakan terus menggelegar. Banyak para siswa yang terkena bola-bola ungu.
Napas Ju-young mulai tidak teratur. Ia bahkan menjadi tidak fokus karena tetiakan anak-anak lain yang juga menghindari bola-bola ungu itu.
"Sadarlah!!" Teriak Seon-il muncul di sebelahnya. Ju-young menoleh, menatap Seon-il dengan wajah yang tegang.
"Kau ingin mati di sini!" Seon-il menarik tangan Ju-young dan membawanya berdiri. "Pegang erat tanganku," ujar Seon-il, Ju-young mengangguk cepat.
Seon-il memandu Ju-young. Mereka berdua tidak melepaskan tangan satu sama lain. "Awas!" Teriak anak lain menabrak bahu Seon-il. Teriakan terus muncul diselingi dengan suara tembakan. Ju-young menatap bola-bola ungu yang 'memakan' siswa lain.
'Apa ini mimpi?' Banyak siswa yang tumbang bukan hanya karena bola-bola ungu itu, tapi karena sebuah hantaman ataupun tabrakan yang terjadi antara siswa lainnya.
"Awas!!"
"Sialan!"
"Minggir!"
Seon-il berhenti mendadak, Ju-young pun menabrak punggungnya. "Sialan!"
"Ada apa?!" Ju-young melihat bola-bola ungu ada di depan mereka berdua, sedang 'memakan' siswa lain. "Lari, ayo lari!" Seru Ju-young menarik tangan Seon-il, berusaha menyadarkan sepupunya itu.
"Bisa gila aku!!" Seru Seon-il.
Seon-il pun mengikuti tarikan Ju-young. "Awas!" Sebuah tembakan hampir mengenai Ju-young jika saja Seon-il tidak melindunginya. Tembakan itu rupanya ditembakkan ke arah bola-boal ungu di dekat mereka.
"Letnan Lee," gumam Ju-young menatap komandan peletonnya. "Cepat kalian pergi!!" Teriak Letnan Lee mendorong Seon-il. "Pergi ke kelas!! Cepat!"
Ju-young dan Seon-il mengangguk. Mereka berdua pun berlari ke arah sekolah. Akan tetapi, karena tidak melihat jalan, mereka berdua terhantam oleh siswa lain dan terjatuh di tanah.
Bruk!
Ju-young meringis pelan, memegangi kakinya yang berdarah. Pegangannya dengan Seon-il terlepas. Ju-young mendongak, melihat Seon-il juga jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
"Kau tak apa?" Tanya Seon-il menghampiri Ju-young.
"HEI! BELAKANGMU!" Seru Ju-young melihat bola-bola ungu muncul di belakang Seon-il.
Jang-soo datang, menarik tubuh Seon-il yang membuat keduanya terguling dan terjatuh menjauhi tempat bola ungu itu berada. Ju-young berlari menuju tempat mereka terjatuh, "kau baik-baik saja?!" Tanyanya kepada Seon-il.
Seon-il mengangguk. Mereka menatap bola-bola ungu yang ada di depan mereka dengan wajah ketakutan. "Kita harus pergi!" Seru Jang-soo, menarik lengan Ju-young dan Seon-il. Berusaha menyadarkan mereka, "Ayo, cepat, Ju-young!!" Jang-soo membantunya berdiri. So-yeon muncul juga dan ikut menarik lengan Ju-young, "hei! Cepat pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School x reader
FanfictionKim Ju-young adalah murid kelas 3-2 yang tengah berjuang untuk mendapatkan penerimaan perguruan tinggi. Di saat yang sama militer mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh anak kelas 3 mengikuti pelatihan militer. Akan tetapi, sebuah peran...