Episode 6-2

652 115 4
                                    

"Jika satu penampungan saja seperti ini, aku penasaran apa yang terjadi dengan sekolah kita," gumam Tae-man, sedang berkumpul bersama yang lain membicarakan kepulangan mereka besok pagi. "namun, jika kita kembali bukannya Letnan Lee akan di hukum?" timpal Soo Chul membuat yang lain menghela napas.

"bagaimana jika dia masuk pos jaga?" tambah So-yoon mengkhawatirkan hal tersebut. "ini jelas akan mendapatkan hukuman mati," ujar Deok-jeong yang malah mendapatkan cercaan dari yang lain, terutama So-yeon.

"kalau dipikir-pikir Letnan Lee cukup tidak patuh." Ujar Tae-man. "Dia seperti itu karena kita," jawab Jang-soo. Ju-young membenarkannya, "Dia melakukan apapun untuk kita agar bisa kembali dengan selamat."

"omong-omong," Young-soo bersuara, "bagaimana dengan poin esktra jika kita gagal dalam misi?" pertanyaan bodoh tersebut diacuhkan oleh yang lain, "Kita harus menyelesaikan misi ini untuk mendapatkan poin ekstra."

"Kau sudah gila?" ketus Ju-young tak tahan lagi mendengar 'poin ekstra' yang terus di ocehakan oleh Young-soo setiap waktu.
"Bagaimana kau bisa berbicara seperti itu saat Letnan Lee akan dihukum?"

"omong kosongnya benar-benar tidak konsisten," timpal Il-ha juga kesal mendengar bualan Young-soo.

"bagaimana jika mereka tidak kembalikan kita ke orang tua karena tidak menyelesaikan misi?" tanya Jun-hee. "Sebenarnya apa yang kalian cemaskan saat seseorang akan dieksekusi?" tanya Bora balik.

"bukan begitu, aku hanya..."

"Mari kita lihat sisi baiknya," Yeong-shin menengahi mereka, "Baguslah kalau kita bisa pulang dari situasi berbahaya ini."

Percakapan serius mereka terhentikan dengan kemunculan Hee-rak yang sibuk bersiul sambil berceloteh tak jelas. Dia lalu berteriak mencari minuman sodanya yang menghilang. Mereka pun segera bubar meninggalkan Hee-rak yang terus berteriak akan keberadaan cola-nya.

•••

Ju-young berjalan keluar karena tak bisa tidur. Ia mendongakkan kepalanya, ia tidak menyangka besok pagi mereka akan pulang. "Kenapa kau di sini?" Sontak Ju-young menoleh, mendapati sesosok Il-ha yang sedang merokok.

"Tidak ada," Ju-young kembali memalingkan wajahnya, menghadap ke depan. "Hanya tidak mengantuk saja,"

"Kau mau?" Il-ha memberikan sebungkus rokok kepada Ju-young. "Aku masih ada sedikit,"

"Hei," potong Ju-young menatap Il-ha. "Aku tidak merokok lagi,"

Il-ha menaikkan alisnya, tanda tidak percaya dengan perkataan Ju-young. "Sepertinya itu akan terjadi sebentar. Jika kau pulang ke Seoul nanti, kau akan merokok kembali, bukan?"

Ju-young mendesah pelan. "Terserah kau saja,"

Suasana pun menjadi hening. Keduanya tidak berbicara karena sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Apa kau masih menyukainya?" Tanya Il-ha. Ju-young dengan cepat menoleh kearahnya, membulatkan matanya dengan wajah terkejut.

"Apa maksudmu?" Ju-young berusaha menutupi ketakutan di balik suaranya. Il-ha terkekeh melihat tingkah Ju-young yang mudah tertebak.

"Sepertinya kau masih menyukainya," Il-ha mengembuskan napasnya setelah menghisap rokoknya. "Tenang saja, aku tidak akan mengatakan siapapun."

"Baguslah," tukas Ju-young. Ia lalu memejamkan matanya, baru menyadari akan kebodohannya sudah mengeluarkan kalimat tersebut.

"Tapi, kenapa kau ragu?"

Duty After School x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang