Episode 2-2

992 142 5
                                    

Saat Ju-young menuruni tangga, bel telah berbunyi. Menandakan istirahat telah berakhir. Ia pun berlari untuk segera menuju kelasnya.

Di depan kelas, Ju-young hampir menabrak Jang-soo dan Tae-man yang sedang mengobrol. "Apa yang kalian lakukan di depan?" Tanyanya menatap keduanya dengan tajam, lalu memasuki kelas mengacuhkan pandangan keheranan Jang-soo dan Tae-man yang kembali mengobrol.

"Masuk, cepat masuk!" Seru Guru matematika. "Cepat duduk!"

Ju-young duduk di kursinya, yang berada  di depan kursi Bo Ra. Yang lain juga segera duduk saat melihat guru matematika mereka memasuki kelas.

Bo Ra, Hee-rak dan Il-ha muncul. Guru matematika memarahi mereka karena telat, tapi menyuruh mereka segera duduk.

Pelajaran materi matematika di mulai, sayangnya karena hawa panas yang sedang dirasakan oleh anak-anak, membuat mereka malas mendengarnya. "Kamu menembak monyet yang bergelantungan di pohon. Monyet itu takut, melepaskan diri dari pohon dan terjun bebas." Celoteh guru matemtika. Ju-young yang tidak berminat mendengarkan celotehannya, memilih melihat keluar jendela dan menatap bola raksasa yang berada di langit.

"...setidaknya, cobalah menebak."

"Aish. Ada berapa banyak ambulans hari ini?" tanya So-yoon, membuat yang lain juga ikut menoleh ke arah luar jendela.

"berisik sekali."

"kamu yang paling berisik." Balas guru Matematika. "tutup jendelanya." Anak-anak pun protes akan perintah dari sang guru karena cuacanya saat itu sedang panas. "Nyalakan penyejuk ruangan."

Ju-young kembali menatap keluar kelas, mendengar ambulans yang kembali terdengar.

"Mati atau hidup.." suara Tae-man terdengar.

"Kalian yang dekat dengan jendela, tutup jendelanya." Perintah guru lalu kembali melanjutkan penjelasannya, namun sang guru segera menghentikannya.

"Anak-anak." Ju-young menoleh, semua anak menatap guru Matematika, "Dengarkan baik-baik. Tadi aku mengatakan tidak ada yang bisa membantu kalian dalam hidup. Jadi, belajarlah dengan giat dan berlatih dengan rajin. Mengerti? Lakukan semuanya dengan giat!"

Dan sesuai yang dikatakan oleh guru matematika, mereka harus berlatih dengan rajin karena pelatihan militer dimulai, para tentara yang mengawasi mereka terus berteriak kepada para siswa.

"Fokus!"

"Cepat bergerak!"

Ju-young berusaha mengangkat senapannya dengan benar, namun karena belum terbiasa membawanya, kadangkala senapannya hampir terlepas dari genggamannya saat berlari. Ia sempat dimarahi oleh Letnan Lee lebih dari dua kali karena tidak memegang senapannya dengan baik.

Panas terik matahari malah tidak melunturkan semangat para tentara yang terus berteriak kepada para siswa.

"Pegang senapan dan helm kalian!"

"Jangan berhenti!"

"Pegang senapan kalian di tangan kirimu!"

"Apa yang kalian lakuakn?! Angkat senapan kalian!"

Teriakan para tentara membuat Ju-young begitu jenuh mendengarnya. Ia begitu lelah  berlarian di tengah panas matahari. Ia bahkan hampir mengambil langkah yang salah saat bertatapan dengan Letnan Lee yang malah melemparkan tatapan tajam kepadanya. "Siapa yang diam saja?! Lari!"

Sekarang saatnya mereka mengambil posisi tembak satu. Letnan Lee menyerukan posisi tiarap sebagian dari pertama, awalan yang masih mudah bagi mereka, lalu yang kedua mulai sulit untuk dilakukan dan terakhir mereka sudah dalam posisi tiarap.

Duty After School x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang