Perjalanan mereka menuju Maesong-si pun dimulai. Namun, mereka terpaksa berhenti di tengah jalan karena terhalang oleh mobil-mobil.
Letnan Lee pun menyuruh mereka turun untuk memeriksa area tersebut.
Ju-young berjalan bersebelahan dengan Yoo-jung. Ia terus melihat-lihat sekitar dengan teliti. “tetap berjalan lurus,” keluh So-yoon yang baru saja ditabrak oleh Jun-hee karena terus mendongak.
“Pengamannya terpasang?” tanya Bora kepada Ae-sol. “Apa? Ya,” jawab Ae-sol mengecek kembali senapannya. “Jangan tembak aku dari belakang,” ujar Bora.
So-yeon yang ada di sebelahnya ikut mengecek senapan, Young-soo pun segera mendekatinya, “Kamu hanya perlu memutar ini seikit.” Namun, karena mendapatkan tatapan sinis dari So-yeon, nyali Young-soo pun menjadi ciut. Sersan Kim yang melihat usaha Young-soo, hanya bisa menepuknya.
Ju-young tidak menyadari jika ia sudah berjalan lebih dulu dari Yoo-jung. Ia malah bersebelahan dengan Jang-soo.
“Eoh?”Ju-young menoleh, melihat ke belakang. “Ada apa?” tanya Jang-soo ikut menoleh.
“tidak ada,” Ju-young hanya bisa terkekeh melihat Yoo-jung berada di belakang bersama Tae-man. Ia kembali menghadap ke depan, “Kenapa mereka memiliki waktu berduaan saat ini?”
Jang-soo juga kembali menghadap ke depan, "Memang ini waktunya tidak cocok." Ujarnya. Ju-young menatap Jang-soo lalu mengangguk, "Benar, bukan?"
Jang-soo pun ikut menatapnya dengan lamat, membuat Ju-young menjadi salah tingkah karena mengingat kejadian malam.
Ju-young segera memutuskan pandangannya, "Tetap fokus!" Seru Ju-young kepada Jang-soo. "Jangan tatap diriku begitu," tambahnya.
"Memangnya kenapa?"
"Aku tidak bisa fokus jadinya," jawab Ju-young jujur. Jang-soo terheran-heran mendengar jawaban Ju-young.
"Begitukah?" Jang-soo pun kembali menatap ke depan. "Kalau begitu tetap di sampingku saja," gumam Jang-soo.
"Apa?" Beo Ju-young, tapi Jang-soo tidak mengatakan apapun lagi setelah itu. Dia malah sibuk mengecek sekitar.
Tae-man datang disusul dengan Yoo-jung yang terlihat canggung bersebelahan dengan Tae-man. “seharusnya aku tidak di belakang tadi,” tukas Yoo-jung mendekati Ju-young, seolah-olah sedang menghindari Tae-man yang menatapnya sembari tersenyum tipis sejak tadi.
“Hei, Tae-man.” Ju-young menatap Tae-man dengan perhitungan, “Mata mu itu, kondisikan,”
Suara teriakan Hee-rak membuat mereka menoleh dan berlari mencari sumber suara.
“Hee-rak. Ada apa?” tanya Letnan lee.Ju-young melihat mesin otomatis yang ada di belakang Hee-rak lalu menggeleng pelan, “Bukan apa-apa, pak.” ucap Hee-rak.
Sersan Kim memanggil Letnan Lee.
Saat mereka berdua meninggalkan tempat, Hee-rak langsung memukul mesin otomatis dengan keras. Tak disangka, satu kaleng berhasil didapatkannya. Yang lain pun terkejut dengannya, termasuk So-yoon dan Jun-hee yang juga menginginkannya. Tae-man bahkan harus ditahan Jang-soo saat ingin mendekati Hee-rak.
“Aku mau menyimpannya. Jadi, menjauhlah dariku,” ujar Hee-rak. So-yoon dan Jun-hee berteriak secara bersamaan, “kalian tidak boleh mengocok cola, bukan? Tapi, aku bisa karena ini milikku.”
So-yoon dan Jun-hee mengangkat senapannya, siap memukul Hee-rak.“Letnan,” panggil Yeong-shin sambil menunjukkan detektor. Letnan Lee pun menghampirinya dan meminta Il-ha juga menunjukkan detektor yang dipegangnya.
“di mana lokasinya?”
“sekitar 300 meter ke arah barat daya.” Jawab Yeong-shin.
Letnan Lee pun mengarahkan kedua tim untuk bergerak mengikutinya, menuju lokasi kemunculan bola.
Mereka mulai menyiapkan senapan, mengecek sekitar saat berjalan. Letnan Lee lalu menyuruh mereka berhenti. Ju-young mengerutkan keningnya saat menatap mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan dengan kondisi yang begitu buruk.
Letnan Lee memberikan tanda kepada mereka untuk berpencar di ketiga jalan.
Ju-young berlari ke kanan, bersembunyi di balik tembok bersama Il-ha dan Soo Chul.Ju-young menoleh saat mendengar sesuatu, Letnan Lee baru saja menyalakan mobil mainan untuk memanggil bola-bola yang bersembunyi dan bola-bola pun muncul secara bersamaan dari segala penjuru, yang membuat anak-anak berteriak kepada Letnan Lee.
“Tahan tembakan!” seru Letnan Lee. Ju-young mencoba tetap tenang walaupun ia sudah melihat banyak bola-bola bermunculan di depannya.
“Tembak sekarang!” mereka pun segera melepaskan tembakan demi tembakan.
“ke kiri, ke kiri!” teriak Soo Chul. Il-ha pun mengganti posisinya ke sebelah Soo Chul, membiarkan Ju-young sendirian menembaki bola-bola yang tersisa.
“tetap di posisi dan tembak!” seru Letnan Lee di tengah teriakan-teriakan mereka bersamaan juga tembakan yang saling menyahut.
Ju-young berhasil memusnahkan bola-bola yang ada di depannya. “Hei! Hei!, di sebelah!” teriak Il-ha. Ju-young pun mendekati mereka berdua, menembaki bola-bola yang muncul di dekat mereka dan membantu Soo Chul juga Il-ha menembaki bola-bola yang terus bermunculan merayap di dinding.
“Pertahankan posisi kalian!”
Ju-young menghentikan tembakannya saat melihat bola-bola mulai menjauh, “Ke mana mereka?” Soo Chul dan Il-ha juga menyadarinya. Yang lain juga terlihat kebigungan.
“kurasa mereka bersembunyi,” ujar Il-ha. Soo Chul yang ingin mengejar bola segera dihentikan oleh Il-ha, “Kau mau ke mana?”
“mari ditemukan dan bunuh mereka,” jawab Soo Chul dengan penuh tekad.
“Kau sudah gila, kau tak bisa melakukannya sendirian,” timpal Ju-young.
Soo Chul menepis tangan Il-ha. Di saat yang sama, teriakan terdengar. “Dari belakangmu!”Ju-young, Il-ha dan Soo Chul menoleh, melihat dua bola ungu berlari ke arah yang lain. mereka bertiga yang kaget dengan kemunculan bola itu, segera menembakinya. Ju-young berhasil menembak satu bola, namun yang satunya lolos karena begitu lincah menghindari tembakan mereka.
Bola tersebut bahkan meloncat dan jatuh di tengah-tengah yang lain. Pada akhirnya Letnan Lee berhasil memusnahkan bola tersebut dari atas mobil. Semuanya nampak kaget.
“apa yang kalian lakukan? Ambil posisi dan periksa sekeliling kalian.” Ujar Letnan Lee.
“kembali ke posisi kalian!” seru Sersan Kim.
“baik, pak,”
Ju-young menghembuskan napasnya dengan lega, menatap Soo Chul. “Kau lihat? Kita tidak bisa bergerak sendirian,” ujarnya.
•••
Sesuai dengan perintah Letnan Lee, meraka harus menyingkirkan semua bola yang terlihat. Ju-young berjalan bersama Il-ha dan Soo Chul.
Ju-young menatap keduanya sesaat akan membuka pagar. Il-ha dan Soo chul pun bergerak masuk setelah Ju-young membukanya. Saat Ju-young mendongak melihat ke atas, Soo Chul bersuara. “Hei, sebelah sana.”
Soo Chul berlari lebih dulu, mengacuhkan Ju-young dan Il-ha yang memintanya untuk menunggu. Ju-young dan Il-ha saling bertatapan, “Sial,” gumam Il-ha mengikuti Soo Chul
“Di sana!” seru Soo Chul. Suara tembakan pun terdengar. Ju-young dan Il-ha melihat bola-bola ungu sedang menghindari tembakan Soo Chul. Ju-youg segera membantu Soo Chul menembakkan bola-bola yang tersisa.
“Sial!” sahut Ju-young melihat satu bola berhasil menghindari tembakannya dan masuk ke dalam rumah. Soo Chul kembali berlari mendahului mereka.
Soo Chul menatap keduanya dan membuka pintu rumah yang sebelumnya dimasuki oleh satu bola tersebut dan bola tersebut keluar begitu lincah menghindari tembakan mereka. Untungnya tembakan ll-ha akhirnya mengenainya juga.
"Kita harus melihat yang lain," ujar Il-ha. Ju-young dan Soo Chul mengangguk.
Next Chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School x reader
FanfictionKim Ju-young adalah murid kelas 3-2 yang tengah berjuang untuk mendapatkan penerimaan perguruan tinggi. Di saat yang sama militer mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh anak kelas 3 mengikuti pelatihan militer. Akan tetapi, sebuah peran...