Episode 10-5

1K 142 14
                                    

Yeon-joo menghampiri Ju-young. "Kau baik-baik saja? Benarkan?"

Ju-young mengangguk pelan, menatap Yeon-joo yang terlihat begitu khawatir dengannya. "Aku tidak akan semudah itu untuk mati, bukan?"

Yeon-joo memukulnya dengan kesal, "jaga ucapanmu! Aku tak bisa melihatmu terluka lagi," Ju-young tertawa kecil, yang malah mendapatkan tatapan tajam dari Yeon-joo.

Di saat yang sama, suara tembakan terdengar. Ketiganya saling bertatapan dengan wajah yang tegang. "Bukankah itu suara tembakan?" Tanya Jun-hee.

Sebuah teriakan kencang terdengar diselingi dengan suara tembakan untuk kedua kalinya. "Aku akan mengecek keadaan di luar," ujar Yeon-joo memberanikan diri untuk keluar dari klinik.

"ITU BOLA!!" Teriakan yang terasa familiar bagi Ju-young menggelegar di lorong. Suara itu tak lain adalah suara Ha Na. Sesaat teriakan Ha Na, Yeon-joo kembali muncul. Dia menutup pintu klinik dengan keras.

"Apa ada bola di luar?!" Tanya Jun-hee dengan wajah yang ketakutan. Yeon-joo menatap kedua temannya.

"Bola-bola bermunculan..." dan suara tembakan untuk ketiga kalinya kembali terdengar. "Tae-man bersama Young-soo sedang bersembunyi di kelas sebelah," ujar Yeon-joo

Di saat Yeon-joo dan Jun-Hee sedang memfokuskan diri mengintip keluar,

Ju-young menghampiri senapannya yang ada di samping kasur. "Kita harus melakukan sesuatu,"

Yeon-joo dan Jun-hee menoleh kepadanya dengan wajah tegang. "Apa?" Beo Yeon-joo. "Jangan! Jangan coba-coba!" Tekannya.

Jun-hee hanya bisa diam melihat Ju-young. Sedangkan Yeon-joo menahan tangan Ju-young sembari berkaca-kaca.

"Kita harus tetap di sini," mohon nya. Ju-young tersenyum kepada Yeon-joo, "Aku harus melakukannya, Tae-man sedang dalam bahaya. Aku tak bisa meninggalkannya,"

"Ju-young, jangan lakukan. Kumohon!" Yeon-joo mulai menangis, dia masih menahan tangan Ju-young.

"Yeon-joo, terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi kondisiku sudah tidak memungkinan untuk ikut dengan kalian," gumam Ju-young melepaskan tangan Yeon-joo yang menahannya. "Lagipula itu sama saja."

"Apa?" Beo Jun-hee akhirnya bersuara.

"Katakanlah Yeon-joo, apa aku bisa bertahan?" Tanya Ju-young. Yeon-joo terdiam mendengar pertanyaan Ju-young, ia tak bisa menjawabnya. "Yeon-joo, benar bukan?" Tanya Ju-young lagi.

"Ak-aku," Yeon-joo menundukkan kepalanya. "Tidak! Kau bisa bertahan! Kita akan-"

Dor! Dor! Dor!

"Sialan!" Suara dari luar membuat ketiganya menoleh. "Hei, bukankah itu suara Tae-man?!" Jerit Jun-Hee. Ju-young mendongakkan kepalanya.

"Buka pintunya, ayo!" Ju-young meminta keduanya membuka pintu. Namun, sesaat sebelum mereka membuka pintu, Tae-man lebih dulu berteriak dari luar.

"Ada banyak bola di luar!!" Teriak Tae-man, di depan klinik.

"Apa?" Seru Jun-Hee. "Lalu bagaimana?"

Dor! Dor!

Sekali lagi suara tembakan terdengar. "Jangan buka pintu! Aku akan pergi ke tempat lain!" Suara kaki Tae-man pun menjauh, Ju-young menahan Yeon-joo yang ingin membuka pintu.

"Jangan!" Ju-young mendengar suara dari luar setelah suara kaki Tae-man menghilang. "Sepertinya bola-bola sudah di depan!" Dobrakan dari luar pintu mengagetkan ketiganya.

Duty After School x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang